26.2.10

RESENSI

Judul buku : Menjadi Guru yang Dirindu
Penulis : Mahmud Khalifah, Usamah Quthub
Penerbit : Ziyad Vizi Media
Cetakan : I, Agustus 2009
Tebal : 216 halaman

Guru, Sang Pemilik Risalah yang Dirindukan

Fenomena dan problematika pendidikan seakan tidak penah lepas dari peran serta guru selaku nakhoda piawai yang diharapkan dapat mengantarkan penumpangnya ke pulau yang didambakan, yaitu kesuksesan suatu proses pendidikan. Kesuksesan peserta didik, merupakan beban dan tanggung jawab yang berada di pundak Sang Mu’allim. Di tengah mirisnya kepercayaan diri sebagian guru, dengan mempertaruhkan gengsinya diantara berbagai profesi di Indonesia, buku ini hadir untuk memberikan motivasi, dan semangat baru bagi seorang guru.

Seorang guru professional harus merasa bahwa dirinya adalah “pemilik risalah” dan dia harus menyadari dengan kemuliaannya serta mengamini urgensinya. Di samping itu, ia tidak kikir untuk menyampaikan kebaikan dan tidak memandang remeh hal-hal yang bisa menghalangi langkahnya untuk menyampaikan kebaikan… Sungguh, kemuliaan seorang guru disebabkan karena tugas-tugasnya, pembelaannya terhadap kebenaran, seruan menjaga kesucian jiwa, dan menjaga kemuliaan misi pendidikan dan membelanya.” (hal. 11)

Ada berbagai buku tuntunan dan kiat bagaimana menjadi guru sukses, professional dan ideal yang beredar di Indonesia. Baik itu karya-karya pemerhati pendidikan dan pelaku pendidikan di Indonesia sendiri –yang menyesuaikan dengan iklim pendidikan Indonesia-, maupun yang bersumber dari Barat. Namun, melalui bentuk penyajian paparan yang religius, sistematis serta dibubuhi dalil dan syair, menjadikan buku karangan dua penulis Timur Tengah ini menarik dan ringan dibaca kalangan pendidik, khususnya bagi guru-guru pemula.

Buku dengan judul asli Kaifa Tashbaha Mu’alliman Mutamayyizan ini, membahas berbagai hal tentang guru. Di bagian awal, disampaikan keutamaan dan posisi guru di mata masyarakat. Kemudian dipaparkan tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru. Bagaimana menjadi guru professional dan berbagai faktor yang mempengaruhi kesuksesan guru. Ditambah lagi, buku ini juga memberikan perbandingan berbagai permasalahan yang dihadapi guru dalam praktik kependidikannya, lengkap dengan solusi dan pemecahannya. Dan tidak lupa saran bagi Guru, Sang Pemilik Risalah tersebut agar menjadi guru sukses yang memikat dan dirindukan.

RESENSI

Judul buku :
FIKIH JURNALISTIK
Etika dan Kebebasan Pers Menurut Islam

Penulis : Faris Khoirul Anam
Penerbit : Pustaka Al Kautsar
Cetakan : I, Februari 2009
Tebal Hlm : xx + 180 hlm




Menjadi Jurnalis Muslim yang Beretika

Islam sebagai agama yang universal, mengatur segala ranah kehidupan manusia. Pun dalam bidang jurnalistik, dalam pengertian mendapatkan dan melaporkan berita. Berbagai ayat dan hadis nabi membahas tentang jurnalistik. Ayat pertama dalam Al Quran pun, Iqra’ (Al Alaq 1-5) tidak terlepas dari unsur-unsur jurnalisme. Maka dalam buku yang berjudul FIKIH JURNALISTIK ini penulis mendasarkan pada dustur Ilahi, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti…” (Al Hujurat : 6). Dimana Islam mengatur penerimaan kebenaran suatu kabar atau berita yang disampaikan oleh seorang muslim ataukah seorang fasik.


Pada perkembangannya, istilah jurnalistik Islami dan pers islam dikemukakan untuk membicarakan tentang cirri-ciri, visi, dan misi pers Islam itu sendiri. Namun yang disampaikan penulis melalui buku ini adalah suatu pengantar tentang Fikih Jurnalistik yang dibatasi sebagai kumpulan hokum syariat yang berhubungan dengan tahap kerja jurnalisme, hingga sampai pada tujuannya.


Sebagai perbandingan bagi seorang wartawan/ jurnalis, penulis menyajikan tentang pandangan islam terhadap kejahatan, sanksi dan regulasi pers di Indonesia. Quran surat Al Qalam ayat 11-12 sebagai salah satu bentuk sanksi syariah Islam menyoal infotainment dalam tatanan jurnalistik.


Sebagai seorang alumnus Fakultas Syar’iah wa al-Qanun (Syariah dan hukum), serta pengalamannya bergelut di bidang jurnalistik cukup menawarkan keseimbangan wawasannya dalam menulis buku ini. Meskipun Undang-undang Pers, Kode Etik Jurnalisti (KEJ), dan Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) telah mengatur etika insan pers Indonesia, namun sebagai suatu pengantar awal (bukan bahasan tuntas), karya Faris Khoirul Anam ini layak menjadi referensi batasan aktifitas di kalangan jurnalis muslim, agar tidak terperangkap dalam praktik kebebasan pers yang tidak bertanggung jawab. Agar jurnalis muslim Indonesia beretika sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik, terutama etika Islam.

Peresensi Miftahul Hidayati

Laporan Buku

Judul Buku : KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
Teori dan Praktik Pengembangan KTSP
Penulis : Dr. Wina Sanjaya, M.Pd
Penerbit : Kencana (Prenada Media group)
Cetakan : Pertama, Maret 2008
Tebal : 382 halaman
Penulis Laporan : Miftahul Hidayati (406 422)

Secara umum buku ini berisi tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pengembangan kurikulumnya. Untuk memudahkan pengelompokannya, maka buku ini dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama memaparkan tentang dasar-dasar pengembangan kurikulum. Dasar-dasar pengembangan kurikulum, yang terinci melalui hakikat kurikulum, landasan-landasan dalam proses pengembangan kurikulum, desain kurikulum, pendekatan dan model pengembangan kurikulum, dan pengembangan tujuan kurikulum serta pengembangan materi kurikulum.

Tidak sebatas teoritis, buku ini menjelaskan pula aplikasi dari teori tersebut, berupa pengembangan KTSP serta implementasinya dalam proses pendidikan. Bagaimana hakikat KTSP itu sendiri dan pengembangan dokumen KTSP. Bentuk implementasi kurikulum terlihat dalam pembahasan pada bab III yang berbicara tentang sistem pembelajaran, bagaimana mengajara dan belajar dalam rangka proses implementasi kurikulum, faktor psikologis dalam belajar, posisi guru dalam proses pembelajaran, serta strategi apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran. Bagian keempat buku ini berbicara tentang inovasi kurikulum dan pembelajaran. Evaluasi kurikulum dan pembelajaran serta dilengkapi juga dengan penilaian portofolio.
Kurikulum adalah salah satu istilah yang digunakan orang-orang Yunani untuk perlombaan olahraga, atau tempat yang digunakan untuk berpacu tersebut. dari pengertian ini, kurikulum mengalami perluasan makna sebagai satu jalur arahan dalam pencapaian tujuan dalam dunia pendidikan. Kurikulum dapat dipahami sebagai sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Kurikulum juga dipahami sebagai bentuk pengalaman belajar peserta didik. Disini kurikulum memiliki hubungan yang sangat erat dengan evaluasi keberhasilan pelaksanaan proses / kegiatan belajar mengajar. Siswa dituntut tidak hanya menguasai sisi kognitif atau pengetahuan dalam artian isi atau materi saja, akan tetapi juga dilihat proses siswa dalam memperoleh pengalaman belajar.

Kurikulum dipahami pula sebagai suatu bentuk program atau rencana untuk belajar. Ada beberapa pakar yang mengemukakan teorinya seputar kurikulum sebagai suatu rencana belajar, diantaranya Hilda Taba, Donald E. Orlosky, B. Othanel Smith, dan Peter F. Oliva. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi dan bahan disini adalah bahan kajian dan pelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan penyelenggaraab satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Dalam suatu kurikulum mesti ada perencanaan pembelajaran serta bagaimana perencanaan itu diimplementasikan menjadi pengalaman belajar siswa dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. Maka yang menjadi fungsi suatu kurikulum adalah dalam mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di masyarakat.
Diantara peran kurikulum adalah:
1. Peranan Konservatif
2. Peran kreatif
3. Peran kritis dan evaluatif
Adapun fungsi dari kurikulum adalah:
1. Fungsi penyesuaian
2. Fungsi integrasi fungsi diferensiasi
3. Fungsi persiapan
4. Fungsi pemilihan
5. Fungsi diagnostik

Mengutip apa yang disampaikan pada halaman 17 buku ini, tentang kurikulum dan pengajaran sebagai kesatuan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeeda satu sama lainnya. “Bagi Saylor, berbicara tentang kurikulum dan pengajaran itu seperti Romeo dan Juliet. Artinya, berbicara tentang Romeo adalah berbicara juga tentang Juliet. Romeo tidak akan berarti apa-apa tanpa juliet dan juga sebaliknya. Tanpa ada kurikulum sebagai sebuah rencana, maka pembelajaran atau pengajaran tidak akan efektif demikian juga tanpa pembelajaran atau pengajaran sebagai implementasi sebuah rencana maka kurikulum tidak akan memiliki arti apa-apa.” Inilah satu kelebihan buku ini. Mengungkapkan suatu teori tidak dengan bahasa yang rumit dan ‘berkelas’. Namun memberikan perumpamaan yang dapat dengan mudah diterima tanpa harus memikirkannya secara mendalam berkepanjangan.

Sisi ketergantungan yang terdapat pada kurikulum dengan pengajaran, juga dapat terjadi kemungkinan hubungan antara kurikulum dan pengajaran, seperti:
1. Model dualistis
2. Model berkaitan
3. Model konsentris
4. Model siklus

Peran guru dalam pembelajaran menurut Murray Printr (1993) adalah;
1. Implementers
2. Adapters
3. Developers
4. Researchers

Landasan pengembangan kurikulum

Pengembangan kurikulum merupakan proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara memprlajarinya. Menurut David Pratt istilah desain kurikulum lebih tepat digunakan dibandingkan dengan pengembangan kurikulum. Karena desain adalah proses yang disengaja tentang suatu pemikiran, perencanaan dan penyeleksian bagian-bagian, teknik, prosedur yang mengatur suatu tujuan atau usaha. Maka pengembangan kurikulum adalah proses atau kegiatan yang disengaja dan dipikirkan untuk menghasilkan sebuah kurikulum sebagai pedoman dalam proses dan penyelenggaraan pembelajaran oleh guru di sekolah.

Menurut Seller dan Miller proses pengembangan kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus. Proses pengembangan kurikulum diawali dengan menentukan orientasi kurikulum, berupa kebijakan-kebijakan umum, misalnya arah dan tujuan pendidikan, pandangan tentang hakikat belajar dan hakikat anak didik, pandangan tentang keberhasilan implementasi kurikulum, dan lain sebagainya. Berdasarkan orientasi itu selanjutnya dikembangkan kurikulum menjadi pedoman pembelajaran, diimplementasikan dalam proses pembelajaran dan dievaluasi. Hasil evaluasi itulah kemudian dijadikan bahan dalam menentukan orientasi, begitu seterusnya, hingga membentuk siklus.

Orientasi pengembangan kurikulum menurut Seller tersebut terdiri dari:
1. Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan
2. Pandangan tentang anak
3. Pandangan tentang proses pembelajaran
4. Pandangan tentang lingkungan
5. Konsepsi tentang peranan guru
6. Evaluasi belajar

Hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam proses pengembangan kurikulum adalah:
a. Rentangan kegiatan (Range of activity)
Dalam proses pengembangan kurikulum dimulai dari kegiatan pengembangan dari lingkup yang paling luas sampai kepada lingkup yang paling sempit. Disamping itu juga terkait dengan menghasilkan bahan-bahan pengajaran, seperti menyusun buku teks, modul, program-program film, rekaman audio dan lain sebagainya. Fungsi bahan pengajaran itu sendiri adalah untuk memberikan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan dan program kegiatan.
b. Tujuan kelembagaan (Institusional Purpose)
Tujuan kelembagaan merupakan sama artinya dengan visi dan misi sekolah. Menurut Zais, pengembangan kurikulum harus dimulai dengan nilai filosofis, kemudian asas psikologis, dan asas sosial budaya termasuk teknologis.

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
1. Prinsip relevansi
2. Prinsip fleksibilitas
3. Prinsip kontinuitas
4. Efektifitas
5. Efisiensi

Landasan pengembangan kurikulum
1. Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum
a. Filsafat dan tujuan pendidikan
b. Filsafat sebagai proses berfikir
2. Landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum
a. Psikologi perkembangan anak
- Sensorimotor
- Pra operasional
- Operasional konkret
- Operasional formal
b. Psikologi belajar
3. Landasan sosiologis teknologis dalam pengembangan kurikulum
a. Kekuatan sosial yang dapat mempengaruhi kurikulum
b. Kemajuan iptek sebagai bahan pertimbangan penyusunan kurikulum

Desain kurukulum sebagai disiplin ilmu
1. Subject centered Curriculum
2. Correlated Curriculum
3. Integrated Curriculum

Desain kurikulum berorientasi pada masyarakat
1. Perspektif Status Quo
2. Perspektif pembaharuan
3. Perspektif masa depan

Desain kurikulum berorientasi pada siswa
1. Perspektif kehidupan anak di masyarakat
2. Perspektif psikologis

Model pengembangan kurikulum
a. Model Tyler
b. Model Taba
c. Model Oliva
d. Model Beauchamp
e. Model Wheeler
f. Model nicolls
g. Model dynamic Skilbeck

Pengembangan tujuan dan isi kurikulum

Wina Sanjaya mengutip pendapat Zeis untuk menyatakan pandangannya tentang pengembangan kurikulum harus dimulai dengan menentukan landasan atau azas-azas pengem-bangannya sebagai fondasi, selanjutnya mengembangkan komponen-komponen kurikulum. Pengembangan komponen inilah yang kemudian membentuk sistem kurikulum. Kompoenn tersebut terdiri dari tujuan, isi, metode dan evaluasi.

Kurikulum menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan dan isi atau bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyellenggaraan kegiatan belajar mengajar. Sehingga jadilah kurikulum suatu konsep yang bertujuan.

Adapun alasan tujuan perlu dirumuskan dahulu dalam proses pengembangan kurikulum adalah:
1. Tujuan memiliki kaitan yang erat dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap upaya pendidikan
2. Proses pengembangan kurikulum dan desain model kurikulum yang dilakukan oleh guru dapat dimudahkan dengan adanya tujuan yang jelas
3. Tujuan yang jalas dapat digunakan sebagai konttrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran

Klasifikasi tujuan
a. Domain kognitif
- Pengetahuan
- Pemahaman
- Penerapan
- Analisis
- Sintesis
- Evaluasi
b. Domain afektif
- Penerimaan
- Merespon
- Menghargai
- Mengorganisasi
- Karakteristik nilai
c. Domain Psikomotor
- Gerak refleks
- Keterampilan dasar
- Keterampilan perseptual
- Keterampilan fisik
- Gerakan keterampilan
- Komunikasi nondiskursif

Hierarki tujuan
a. Tujuan pendidikan nasional
b. Tujuan insstitusional
c. Tujuan kurikuler
d. Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran

Pengembangan materi kurikulum
a. Sumber materi yaitu dari masyarakat beserta budayanya, siswa dan ilmu pengetahuan.
b. Tahap penyeleksian materi kurikulum yaitu:
- Identifikasi kebutuhan (need assesment)
- Mendapatkan bahan kurikulum (assess the curiculum materials)
- Analisis bahan (analyze the materials)
- Penilaian bahan kurikulum (appraissal of curriculum materials)
- Membuat keputusan mengadopsi bahan (make an adoption decision)
c. Jenis materi dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan keterampilan siswa.
d. Kriteria penetapan materi kurikulum
- Tingkat kematangan siswa
- Tingkat pengalaman siswa
- Taraf kesulitan materi

Hakikat KTSP
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP pasal 1, ayat 15) disebutkan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing semua pendidikan.
Karakteristik KTSP yaitu:
1. KTSP berorientasi pada disiplin ilmu
2. KTSP berorientasi pada pengembangan individu
3. KTSP merupakan kurikulum yang mengakses kepentingan
4. KTSP merupakan kurikulum teknologis

Secara umum tujuan KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan. Namun secara umum dapat dirtincikan sebagai berikut:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antarsatuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Adapun dasar pengambilan keputusan KTSP adalah melalui dua landasan pokok, yaitu landasan empiris dan landasan formal. Yang menjdai landasan empiris adalah kenyataan rendahnya kualitas pendidikan, kondisi sosial dan keragaman budaya dan potensi yang terdapat di Indonesia, dan pasifnya peran sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum. Sedangkan landasan formal KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Prinsip KTSP yaitu:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara lepentingan nasional dan kepentingan daerah

Komponen KTSP
1. Tujuan pendidikan
2. Struktur dan muatan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam standar isi meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
- Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
- Kewarganegaraan dan kepribadian
- Estetika
- Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
3. Kalender pendidikan
Bab 7 buku ini menjelaskan sekaligus memberikan contoh pengembangan dokumen KTSP secara rinci. Tentunya ini akan sangat membantu dalam mengenali dan memahami proses pengembangan KTSP baik secara teoritis maupun praktisnya. Sementara bab 8, berisi tentang sistem pembelajaran, tidak jauh berbeda dengan teori-teori mengenai sistem pembelajaran yang disampaikan oleh banyak buku kependidikan lainnya.
Bab 9 sampai dengan bab 14 masih berbicara seputar konsep dan teori belajar mengajar dan implementasi kurikulum pada proses tersebut. Baru pada bab terakhir yakni bab 15 dijelaskan mengenai penilaian portofolio, pengertian, prinsip dan kelebihan serta kekurangannya dan bagaimana tahapan pelaksanaannya.
Satu hal lagi, Wina Sanjaya menawarkan berbagai teorinya dengan merujuk pada 44 buku rujukan yang mayoritas ditulis oleh penulis luar negeri. Di satu sisi ini memang bisa menjadi kelebihan buku ini, namun di sisi lain disinilah letak kekurangan buku ini. Dalam proses implementasi kurikulum (KTSP) tentunya yang akan lebih paham adalah pemerhati pendidikan dalam negeri dibanding penulis luar negeri yang hanya ‘teoritis’ semata, tanpa mengetahui bagaimana aplikasi sebenarnya di Indonesia.

Adalah pilihan yang tepat untuk menjadikan buku ini salah satu referensi wajib dalam proses pembelajaran terkait dengan kurikulum serta pengembangannya. Atau sebagai pedoman praktis bagi guru, praktisi dan pemerhati pendidikan dalam merumuskan sebuah kurikulum pada suatu lembaga pendidikan.

RESENSI

Inspirasi dalam Hikayat Sastra Arab

Judul : Ahlan Wa Sahalan, Selamat Datang di Dunia Inspirasi Tanpa Batas
Penulis : Adil Abdul Muthalib
Editor : Budiman Mustofa, Lc
Cetakan : I / Maret 2009
Penerbit : Ziyad Visi Media


Seberapa berpengaruhkah cerita atau hikayat dalam kehidupan kita? Berbagai ide, gagasan, hikmah, pelajaran, dan inspirasi ternyata bersumber dari pengaruh bacaan dan kisah yang telah dibaca. Turut hadirnya hati dan kejiwaan pada cerita atau hikayat yang dibaca mampu menyentuh relung perasaan dan daya khayali, seakan hadir pada kondisi dan terbuai alur cerita.

Di Indonesia sendiri, ada berbagai kisah sastra yang ternyata mampu menggeser trend dan gaya hidup. Nafas-nafas perjuangan kental terasa pada sastra angkatan 45. kemudian berkembang, dan sastra islami, yang diwakili oleh tulisan seperti Kang Abik, dengan karyanya Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih, juga telah mewarnai serta membri inspirasi kalangan pencinta sastra bangsa ini.

Pun buku yang berjudul asli Al Muntakhab min al qashash al islami wa hikayat al arab ini, tentu juga akan memberikan warna baru pada koleksi sastra Anda. Keunggulan yang ditawarkan salah satunya adalah kisah dan hikayat orang-orang Arab dengan kandungan makna dan nilai Islami, yang akan menginspirasi pembacanya.

Bacaan ringan namun bermanfaat ini bisa menemani perjalanan dan waktu luang Anda. Temukan inspirasi melalui hikayat sastra Arabnya!

Revitalisasi Trilogi IMM melalui Deklarasi Arca

Gerakan mahasiswa memiliki konsepsi yang sangat luas penjabarannya. Ia tumbuh dan berkembang dengan sendirinya dengan modal sosial untuk memotori sebuah perubahan.


Salah satu wadahnya adalah IMM, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Gerakan ini mengambil segmentasi di wilayah intelektual, dakwah dan sosial. Terlahir dengan sejarah, suatu antitesa dari gerakan kemahasiswaan yang ada saat itu. Sebagai kader dakwah intelektual IMM memiliki tanggung jawab membawa mahasiswa kepada fitrahnya sebagai kekuatan pengontrol (agent of control), pembawa perubahan (agent of social change) dan penerus estafet kepemimpinan ummat dan bangsa masa depan (iron stock). Dalam perjalanannya, IMM mengalami stagnasi –jika tidak disebut melemah-. Stagnasi ini secara cepat disadari oleh kader-kader IMM. Salah satunya yang melakukan proses pengkaderan tingkat menengah yang dikenal dengan Darul Arqam Madya, yang diikuti oleh utusan IMM regional Sumatera di Medan 30 Desember 2009 s/d 3 Januari 2010 lalu.

Pada kesempatan tersebut dibahas tentang melemahnya trinitas atau tri kompetensi dasar di tubuh kader IMM. Hal ini memicu munculnya keinginan melahirkan suatu ketetapan bersama, sebagai bentuk penguatan kembali trilogy IMM yang kemudian disepakati dengan nama Deklarasi Arca. Rekomendasi yang dihasilkan dianggap perlu menjadi pertimbangan bersama internal dan eksternal khususnya gerakan kemahasiswaan lainnya. Diantaranya beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada pemerintah sebagai bentuk aplikatif dari ruang gerak kader bangsa.

Halnya Ali Shariati (1996) menyebutkan bahwa tanggung jawab pokok cendekiawan adalah membangkitkan dan membangun masyarakat bukan memegang kepemimpinan politik Negara. Kedua, rekomendasi untuk Muhammadiyah dan internal IMM, dalam kapasitasnya sebagai kader ummat dan persyarikatan.
Diantara isi Deklarasi Arca tersebut adalah “Deklarasi Arca: IMM siap mengawal Pemerintahan SBY-Boediono”.

Refleksi kesadaran bahwa adanya catatan penting dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono (SBY) yang hari ini belum menunjukkan adanya perbaikan signifikan. Permasalahan pengentasan kemiskinan yang pada kenyataannya belum menjadi prioritas dengan masih di atas 40% angka kemiskinan indonesia. Alokasi anggaran pendidikan yang belum mencapai 20%, kontroversi ujian nasional, aset-aset strategis bangsa yang lebih dominan dikuasai asing, potensi adanya kenaikan harga kebutuhan pokok, tragedi lapindo tanpa kejelasan dan aparatur pemerintahan yang belum adanya proses reformasi birokrasi yang lebih serius menjadi bukti.

Berbagai permasalahan di atas diperparah dengan dugaan adanya skandal megakorupsi terbesar pasca reformasi yang melibatkan orang-orang dalam lingkaran kekuasaan. Kasus century menjadi permasalahan yang sangat menarik karena adanya keganjilan dalam proses bailout 6,7 T. Selain itu IMM membaca adanya upaya upaya yang akan mengorbankan sampai pada level mentri keuangan tanpa menyentuh lingkar utama kekuasaan dalam penyelesaian kasus century. Ditambah lagi adanya upaya pelemahan institusi inovasi pasca reformasi seperti KPK dan pengadilan Tipikor. Dan kabar terakhir munculnya wacana RUU penyadapan.

IMM melalui Darul Arqam Madya (DAM) dan dialog nasional IMM Regional Sumatera ingin fokus dalam berbagai macam isu tersebut dan siap mengawal pemerintahan SBY dan Boediono. Melalui deklarasi Arca IMM menyatakan sikap :
1. Memprioritaskan pada isu century dengan :
a. Meminta kepada pemerintah dalam hal ini pansus century agar secepatnya menyelesaikan kasus century.
b. Menuntut untuk dapat dihukumnya pihak yang paling bertanggungjawab terhadap kasus bailout bank century sampai pada level tertinggi jika terbukti terlibat.
2. Menolak RUU penyadapan karena dinilai dapat memperlemah kinerja KPK dalam pemberantasan korupsi di negeri ini.
3. Meminta kepada pemerintah agar segera melakukan reformasi birokrasi sebagai upaya menekan praktek korupsi di negeri ini.
4. Menolak ujian nasional sampai adanya pemerataan pendidikan yang jelas di negeri ini.
5. Meminta kepada pemerintah agar segera melakukan rekonstruksi yang rill pada daerah terkena bencana (Sumatera Barat, Madina, dll) sebagai upaya pemulihan kelangsungan kesejahteraan masyarakat.

Rekomendasi tersebut kemudian disampaikan melalui pertemuan dengan wakil DPRD Kota Medan, Kamaludin Harahap. Sedangkan rekomendasi untuk PWM Sumut disampaikan melalui pertemuan dengan unsur pimpinan PWM Sumut di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Medan. Juga dilakukan audiensi dengan H. Bahdin Nur Tanjung dalam kapasitasnya sebagai Rektor UMSU Medan.

DEKLARASI ARCA

FORUM KOMUNIKASI ALUMNI
DARUL ARQAM MADYA (DAM)
PC. IMM KOTA MEDAN
Sekretariat : Student Center IMM Jl. Pukat Banting V No. 27 Medan


Hal : Pernyataan Sikap IMM Medan, 3 Januari 2009


UNTUK SEGERA DIBERITAKAN
Deklarasi Arca: IMM siap mengawal Pemerintahan SBY-Boediono
Refleksi kesadaran bahwa adanya catatan penting dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono (SBY) yang hari ini belum menunjukkan adanya perbaikan signifikan. Permasalahan pengentasan kemiskinan yang pada kenyataannya belum menjadi prioritas dengan masih di atas 40% angka kemiskinan indonesia. Alokasi anggaran pendidikan yang belum mencapai 20%, kontroversi ujian nasional, aset-aset strategis bangsa yang lebih dominan dikuasai asing, potensi adanya kenaikan harga kebutuhan pokok, tragedi lapindo tanpa kejelasan dan aparatur pemerintahan yang belum adanya proses reformasi birokrasi yang lebih serius menjadi bukti.
Berbagai permasalahan di atas diperparah dengan dugaan adanya skandal megakorupsi terbesar pasca reformasi yang melibatkan orang-orang dalam lingkaran kekuasaan. Kasus century menjadi permasalahan yang sangat menarik karena adanya keganjilan dalam proses bailout 6,7 T. Selain itu IMM membaca adanya upaya upaya yang akan mengorbankan sampai pada level mentri keuangan tanpa menyentuh lingkar utama kekuasaan dalam penyelesaian kasus century. Ditambah lagi adanya upaya pelemahan institusi inovasi pasca reformasi seperti KPK dan pengadilan Tipikor. Dan kabar terakhir munculnya wacana RUU penyadapan.
IMM melaui Darul Arqam Madya (DAM) dan dialog nasional IMM Regional Sumatera ingin fokus dalam berbagai macam isu tersebut dan siap mengawal pemerintahan SBY dan Boediono. Melalui deklarasi Arca IMM menyatakan sikap :

1. Memprioritaskan pada isu century dengan :
a. Meminta kepada pemerintah dalam hal ini pansus century agar secepatnya menyelesaikan kasus century.
b. Menuntut untuk dapat dihukumnya pihak yang paling bertanggungjawab terhadap kasus bailout bank century sampai pada level tertinggi jika terbukti terlibat.
2. Menolak RUU penyadapan karena dinilai dapat memperlemah kinerja KPK dalam pemberantasan korupsi di negeri ini.
3. Meminta kepada pemerintah agar segera melakukan reformasi birokrasi sebagai upaya menekan praktek korupsi di negeri ini.
4. Menolak ujian nasional sampai adanya pemerataan pendidikan yang jelas di negeri ini.
5. Meminta kepada pemerintah agar segera melakukan rekonstruksi yang rill pada daerah terkena bencana (Sumatera Barat, Madina, dll) sebagai upaya pemulihan kelangsungan kesejahteraan masyarakat.

Hormat Kami


Tim Perumus
ALUMNI DAM 1 TAHUN MEDAN

Mensukseskan Pembelajaran Bahasa Arab

(Sebuah Catatan Workshop Guru dan Pemerhati Bahasa Arab)

Berbagai alasan dikedepankan ketika berbicara tentang kenapa bahasa arab yang telah dipelajari semenjak di Madrasah Ibtidaiyyah sampai ke perguruan tinggi ternyata belum mampu menjawab kebutuhan kualitas keilmuan tersebut. Satu diantara alasannya adalah, guru yang dianggap belum mampu menguasai kemampuan/kompetensi berbahasa tersebut. Atau kemungkinan alasan lain adalah kurangnya sarana dan pra sarana penunjang kelancaran berbahasa, seperti native speaker dan labor bahasa.

Kurangnya interaksi pembelajar bahasa arab (siswa) dengan Al Quran dan sunnah –yang berbahasa arab- sebagai pedoman kehidupan dan rujukan terdekat belajar bahasa arab, barangkali juga menjadi alasan ke sekian. Bisa juga disebabkan ketidakpentingan posisi bahasa arab diantara mata pelajaran lain (dikotomi ilmu pengetahuan) di madrasah-sekolah dan perguruan tinggi tersebut.

Dimana terlihat secara jelas pengunggulan dan prioritas empat mata pelajaran “imam” yang menjadi acuan Ujian Nasional. Toh, bagus pun bahasa arab sedangkan nilai UN mata pelajaran “imam” tadi meleset, tidak ada surat izin lanjut bagi siswa. Adagium yang sesuai barangkali adalah tajua tabek pambali anak ikan. Ilmu umum jadi andalan, sementara khas/karakter siswa madrasah dan ilmu ‘wajib’ terlupakan.

Ma’had Az Zubair bin Al Awwam, -sebuah lembaga pendidikan Bahasa Arab dan Studi Islam dibawah pengelolaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat bekerja sama dengan AMCF/Asia Muslim Charity Foundation- mencoba mengatasi permasalahan tersebut dengan mengumpulkan guru-guru bahasa Arab tingkat SMA dan MA se-Sumatera Barat di Gedung Wanita Rohana Kudus (20/2) lalu. Dengan menghadirkan pemateri yang kapabel di bidangnya, baik lokal, nasional maupun internasional.

Tentang metode pembelajaran bahasa arab di madrasah atau peruruan tinggi, ada berbagai solusi yang ditawarkan Syekh Abdullah bin Abdul Aziz (pengajar di LIPIA Jakarta). Melalui paparannya dalam workshop yang bertemakan Kiat Sukses Belajar Bahasa Arab itu, disebutkan bahwa selain metode qawaid dan tarjamah (kaidah dan terjemah), ada berbagai metode lain yang bisa dipilih guru dalam mengajarkan bahasa arab. Tujuannya tidak lain adalah agar siswa tetap tertarik untuk mendengar, membaca dan mempelajari bahasa arab. Diantara pilihan itu, ada metode mubaasyirah (langsung), metode syafahiyyah sam’iyyah (ungkapan), metode al ittishaliyyah at taushiliyyah (bahasa komunikasi) dan metode intiqaiyyah (terpilih). Guru bisa saja memilih dari masing-masing metode tersebut, jika metode pengenalan bahasa melalui kaidah/grammar dinilai sudah konservatif dan membosankan.Yang utama adalah ketertarikan siswa mempelajari bahasa arab. Bagaimana strategi dan metodenya itu berikutnya.

Sementara itu, Dr. Bukhari, M.Ag dalam penyampaiannya tentang urgensi Bahasa Arab dalam memahami Al quran dan Sunnah menjelaskan bahwa untuk memahami dua pedoman kehidupan ummat tersebut diperlukan pengetahuan dan keilmuan yang cukup tentang bahasa arab. Karena setiap ilmu dasar/ushul mutlak harus memahami bahasa arab terlebih dahulu. Disebutkan ada dua pendekatan yang digunakan untuk memahami AlQuran dan Sunnah, yaitu pendekatan secara dirayah/lafzhiyah (tekstual) dan tanziliyah (kontekstual). Maka bahasa arab mengambil peran pada kedua pendekatan tersebut.

Disamping itu juga ada pemateri dari AMCF sendiri yaitu Abdul Hamid Siraj, dan Gusril Jamarin. Setidaknya melalui workshop dan pelatihan ini diharapkan adanya peningkatan kompetensi/maharah bagi guru bahasa arab dan perubahan paradigma terhadap bahasa arab itu sendiri. Wallahua’lam.



Miftahul Hidayati

23.2.10

TENTANG BAHASA ARAB DI KAMPUS ISLAMI

Miris juga hati ini ketika mendengar apa yang disampaikan Dr. Bukhari,  M.Ag pada workshop bahasa arab di Gedung Rohana Kudus (20/02) lalu. “Dari sekian lokal C pada bahasa arab intensif mahasiswa IAIN tahun 2010 ini, sepertiganya mendapat nilai 0 (nol)”.


Bagi saya yang terbayang saat itu adalah, jika yang mahasiswa tersebut adalah saya, apa yang akan terjadi. Untung saja, ternyata bukan saya. Karena ada sederet alasan yang menyebabkan keberuntungan berpihak pada saya. Pertama, karena saya adalah alumni madrasah yang juga memperhatikan bahasa arab di Padang Panjang sana. Sementara rekan-rekan mahasiswa –sebutlah yang bernasib malang- itu adalah mereka yang sebagian besar adalah lulusan sekolah menengah umum.


Kedua, beruntungnya saya karena sempat memiliki perhatian dan ketertarikan pada pelajaran ini. Sementara barangkali rekan-rekan mahasiswa yang sedang tidak bernafsu terhadap bahasa Al quran tersebut, tidak sedari awal memang tidak berkeinginan untuk berkenalan dengan bahasa arab. Bahwa IAIN adalah institusi agama yang sangat identik dengan bahasa arab, mungkin saja tidak diketahui oleh mereka yang telah memilih kampus ini sebagai pilihan pendidikannya. Atau barangkali, yang berkeinginan adalah orang tua mereka, yang telah memaksakan anak-anak mereka untuk memenuhi harapan dan keinginan  mereka.

Pada kesempatan lain, ironis juga bagi saya ketika sebuah tulisan yang semula berbahasa arab, kemudian dengan satu kepentingan di print oleh orang lain. Hasilnya bukan lagi tulisan berbahasa arab, melainkan sususan simbol-simbol  huruf arab. Kaitannya adalah, bahwa bahasa arab tidak terprogram di laptop/computer ‘penting’ tersebut. Kedua, memang yang ‘berkapasitas’ memprint tulisan tersebut tidak mengerti bahasa arab. Padahal saya yakin profesinya itu membutuhkan pengetahuan dan kemampuan bahasa arab. Hmh.


Lain lagi kisah tentang seorang teman yang tengah bergabung bersama juru berita. Ketika suatu kali si teman diminta mewawancarai seorang Warga Negara Asing yang tertangkap menyelundupkan shabu-shabu di Bandara Internasional Minangkabau. Kontan saja si teman, menolak. Bukan apa-apa, memang karena ia –entah secara mental atau memang kapabilitas- tidak mampu berbicara dengan penyelundup yang hanya mengerti dan bisa berbahasa Arab itu. Tersadar akan minus kualitas tersebut, si teman baru mulai melirik bahasa yang katanya internasional kedua itu.

Tiga kasus terdahulu saling kait dengan institusi agama tertua di Sumatera ini. Terkait bukan berarti disitu kesalahannya. Toh, dahulu ketika ranah ini belum memiliki institusi Islam, sudah ternama banyaknya ulama yang mahir dalam ilmu ini. Maka ketika sekarang lebih kurang 43 tahun usianya, ia sedikit terluka. Terluka pada bagian tubuh yang maklum dikenal orang.

Barangkali ini adalah salah satu catatan luka di kampus Mahmud Yunus (pakar bahasa arab) ini. Untuk itu, agar luka ini tidak semakin meruyak, secepatnyalah diobati.&

Pendirian balai penelitian bahasa di IAIN adalah salah satu penawarnya. Ada pula tambahan vitamin melalui studi komparatif yang difasilitasi IAIN untuk 30 orang dosen bahasa arab ke berbagai universitas dari berbagai fakultas, juga sudah diberikan. Ditambah lagi pelatihan dan workshop yang telah diikuti oleh dosen dan mahasiswa.


Kiranya langkah-langkah tersebut sudah cukup menjadi penawar perih pada luka yang menggores di IAIN ini. Hanya saja, dibutuhkan komitmen, konsistensi dan kemauan perubahan yang besar, yang tidak hanya dari para Profesor Bahasa Arab yang prihatin melihat kondisi ini lalu mengabdikan diri pada bidang keilmuan ini. Pun dari seluruh civitas akademika yang bersinggungan dengan kampus islami ini. Dosenkah, mahasiswakah, karyawan dan lain sebagainya.

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...