29.1.09

Prioritas

hari ini, saya tercenung melihat anak2 SMA berpakaian seragam pramuka yang duduk2 di emperan toko sekitar Pasar Raya. padahal masih jam sekolah.
ada apa gerangan dengan mereka?
tidak kah sekolah wahai Adik2?? Bolos?
Hmh... realita,
apa prioritas pelajar hari ini? gank, ilmu, "gua anak gaul", fashion, atau macam apa lagi yang diinginkan?

siapa yang bertanggung jawab dengan kondisi ini?
jawab:KITA

sepakat?

27.1.09

syukuran yuk...!!

Alhamdulillah rabbil alamiin.... ^_^
Hmh... berakhir juga kepenatan tes / UAS smt 5,
ujian berlalu, semoga ilmunya tidak berlalu, tetapi bisa lebih mantap n lebih paham lagi.. ameen!!
nimiasata, saatnya memeta asa 2009 dan laksanakan resolusi, OK?
salam kenal buat humaera.blogspot yow...:)
mau syukuran kemana ya???

12.1.09

RESOLUSI 2009

Salam..

Resolusi 2009 buat Nimiasata:
1. Sukseskan Pemilu...!! He..he.. ga deh, Sukses Ilmu maksudnya, kuliah lancar nilai aman!
2. sukses kuliah; organisasi; sosial; delele
3. menej hidup lebih baik
dah dulu lah!

9.1.09

Selamat Tahun Baru Hijriyah, 1 Muharam 1430!!

Tahun baru mendekat lagi. Bilangannya semakin besar 2009 untuk tahun Masehi dan 1430 untuk tahun Hijriah. Refleksi satu tahun terakhir telah mengajarkan kita berbagai masalah beserta gambaran solusi terhadap permasalahan tersebut. Satu pertanyaan yang muncul yang bagi sebagian orang tidak perlu dijawab adalah, Sudahkah kita baik semenjak bermulanya 1429 sampai berakhirnya hari ini?

Jawaban ideal adalah relative. Baik dari segi apa, bagaimana dan tentang hal apa. Belum bisa disebut baik oleh orang lain, minimal yang kita lakukan adalah yang terbaik menurut kita. Yang penting sejauh kita menganggap baik hal itu, tetap perlu ada introspeksi atau muhasabah diri. Setuju?

Saya teringat ketika seorang sahabat mengirimi saya sebuah pesan singkat, ucapan selamat tahun baru hijriyah. Kira-kira kalimatnya seperti ini, “Banyak hal telah kita saksikan, dan telah kita lakukan pada tahun ini. Iman, amanah dan perjuangan telah kita pertaruhkan bersama manis, pahit, bahagia dan getirnya samudera kehidupan ini. Kini, 1 tahun sudah kita lalui, Mari jadikan semua itu sebagai cermin tuk hadapi hari esok yang lebih bermakna”.

Sepakat!! Saya sepakat dengan momen tahun baru ini kita perlu memeta asa, harapan dan kesuksesan satu tahun kedepan dengan bercermin pada apa yang telah dilalui selama ini. Karena hidup adalah berlajar. Belajar dari yang lalu, belajar dari pengalaman yang kemudian memberikan gambartan solusi semestinya, belajar mengira-kira yang akan terjadi, serta belajar menyiapkan diri untuk menghadapi apa yang akanterjadi tersebut.

Satu tahun memang bukan waktu yang singkat untuk dirunut berbagai nilai kehidupan yang telah dilalui. Nilai pengalaman, nilai perubahan, nilai perbaikan diri dan sebagainya. Namun kita perlu sedikit saja merenungi kehidupan yang telahi dilalui. 

Umur semakin bertambah, jatah hidup semakin berkurang. Akankah kita akan menjadi orang yang merugi dengan tidak adanya perubahan dan perbaikan dari hari ke hari dan tahun ke tahun? Saya yakin, jawaban kita sama, “tentu tidak!”. Hanya saja bagaimana kita memaksimalkan upaya kearah sempurna, itulah yang membedakan kita. Nilai keimanan dan amal shaleh juga penentu dari perubahan tersebut. Wal ashri. Innal insaana lafii khushri. Illalladziina aamanuu wa amilushshalihaat. Watawa shaubil haq, wa tawa shaubilsh shabr.

(telat...;) )
Nimiasata

Tahun baru datang lagi

Desember 2008, suasana “sale akhir tahun” terasa dimana-mana. Bahkan, proposal pun juga “sale”. Berbagai acara diangkatkan di akhir tahun ini, daripada dana kembali, lebih baik dicairkan dan mengalir...

Oow..!! itu adalah asumsi saya.
^-^

HARI IBU

22 Desember, sebahagian manusia seisi dunia mencoba mengungkapkan isi hatinya berupa kasih sayang, cinta dan ketulusan kepada makhluk yang dipanggil IBU. Diantaranya memberi sedikit bentuk kejutan ringan, hadiah. Atau bagi anak yang tidak berada disisi ibunya, maka akan menelpon atau mengirimi pesan singkat dengan ucapan-ucapan ungkapan rasa cinta. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk tujuan agar ”ibu” merasa bahagia dan menjadi perhatian orang-orang terdekatnya pada hari tersebut.

Tidak masalah, jika yang diinginkan adalah kebahagiaan seorang makhluk Tuhan yang tercipta begitu kuat, begitu tegar, bersahabat, dan ujungnya sebutlah berada pada posisi yang mulia. Tidak akan ada diantara kita yang membantahnya, jika Ibu merupakan manusia yang mulia dan sangat berjasa bagi kita. Memang merupakan suatu bentuk terima kasih dan ungkapan kasih sayang kepada ibulah maka kita berkewajiban untuk membahagiakannya.

Namun, entah apa yang menjadi referensi bagi mereka untuk turut memperingati hari tersebut sebagai hari ibu, khususnya umat muslim. Barangkali karena sudah memasyarakat, khususnya Indonesia, maka dijadikan ”boleh serta baik” lah peringatan hari ibu ini. Sebagai umat islam yang berpikir, kita perlu melihat latar belakang historis kenapa hari ibu diperingati pada hari tersebut?

Sekian abad lampau di Mesir, hidup seorang perempuan beragama kristen koptik bersama ibunya yang begitu ia sayangi dan cintai. Apapun akan dilakukannya adalah demi kebahagiaan ibunya. Ia begitu mengkultuskan sosok ibunya. Ia tak tahan jika ibu sesaat saja tidak berada disisinya. Ibu adalah pelitanya. Ibu penerang jiwanya. Ibu bahagian hidupnya.

Suatu kali si ibu sakit. Ia begitu cemas. Segala upaya dilakukan agar si ibu bisa kembali sehat dan dapat menemani hari-harinya. Sampai akhirnya takdir berkata lain, si ibu meninggal dunia, meninggalkan putri tercinta. Perempuan tadi merasa shok berat. Ia tidak yakin dan tidak rela dengan kepergian ibunya. Akhirnya, dengan tujuan menjaga keberadaan ibu disisinya, si ibu tadi didandani sedemikian rupa. Si ibu dipakaikan baju kesayangannya. Perempuan tadi lena dengan situasi yang keluar dari jalur akal sehat tersebut. Maka diperingatilah hari kematian ibunya itu sebagai Hari Ibu. Tepat tiga hari selepas kepergian ibunya, perempuan tadi merayakan hari raya Natal.

Bagaimana menurut Anda narasi diatas? Jika Anda mengakui adanya keimanan dan keislaman, saya yakin ada hal yang membuat Anda perlu sedikit termenung.

Akankah kita mengikuti kebiasaan Kristen Koptik dan hal yang tidak pernah disyariatkan dalam islam? Syariat pun menyebutkan, ”Barangsiapa yang meniru-niru (adat dan kebiasaan) suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut”.

Perlukah kita memperingati hari ibu yang hanya diperingati satu kali setahun saja? Bukankah ibu adalah sosok yang sangat kita cintai? Lalu kenapa hanya satu kali dalam 365 hari kita ungkapkan rasa cinta dan kasih kita pada makhluk yang jasa-jasanya tak kan bernah berbalas dengan dunia seisinya? Islam begitu memuliakan perempuan khususnya ibu. Dalam suatu riwayat disebutkan ”suatu kali ... bertanya kepada Rasulullah saw, hormatilah ibumu, hormatilah ibumu, hormatilah ibumu, hormatilah ayahmu”. Tiga kali pengulangan penghormatan kepada ibu, tidakkah cukup meyakinkan kita untuk senantiasa menghormati Ibu sepanjang hari. Mari cintai, sayangi, dan muliakan Ibu spanjang hari. Hari ibu kita adalah setiap hari, sepanjang tahun.

Sahabat, kita perlu kritis terhadap suatu hal yang memang telah membudaya dan memasyarakat jika hal tersebut ternyata tidak ditemukan dalam syarit dan aturan agama kita, Islam. Dan jika hal atau kebiasaan tersebut benar bukan merupakan bagian dari syariat, kenapa kita tidak berani mengatakan ”tidak”?

Mental Janus Mahasiswa

Janus adalah nama salah seorang dewa romawi yang bermuka dua. Wajahnya terletak satu di depan dan satu lagi di belakang. Kondisi seperti ini diserupakan dengan sifat kepura-puraan, munafik dan tidak jujur yang ada di kalangan masyarakat.

Melihat realitas mahasiswa hari ini, tidakkah serupa dengan janus? Pura-pura dalam berbagai hal. Pura-pura mengerti dan memahami materi kuliah, pura-pura sepakat dalam rapat, pura-pura seide dan sependapat dalam organisasi. ah, saya hanya bisa berkomentar...^-^

Kalau bahasa al quran menyebutnya dengan ”tahsabuhum jamiian wa quluubuhum syatta”. kamu mengira mereka itu bersama, padahal hatinya satu-satu yang tidak bisa disamakan. "dangaan nan diurang laluan nan diawak" suatu bentuk penghianatan dan kepura-puraan. Walaupun memang perlu digarisbawahi, INI SEBAGIAN SAJA! Namun yang sebagian tersebut memberi warna pada elit minority bangsa ini.
kepura-puraan inilah yang terkadang menghancurkan suatu sistem yang telah dibangun dengan baik. ibarat virus yang menyerang sistem komputer, perlu intstall ulang untuk menghilangkannya. Sepakat??

Pemberdayaan Perempuan atau Eksploitasi


Salah satu isu hangat tentang perempuan hari ini adalah pemberdayaan perempuan. Pemberdayaan perempuan adalah memberikan kesempatan bagi perempuan untuk dapat menyalurkan berbagai keterampilannya dan diberdayakan sebaik-baiknya.
Namun terkadang ada kesalahan interpretasi dari bagaimana langkah memberdayakan perempuan tersebut? Dengan mempromosikan keberadaannya, atau mengekspos dirinya? Sebagai contoh, media yang berkembang di masyarakat hari ini baik media elektronik maupun media cetak, terlihat tidak terlepas dari sentuhan perempuan. Perempuan menjadi objek paling sering muncul di media tersebut. sebutlah berbagai program acara yang ditayangkan di televisi, bisa dipastikan tidak ada yang tidak diwarnai dengan ”perempuan”. Baik itu hostnya, acaranya sendiri, apalagi iklannya.

Pemilihan Miss Universe, ”Ajang bergengsi” dengan berbagai tawaran kemegahan dan ketenaran yang ditawarkan seakan memenuhi pemikiran sebagian perempuan indonesia saat ini. Trend ini juga menggejala di kalangan remaja putri. Berbagai seleksi pemilihan unjuk kebolehan diri yang notabene adalah pamer diri atau sebutlah ini membudayakan narsis yang tidak beralasan marak dan menjamur. Tidak beralasannya karena hanya berpatokan pada hal yang sifatnya buatan saja, polesan saja, bukan dilihat dan dinilai dari berbagai kemampuan dan skill yang memang bisa diandalkan dan diharapkan menjadi modal dalam kehidupan di remaja putri tersebut.

Atau ketika isu RUU APP beredar di masyarakat, sebagaian perempuan malah menentang dan menyatakan protes untuk penetapannya. Aneh sekali. Ada berbagai LSM perempuan yang menyatakan ketidaksetujuannya dengan adanya RUU tersebut. Kok malah perempuan yang menolak adanya ”perhatian baik” bangsa ini terhadap dirinya. Ironinya, alasan klasik masih saja didengung-dengungkan, ”Nilai Seni dan budaya”. Memang tidak bisa dipungkiri Indonesia yang terdiri dari berbagai ragam budaya, dan kaya akan kesenian daerah. Keanekaragaman tersebut dilandasi dengan budaya timur yang terkenal dengan kesopanan dan kesantunannya. Lalu dari segi apalagi RUU APP tersebut dinilai tidak sesuai dengan budaya dan seni? Barangkali kita perlu merenungkan, apakah yang terjadi sudah merupakan pemberdayaan terhadap perempuan atau bahkan adalah salah satu bentuk eksploitasi hak-hak perempuan itu sendiri.

Setiap kali siaran televisi, apakah itu film, sinetron, dan siaran lainnya sebagian besar memanfaatkan perempuan sebagai komoditi utamanya. Lebih-lebih lagi iklan, yang menjadi promosi adalah produk harian berupa jam tangan, sabun cuci, dan lain sebagainya, namun yang menjadi perhatian eksposnya adalah beberapa bagian tertentu dari tubuh perempuan.

Hari ini sudah tidak ada lagi slogan media sebagai sarana penunjang pendidikan. Barangkali masih jauh dari harapan tersebut, jika kita melihat realita yang ada. Iklan-iklan yang tidak layak tayang sudah menjadi yang biasa di media. Dan semua itu tidak terlepas dari keberadaan perempuan sebagai bintang iklan tersebut. Inikah yang disebut dengan pemberdayaan perempuan? Atau hanyalah sebagai bentuk eksploitasi semu terhadap perempuan itu sendiri yang tidak disadari oleh sebagian besar mereka.

Perempuan dengan segala daya tariknya memenuhi setiap lini kehidupan. Dimana-mana dengan mudah bisa didapatkan apa yang dibutuhkan dari perempuan. Tanpa dicari pun perempuan sudah menjadi ”gula-gula media” yang bisa dinikmati kapanpu dan dimanapun.
Dampak tidak langsung dengan eksploitasi semu ini adalah maraknya pelecehan bernagai hal terhadap perempuan. Penghargaan terhadap bentuk emansipasi perempuan dianggap sebagai hal yang hanya bisa dinilai dengan sebelah mata.

Ternyata menara kehormatan perempuan yang telah dibangun R.A kartini, Rahmah El Yunusiyah, Rohana Kudus, dan lain sebagainya telah roboh dan pupus dilawan ”gula-gula media”. Kepada Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan, semoga ini juga menjadi perhatiannya. Memang juga perlu kita akui masih ada perempuan yang bisa diberdayakan dengan segala kemampuan dan skillnya. Namun persentasenya tidak lagi sebanding antara yang positif dengan negatifnya.

Sebagai suatu ungkapan perasaan, kiranya perlu saya tuliskan, ”Saya turut prihatin melihat kondisi perempuan hari ini yang sudah tertinggal dari berbagai sisi, baik itu martabat, harga diri, bentuk-bentuk emansipasi dan kemampuan intelektual di ranah pendidikan dan kancah politik negeri ini”. Semoga kedepan kita bisa mengembalikan citra dan kehormatan yang selama ini dipinjam oleh sejarah.

8.1.09

Mahasiswa Kura-Kura Atau Kupu-Kupu

Pernah mendengar sebutan mahasiswa kura-kura atau mahasiswa kupu-kupu? Secara tidak formal gelar tersebut melekat pada mahasiswa rata-rata di dunia kampus. Masing-masingnya mendapat porsi gelar yang berbeda. Saya, pada suatu kesempatan dipanggil dengan sebutan mahasiswa kura-kura. Kenapa? Karena ransel yang selalu melekat di punggung saya dimanapun dan kapanpun menyerupai rumah kura-kura yang selalu dibawa kemana pergi.

Namun yang saya maksud kali ini bukanlah kura-kura dari style saja, akan tetapi dari bagaimana mahasiswa memaknai nama “mahasiswa”-nya itu. Kegiatan harian mahasiswa itu juga mempengaruhi label kura-kura atau kupu-kupunya. Berawal dari pengalaman pribadi, saya tertarik memperhatikan mahasiswa di lingkungan kampus, apakah kura-kura atau kupu-kupu?

Kura-kura adalah gelar untuk mahasiswa yang kegiatannya sehari-hari adalah kuliah-rapat, kuliah-rapat. Mereka yang termasuk kelompok ini adalah para organisatoris dan aktivis kampus. Mereka perlu membagi waktu untuk kuliah dan juga menjalankan amanah organisasinya dengan berbagai persiapan yang salah satunya dengan rapat itu tadi. Bukan berarti mereka melalaikan kuliah, namun sesekali memang perlu ada pengorbanan untuk satu pilihan. Pilihan untuk mengedepankan ego sendiri atau berpandai-pandai memenej waktu agar kuliah dengan organisasi berjalan mulus dan lancar.

Sedangkan kupu-kupu adalah mahasiswa yang sehari-harinya hanya beraktivitas pada dua tempat saja. Kuliah-pulang, kuliah-pulang. Bagi mereka mahasiswa kupu-kupu, kuliah adalah prioritas dan pulang adalah solusi. Solusi dari berbagai kepenatan kuliah dan muara kegiatan sehari-harinya. Seusai kuliah, maka tidak ada jalan lain selain ke rumah atau ke kontrakan/kost. Perjalanan kuliah mereka mahasiswa kupu-kupu tentunya mulus-mulus saja, mahasiswa kontrakan atau rumahan. Ibarat anak-anak pulang sekolah, “langsung pulang ya, jangan main dulu…!” kata yang selalu diteriakkan orang tua ketika anak-anaknya mau berangkat sekolah.

Tapi tunggu dulu, bukan berarti mahasiswa kupu-kupu tidak mengasyikkan. Bagi saya, teman-teman mahasiswa kupu-kupu bisa memaknai satu lagi kupu-kupunya bukan makna yang tadi, tetapi Kuliah-pustaka. Kalau yang ini, saya yakin mahasiswa benar bisa menjadi mahasiswa. Mahasiswa yang hobi membaca, melihat, dan menulis tentunya akan lebih memahasiswa. Setuju tidak?
Jadi saya sekarang mahasiswa kura-kura atau kupu-kupu?

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...