23.11.13

Evaluasi Buku Ajar


Buku teks atau buku ajar adalah sarana belajar yang digunakan di sekolah  maupun perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran. Buku ajar merupakan salah satu unsur pokok kurikulum yang dapat membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagian guru menjadikan buku ajar itu sebagai pedoman dan bantuan, karena ia dilengkapi dengan tugas dan latihan-latihan. Dengan kata lain, buku ajar dalam hal ini hanya menjadi buku suplemen. Sedangkan sebagian lainnya memfungsikan buku teks sebagai silabus, yang merupakan referensi utama dalam proses pembelajaran. 

Adanya buku ajar di sekolah, dapat dikarenakan oleh terbatasnya kemampuan guru dalam mengembangkan materi dan menyusun sendiri buku ajarnya. Selain itu, waktu yang terbatas juga menyulitkan guru dalam menyiapkan materi ajar pendamping, seperti modul, lembar kerja siswa, hand-out, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, guru dintuntut mampu untuk menentukan buku teks yang akan digunakannya dalam pembelajaran di kelas. 

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru dalam menyeleksi buku ajar yang sesuai adalah dengan menganalisa buku dan melakukan taqwim/evaluasi buku, apakah buku tersebut layak dipakai dalam proses pembelajarannya atau tidak. 

Evaluasi menurut Ralp Tyler, adalah suatu proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana dari sesuatu yang belum tercapai sesuai yang diharapkan. Maka evaluasi buku ajar merupakan suatu proses pengumpulan data mengenai buku ajar, untuk mengukur sejauh mana buku tersebut bermanfaat dalam proses pembelajaran, lalu bagaimana menunjang penyusunan buku dan memperbaiki/ menyempurnakan kembali buku tersebut. 

Evaluasi terhadap buku ajar diperlukan untuk mengklarifikasikan kesulitan dan kekurangan yang harus dibenahi dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, ada beberapa jenis-jenis evaluasi untuk buku ajar, diantaranya:
a.       Evaluasi pendahuluan
Evaluasi ini dilakukan sebelum melaksanakan program yang telah ditentukan. Evaluasi ini juga berguna untuk mendapatkan data-data tentang tingkatan peserta didik yang akan menerima materi pelajaran.
b.      Evaluasi proses
Evaluasi ini merupakan lanjutan dari evaluasi pendahuluan. Evaluasi ini terjadi saat berlangsungnya materi pembelajaran yang mencakup penilaian tujuan, penilaian proses dan penilaian hasil.
c.       Evaluasi akhir
Evaluasi ini dilakukan setelah melalui fase-fase dari evaluasi perkembangan. Melalui evaluasi ini dapat diketahui, bagaimana hasil kemampuan siswa setelah menggunakan buku ajar tersebut.

d.      Evaluasi berkelanjutan
Evaluasi ini akan sempurna jika mengikuti perkembangan terbaru dalam pendidikan, baik dari segi materi maupun dari segi metode, serta perubahan sosial yang akan membawa kepada perbaikan pandangan dari metode yang digunakan.[1]


[1] Abdurrahman Ibn Ibrahim al-Fauzan, I’dad Mawad Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah, (t.p. : t. Tp, 1428 H) hal. 101
 

=>> sekedar catatan kuliah :)


17.11.13

"Ke Carocok Ngapain Aja?" :)

Pulau Cingkuak dilihat dari Pantai Carocok, Painan
Ceria bersama
  
Kita lagi di motor boat/perahu. -tetep eksis- :D

Kalau kamu punya waktu untuk refreshing, ga ada salahnya mencoba mampir ke Painan Sumatera Barat.
Painan, kota yang terletak
60 km dari kota Padang ini, memiliki pantai yang tidak hanya indah dipandang, tapi juga mempunyai sarana bermain yang seru.

Ke Pantai Carocok ngapain aja? *udah kaya tulisan di baju kaos versi Bukittinggi atau Jogja aja nih* :D
Oke, berikut saya sarankan, yang bisa dilakukan menikmati liburan sehari ke Painan.

1. Datanglah pada pagi hari. Sekitaran pukul 9 s/d 10 pagi itu, laut masih sangat cantik dan udara bersih untuk jepret-jepret. Mau poto-poto narsis, atau mengabadikan indahnya salah satu pantai di Pesisir Pulau Sumatera ini juga oke.

2. Dan, petualangan pun bermula. Kamu bisa berjalan-jalan menuju Pulau Batu Kereta melewati jembatan apung. Jembatan itu memanjang dari tepi Pantai Carocok menjorok ke laut. Ada halte2nya juga.  Pada tiap persimpangan jembatan ada gazebo tempat bersantai. Di pulau Batu Kereta, kita bisa nikmati keindahan batu-batu dan karang laut. Saya pernah liat kura-kura ninja juga. Eh, bukan, penyu kali ya. :D

3. Dari bibir pantai Carocok kita juga bisa ke Pulau Cingkuak. Di pulau ini, bagi yang suka tantangan adrenalin boleh mencoba permainan donut. *katanya sih donut, tapi bentuknya tidak bulat, persegi*
Permainan ini untuk empat atau enam orang. Cukup aman, karena ada tali pegangan. si donut akan ditarik oleh motor boat dan berayun di atas air. Boleh direquest juga kecepatannya. Adapula yang lebih aman, duduk manis di atas banana boat. Banana boat ini juga bisa direquest, mau jatuh dan basah-basahan atau tidak. hahaha. satu lagi, permainan seperti motorboat, jetsky (?). masing-masing tarif untuk permainan itu beragam, sekitar Rp 25ribuan. Bisa juga naik flyingfox. 

4. Masih di lingkungan Pantai Carocok, kita bisa menuju Puncak Langkisau. Dari puncak itu terlihat kota Painan, laut dan pesisir pantai daerah pesisir selatan.

5. Bagi yang suka senja, jangan lupa menikmati pesona keindahan alam matahari terbenamnya, jepret-jepret. *Cek-reeett*

6. Nyari makanan, aksesoris, oleh-oleh dan cemilan juga tidak susah, ada di sekitaran area pantai Carocok. Satu lagi, jangan khawatir, parkir pantai ini, -sekarang- udah makin luas.


Jadi, ke Carocok ngapain aja? :)


"Sudah Tradisi"





Pendidikan keluarga sangat berperan dalam pembentukan karakter dan watak anak. Dari keluargalah bermulanya pendidikan karakter tersebut. Mulai dari pendidikan yang diberikan calon ibu kepada calon bayinya hingga berakhir nanti saat kematangan karakternya mencapai usia dewasa. 


Namun, adapula hal-hal yang berlaku di sebuah keluarga, yang tidak pernah memiliki alasan yang jelas kenapa hal itu berlaku demikian. Katanya, sudah tradisi. Ya, yang namanya tradisi atau kebiasaan internal sebuah keluarga tentu saja patut dilestarikan, jika sesuai, baik, bermanfaat bagi anggota keluarga tersebut. Satu lagi, tradisi itu patut dijaga keberlangsungannya jika anggota keluarga yang akan melaksanakan tradisi itu mengetahui sebab dan alasan kenapa tradisi itu perlu diteruskan untuk generasi berikutnya.
 
Saya teringat ada sebuah cerita, tentang sepasang pengantin baru. Anggaplah cerita ini terjadi di suatu negeri di seberang sana. Ketika melihat sang istri akan memanggang daging, yang lalu memotong satu bagian ujung daging tersebut, Si suami bertanya kepada istrinya, “Kenapa harus dipotong dulu ujung daging itu Istriku?”

Si istri terdiam, berpikir sejenak kemudian menjawab, “hmm, tidak tahu. Ibu melakukan seperti itu,” katanya.

Karena penasaran, saat berkunjung ke rumah si Ibu, si suami mengingatkan lagi pertanyaannya. “Ibu, saat memanggang daging, kenapa ibu memotong bagian ujung daging bu?”

Si ibu terkejut dengan pertanyaan itu. Tak terpikir olehnya, manantunya itu akan bertanya seperti demikian. Ibu lalu tersenyum dan menjawab,”Kenapa  ya, Ibu tidak juga tahu. Si nenek melakukan seperti itu.”  Baiklah, mereka lalu bersepakat, akan menanyakan pertanyaan yang serupa kepada si nenek, demi mendapatkan alasan, kenapa sebelum memanggang, daging itu harus dipotong dulu ujungnya. 

Tibalah saat berkunjung ke rumah nenek. *jadi ingat Dora :D *

Saat ditanya kepada si nenek, “Nek, apakah setiap kali mau memanggang daging, nenek memotong bagian daging terlebih dahulu?”  

Si nenek menjawab dan bingung dengan pertanyaan sepele itu, “ya, aku memotongnya.”
Kenapa harus dipotong dulu Nek?  Pertanyaan itu berlanjut. 

Semua penasaran dengan jawaban yang akan diberikan si nenek. 

Nenek dengan santainya menjawab, “Ooo...dulu, kita hanya punya pemanggang daging yang kecil. Jadi, agar bisa masuk semua daging, harus dipotong dulu, begitu.”


**
Ada hal-hal yang kadang tidak perlu diterapkan bila kondisi dan situasinya sudah berbeda. Apapun pendidikan yang diterima, perlu diketahui tujuan dan manfaatnya. Bila sudah tidak cocok dan sudah tidak ada alasan mengerjakannya, kenapa masih ‘harus’ dilakukan? Hehehe. Ada bagian tradisi yang perlu dilestarikan. Ada pula tradisi keluarga yang sebetulnya, tidak ada alasan kekinian untuk melestarikannya. 

Lha, kebiasaan kita seringkali membanggakan sesuatu dengan istilah, "Sudah tradisi.." *kaya iklan aja*.

16.11.13

Tujuan Program Pembelajaran Menyimak dalam Bahasa Arab



     Dalam kuliah dengan Prof. H.D. Hidayat, disampaikan tentang tujuan dalam pembelajaran menyimak dalam bahasa arab. Adapun tujuan tersebut meliputi dua tahap (marhalah), yaitu tahap awal /tahap persiapan dan tahap lanjutan. 
    Tahap awal inilah yang dituju dalam program menyimak di madrasah (MTs dan MA), yaitu:

a. Mengucapkan kata dan kalimat yang diprogramkan pada setiap dars dengan baik dan benar
b. Melakukan hiwar (tanya jawab) dengan struktur kalimat  yang diprogramkan pada setiap dars;
c.  Mengidentifikasi bunyi kata (mufradat) yang diperdengrkan;
d.  Mengidentifikasi bunyi kalimat (jumlah)
e.  Mengidentifikasi (fahmul-masmu’) kalimat yang diperdengarkan
f.  Mengidentifikasi (fahmul-masmu’) kata yang yang diperdengarkan;

Di Madrasah Aliyah (mulai Kls. 11 ) ditambah dengan tujuan kompetensi:
   g. Menunjukkan tema dari hiwar pendek yang diperdengarkan

Dengan mengetahui tujuan tersebut, guru dapat menyusun bahan ajar dan membuat bentuk evaluasi yang sesuai.

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...