13.1.16

Tetiba

Tetiba kita menjadi sesuatu yang tak pernah kita ingin menjadi. Melakukan apa yang tak terpikirkan sebelumnya untuk dilakukan. Mungkin juga mengatakan atau menyatakan, sesuatu yang bukan gambaran diri kita yang berkata.

Semuanya bisa saja, tiba-tiba berubah. Berubah belok kanan, tiba-tiba harus ke kiri. Maunya jalan terus, lalu harus berhenti. Atau, inginnya berdiam tapi keadaan memaksa berlari. Bisa saja, tiba-tiba.

Kenapa tiba-tiba bisa terjadi?
Karena kita selalu men-sett rencana demi rencana. Kita terlalu menuhankan agenda dan agenda. Kita terlalu berfokus pada target dan program-program. Lalu, perubahan hadir dengan tiba-tiba.

Kita mungkin lupa, rencana yang lebih besar dari sederet panjang rencana kita. Kita seakan memiliki segalanya. Memiliki waktu, memiliki energy, memiliki potensi, memiliki masa depan. Tidak, tidak. Bahkan kita tak memiliki apa-apa. Sekalipun diri kita.

Kita mungkin enggan merenung, jalan panjang dan titik capai yang kita rela berlelah-lelah mengejarnya itu, untuk apa. Demi siapa. Kita sendiri tak pasti. Maka wajar saja 'tiba-tiba' itu menggantung di langit mimpi kita. Membangunkan. "Hei, ini jalan yang telah ditentukan. Kembalilah."

Maka ketika dikatakan demikian, adakah kita mampu menjawab, "fa aina tazhabun". Kemana lagi engkau akan pergi..
Satu detik pun tak bisa kita menanti. Satu senti ingin memindahkan jarak, tak kuasa. Konon lagi berkata, lari dari kehidupan yang tak selalu ramah dengan rencana-rencana.

Lalu, tetiba kita harus berhenti. Saat kaki hendak berlari kencang.  Kembalilah.

Ya Ayyatuhan Nafsul Muthmainnah.
Irji’i ila rabbiki raa dhiyatam mardhiyyah.
Fadkhuli fi ’ibadi. Wadkhuli jannatii…”

“Wahai jiwa yang tenang…
Kembalillah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhoi-Nya.
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku.
Dan masuklah ke dalam surga-Ku.”
( Qs Al Fajr : 27-30)

Masihkah ada yang terjadi tiba-tiba selain dalam rencana-Nya?

4.1.16

Sedikit oleh-oleh dari Bandung Selatan

Sebagai rumah, rasanya saya perlu coretkan sedikit oleh-oleh sisa perjalanan dari Bandung Selatan beberepa waktu lalu.
Jika berlibur ke Bandung Selatan,  menginaplah di sana. Merasakan sensasi dingin ruarr biasa malam hingga pagi. Menikmati embun yang tak kunjung berakhir, meski telah datang mentari. Memandang kejauhan bukit-bukit rapi perkebunan teh. Rancabali! Subhanallah.

Mendakilah, lalu menurun sedikit. Sekedar tahu, bahwa gunung pun habis masa jaya. Tapi ia tak serta merta mati, hanya mengubah diri menjadi kawah. Dialah Kawah Putih.

Bila berkesempatan, jangan lewatkan memetik stroberi dari sekelompok tanaman itu langsung di kebunnya. Kalau memetik stroberi di rumah sendiri, ya biasaa.. Bagaimana rasanya memetik dan merasakan asam manis merahnya di sana? Ciwidey. 

Oya. Jangan lupa, dokumentasikan! :)) 

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...