20.2.11

Cerita Sehari

Saya ingin berbagi cerita. Cerita sehari yang lalu.

Setelah sekian hari, saya tak menyempatkan diri berinteraksi dengan manusia lain selain keluarga, akhirnya sehari yang lalu -kemarin- saya beraktifitas di luar rumah.
Tepatnya di Aur Kuning, Bukittinggi, saya habiskan hari. Berawal pukul sembilan pagi, sampai menjelang maghrib.

Sedikit cerita, yang pasti bermakna akan saya paparkan disini.
Pertama, saya bersilaturahim dengan seorang penjaga warnet, yang ternyata bertemu cerita. Latar belakang sekolah, organisasi, hingga persepsinya tentang hidup. Pelajarannya adalah, saya selayaknya bersyukur atas kehidupan saya hari ini. Atas syukur itu, saya mesti abdikan diri padaNya sebaik mungkin. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada hari esok. Terima kasih.

Kedua, sedikitnya saya mengambil pelajaran dari bapak yang berkedai harian seputar simpang Aua. Agar menahan marah. Bahkan pada seorang anak kecil. Karena memori si anak akan kemarahan itu akan tersimpan lama. Saya jadi teringat hadis Nabi, 'jangan marah', diulang sampai tiga kali. Tapi hal ini belum bisa saya terapkan.

Ketiga, saya menunggu kiriman contoh baju kampus yang akan dibuat disini (di rumah). Saya berinteraksi dengan para agen Tranek. Setidaknya dari pukul 11 siang sampai akhirnya kiriman sampai pada pukul 17.40, saya bersama mereka. Meski sesekali saya tinggalkan juga, untuk aktifitas yang dicarai-cari.(hooho)Lalu, satu diantara mereka bertanya tentang saya, lalu membandingkan dengan diri mereka. lalu dia berdoa, semoga saya sukses. Aminn ya rabb.

Terima kasih Tuhan. atas pengalaman dan pergaulan seperti ini. Setidaknya, saya tersadar, banyak hal yang saya belum ketahui, belum peduli. Akhirnya, kita belajar dari alam -beserta penghuninya yang beragam. Cerita sehari yang berarti.


Bukittinggi, awal Februari 2011

15.2.11

Foto favo aq @ Suara Kampus

Foto ini diambil ketika mengadakan out bond pasca dilat dasar jurnalistik Suara Kampus, masa kepengurusan PU Ade Faulina dan Pimrednya Andri El Faruqi.
Aq sendiri saat itu juga di keredaksian, Korlip. ^^

Nah..karna tak bisa dan tak biasa masuk lensa, aq jadi tukang photo dech! :)

oh, i really miz that time.. ^-^



Adil Wandi, Angel, Ade Faulina, Syofia Fitri, bang Iswanto JA/ Pak Lek, Andri El Faruqi, Adliza.. di belakang ada bang Ishlahuddin (juga tak mau diphoto).

13.2.11

Audiensi DPD IMM SB


Audiensi Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah 2010 bersama Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, yang diwakili oleh Sekdaprov. Sumbar, Bpk. Mahmuda di ruangannya. (11/02/2010)

Pelantikan DPD IMM Sumbar 2010



Pengurus yang ini belum lengkap... ^_^

5.2.11

Sajak Seno


"langit muram, kau pun tahu
angin menyapu musim, gerimis melintas
pada senja selintas, aku tak tahu
masihkah ketemu malamku

kamu adalah mimpi itu, siapa tahu
dalam jejak senyap semalam
menatap hujan,
tiada bertanya sedu atau sedan"



Suka pada sajak-sajak Seno Gumira Ajidarma
http://sukab.wordpress.com/2008/08/10/senja-dan-sajak-cinta/

2.2.11

Hidayah di Sebuah Novel




Tak ada kata lain, selain Alhamdulillah rabb al amiin...yang ingin kutuliskan mengawali coretan ini. Segala puji, hanya bagi-Mu Allah..Tuhan, pemilik alam semesta.

Ini tentang hidayah atau petunjuk. Yap, petunjuk yang secara umum akan dipahami sebagai suatu yang memudahkan yang sulit, mencerahakan yang kelam, menerangkan yang gelap. lebih khususnya, kemudahan tersebut, menuju cita-cita, tujuan dan target dari hidup itu sendiri.

Sebagai seorang muslim, cita-cita itu adalah keredhaan Allah. Kebajikan dunia dan akhirat. Maka, satu kata kuncinya adalah hidayah.

Sejenak aku menghela nafas panjang dan dalam, setelah membaca sebuah novel, kisah nyata tentang perjalanan panjang seorang perempuan mencari surga hidupnya. Namun, dalam pengertiannya, yang dicarinya adalah ketentraman hidup, ketenangan jiwa. Perbedaan sudut pandang tentang surga, disitulah kata-kata hidayah itu.

Si perempuan dalam kisah itu, mesti melakoni berbagai peran, untuk mencapai obsesi, cita-cita, dan tujuan hidupnya, yaitu surga. Surga yang berarti kesenangan, kekayaan, kemewahan, dan keber-limpahan harta. Namun pada akhir cerita, ia ditemukan pada hidayah yang 'diberikan' Allah swt, melalui mati surinya. Dan pada endingnya, ia puas dengan hidayah tersebut, tidak lagi terobsesi dengan surganya.(*)


Hidayah. Kisah nyata itu lalu, menyadarkan aku. Betapa, jauhnya aku dari rasa syukur selama ini. Aku, yang -Alhamdulillah- tidak perlu melalui proses panjang itu, telah dihadirkan di bumi ini dalam keluarga yang sudah meyakini Islam sebagai agama yang benar. Lalu, menjalani kehidupan dengan bertuhankan ALLAH swt, kemudian mengabdi sebaik mungkin -bagiku- sebagai seorang hamba yang taat. Meskipun begitu, perlu diakui, berbagai kesalahan yang beralasan khilaf, tercatat jua menjadi dosa hidup ini.

Syukur berikutnya, aku dibesarkan di lingkungan masyarakat yang berdasar, adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, Minangkabau. Meski kemudian kusadari, bahwa dalam keadaan hari ini, masih banyak hal yang patut dipertanyakan dengan slogan itu. Aku dituntun lagi, menempuh pendidikan keagamaan formal, sampai ke perguruan tinggi.

Kemudian pertanyaannya, apakah begitu, aku sudah mendapat hidayah?

Tidak. Tidak semudah itu proses pemerolehan hidayah itu, menurutku. Barangkali, hidayah Islam sudah saya yakini. Tapi masih ada, hidayah Iman dan Ihsan yang mesti ditelusuri dalam perjalanan singkat hidup ini. Ihdinaa ashshiraath al mustaqiimm.. -_-


(*)
Ada beberapa catatan tentang hidayah dari novel yang baru saja saya baca itu. Pertama, seperti yang disebutkn Al Quran, bahwa Allah akan memberi petunjuk orang-orang yang DIa kehendaki, dan akan menyesatkan siapa-siapa yang ia kehendaki.
Si perempuan itu tak akan beroleh keyakinan, jika saja ia tidak bersungguh-sungguh meyakini bahwa akan ada yang membantunya di kala kesempitan itu.

Kedua, manusia dengan segala prediksi, pertimbangan dan ilmunya, tidak dapat mengetahui, menduga apakah seseorang akan mendapat hidayah atau malah disesatkan ALlah swt. Terbayang saja, si perempuan berpetualang -rohani- semenjak kecilnya. mengikuti ritual-ritual ibadah umat beragama lain yang lebih 'asik'. Menjalani kehidupan yang jauh dari nilai-nilai keyakinannya sebagai seorang muslimah. Namun, tetap saja, dengan sifat Rahman Allah -dengan kasih sayangNYa yang senantiasa memberi- itu, juga menetapkan hidayah bagi si perempuan tadi.

Saya jadi teringat hadis NAbi Muhammad saw, bahwa kefakiran lebih dekat dengan kekufuran. Orang-orang yang dillilit kehidupan dunia, akan lebih dekat dengan kufurnya pada Allah. Na'udzubillah!

Ketiga, barangkali disinilah peran orang-orang sekitar seperti keluarga, sahabat dan orang yang peduli terhadap seseorang agar ia memperoleh hidayah. Tanpa doa, dan harapan kepada Sang Pemberi Hidayah, semuanya akan nihil.

Keempat, Bahwa Allah swt saya kira sangat profesioanal sebagai Tuhan bagi manusia. Allah tidak 'pandang bulu' terhadap siapapun, terkait dengan urusan dunianya. Allah, masih saja mengaruniakan kesuksesan bagi mereka yang bekerja keras, bersungguh-sungguh, dan optimis pada obsesi yang ditanamnya. Wallahua'lam! (**)

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...