7.12.15

Saat Bicara Gak Nyambung yang Sesuatu Banget

[google pic.]

Pernah dong kamu merasa gak nyambung banget dengan tema pembicaraan?
Beberapa waktu lalu, saya justru memfasilitasi pembicaraan yang gak nyambung. Dan, itu.. buat saya menjadi rasa yang sesuatu banget. Rasa campur aduk, kesel, nyesel, bosenin plus bikin bingung sendiri.

Sebagai seorang tenaga pengajar, mestinya kita biasa dan -hasrunya lagi- bisa berkomunikasi yang baik. Komunikasi efektif itu, di antara ciri-cirinya adalah gak bertele-tele, dapet inti/poinnya, menarik, disertai humor mungkin, disampaikan secara tulus juga, bahasa mudah, dan cara penyampaian baik, tentunya dengan tujuan pembicaraan yang jelas. Komunikasi efektif itulah yang buat nyambung atau tidaknya seorang pembicara dengan audiensnya,

Nah, kalau posisi kamu jadi seorang penengah, antara pembicara dan audiens, dihadapkan pada keadaan yang,
1. dikasi tau tentang tema pembicaraan
2. dikasi slide pembicara satu
3. dikasi slide pembicara dua
yang, antara satu, dua dan tiga rada ga nyambung gitu. Ibarat jari-jemari, yang mertinya klop, saling silang kelima jarinya, dan itu jelas banget ketercapaian apa yang dibicarakan. Ada arah timbal balik antara kedua tangan. Maka si jari itu, sukses buat nyambung keduanya.
Kalau ilustrasinya, jari telunjuk nempel ke jari telunjuk, buat saya itu belum efektif. Cuma ketemu aja, gak nyambung.
Yang satu ngomongin ABCDE, satunya lagi ngomongin A aja. Sedangkan secara garis besar arah pembicaraan yang ditetapkan itu adalah "Huruf-Huruf Vokal". A-I-U-E-O. Yang tukang nyambungin itu pun, taunya cuma I -E, gimana nyambungnya...

Dan, kalau pembicaraan yang sejak awal udah rada ga enak hati, tersebab apalah misalnya, kondusif tidaknya sarana-prasarana, terang aja ngaruh sama pembicaraannya.
So that, butuh waktu cukup lama, saya menghibur diri atas ketidakmaksimalan saya memfasilitasi hal itu semua. Itu tadi, rasanya mulai dari kebanyakan "loh, kok...?", "duh, kok gini,,", hmm..hmm., monoton, gimana nyambunginnya, kasi komen, bosen, kesel, jadi bingung, dan ujung-ujungnya nyesel. Saya bener-bener KZL beratz sama diri sendiri waktu itu. Hahaha.

Karena, saya tau banget, bagaimanapun itu adalah kesalahan saya. Persentase terbesar, kegagalan komunikasi itu adalah kesalahan saya. #ITU!
Kenapa saya ga bisa bikin suasana cool jadi adem, akrab. Kenapa ga bisa nyari benang merah apa yang dibicarain untuk difloor- lagi ke audiens. Kenapa ga bisa menetralisir kebingungan sendiri dengan lebih baik. #hallah, ini salah ding, bingung kok dinetralisir#. Dan lain-lain,, dan lain-lain.

hmh.

Dulu, juga saya pernah mengantar sebuah acara sakral, yang sampai berhari-hari setelah acara itu selesai, saya tetap uring-uringan, KZL. Masalahnya waktu itu, saya udah siapin urutan acara, udah dikasi tau panitia, di fix kan yang hadir, yang bicara dan udah ready gitu. Lah, emang dasarnya amatiraann...saya nya justru belum nyambung kalo yang hadir belakangan itu adalah pejabat kota itu [bukan kota saya tinggal sih, jadi ga kenal]. Saya kira cuma tamu penting, siapalah, taunyaaa...plat merah 1 nya.

Panitia buru-buru datangi saya, bilang ini-itu dan marah-marah, di sisi ruang yang kelihatan banget sama orang banyak. DUH!! itu rasanya, KZL kelas internasional. Rasanya, mau pulang aja. "Selesaikan sendiri acaramu." mau bilang gitu sih, tapi "ya allaahh... ampuni, ampuni. Save me. :(" Trus, coba lagi, senyum, tarik nafas, senyum, istighfar. Dan lanjutin acara sampai selesai.

Setelah itu? Setelah acara selesai, saya cabut. Pamit dikit, basa basi. Udah. Nyari kopi, coklat dan kripik. Hahaha. #makananadalahpelampiasanemosipalingbaik.

Gituu deh, cuap-cuapnya, gak nyambung yang rasanya sesuatu banget!!
Buat saya, nulis yang semacam ini, di blog juga jadi penyalur emosi yang lebih baik. Tapi ga langsung saat rasa KZL itu hadir, didiamin dulu beberapa waktu, biar otak dan hatinya terkoneksi dulu dengan baik. Beres. #tarikk nafas... plong.

Jadi, kesimpulan saya atas cuap-cuap ini:
1. kalau kamu mau "berbicara" jangan lupa doa dulu. Ini bener banget, Rabbisy rahli shadri, wa yassirli amri, wah lul 'uqdatan min lisaani. Karna gimana pun persiapannya, kalo dalam hati ada rasa 'sepele, anggap enteng, dll, Allah punya cara ingetin keangkuhan kita.
2. setelah persiapan, jangan diburu stres, atau merasa tertekan baik oleh waktu, orang-orang atau pun ketakutan sendiri. Yakinkan diri, bismillah, niatnya bantu lancarin acara orang, udah.
3. buat dirimu rileks dengan yang kamu suka. Dengan senyum, liat orang yang kamu percaya, dan all things gonna be okay.
4. tambah jam terbang. Coba lagi belajar lagi. kalau udah lama ga coba, awal-awalnya ya biasa aja, grogi dikit mungkin. *oh. ITU AKU..* #s07lirik# hehehe.

Daan, udah dulu cuap-cuapnya, udah pagii, ga enak sama mentari, telat keluar rumah. :D 
Komunikasi Efektif adalah saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan. - See more at: http://chalouiss.blogspot.co.id/2011/12/pengertian-tujuan-bentuk-dan-unsur.html#sthash.XnOBa8Na.dpuf
Komunikasi Efektif adalah saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan. - See more at: http://chalouiss.blogspot.co.id/2011/12/pengertian-tujuan-bentuk-dan-unsur.html#sthash.XnOBa8Na.dpuf
Komunikasi Efektif adalah saling bertukar informasi, ide, kepercayaan, perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan harapan. - See more at: http://chalouiss.blogspot.co.id/2011/12/pengertian-tujuan-bentuk-dan-unsur.html#sthash.XnOBa8Na.dpuf

6.12.15

Menuju Hijrah



Pernah kusimpan di diam. Tak kering dendam. Terus mengembang. Bertumbuh duri. Terasa sakit.
Barulah dimengerti, mengenang tak terasa perih. Pergi tak ada ganti. Hilang kemana dicari. Lepas tak tau arah terbang. Merelakan. Mengerti walau bukan diberi arti. 

Pernah kudekap angan. Harap dan doa berpagutan. Tak penat mengejarnya. Kian jauh berlari. 
Sesampai di muara,  lalu bertanya, apa guna. Apa guna sampai di sini. 
Heran kepada diri. Sudah dapat tak tau arti. Jauh katanya hamba dari Ilahi. 
Di muara, kita terhenti. Lihatlah sampan itu. Dayung dan lentera telah siaga. 
Siapa lebih dulu, atau siapa menunggu apa. Kenapa tak kunjung berlayar.


Pernah kutitip mimpi. Pada elang di puncak Merapi. Hendak menurut kelana bersamaan,
Tak perlu terlalu tinggi. Bertapakan juga hendaknya di bumi. Belum. Belum lagi sejengkal mengangkat diri.
Tersungkur, tiada kuasa berdiri. Meng-awangkan terawang lebih jauh lagi.



Kadang takdir seperti kebaikan yang menumpuk. Menumpuk berkebalikan. Beroleh, walau dari lain sisi. 
Ingatan membenam dalam kenangan. Tak pantas dipupuk menjadi dendam. Rindu enggan berkesudahan. 
Mimpi-mimpi, lalu terjadi, tapi tanpa arti. 

Kenapa enggan bertanya, bila diam menyengsarakan.
Kenapa diam, bila pergi sudah masanya.
Kenapa bertahan, bila di sisi ada jalan. 
Kenapa mencuri, sedang masih bisa ia dicari.
Kenapa menerka, apa yang sudah jadi tetap Nya.
Kenapa kikir pada kebaikan-kebaikan.
Kenapa tak jua belajar kepada sabar.
Innal insaana khuliqa haluu'a. 
 
Mungkin kembali hadir, pada waktu, dengan dan dalam sesuatu yang tak lagi merupa wujud. 

#menujuhijrah

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...