2.4.16

Ketidakberuntungan itu..

Pernah mengalami ketidak beruntungan nasib? Tentu saja. Pasti ada hal-hal sejenis, sebangsa dan serupa itu kita alami dalam hidup.
Pernah sewaktu sekolah, mendapati nilai ujian 4.5 sebagai "harga awal" pelajaran baru, yang sulitnya minta ampun *saat itu*.
Pernah juga, memperoleh peringkat ke 11, saat yang diberi penghargaan adalah 1 sampai 10.
Atau, IPK saat tamat kuliah, nyaris berada pada level lebih baik, hanya berselisih satu poin. Tepatnya nol koma nol satu.

Itu semua semacam ketidak beruntungan.
Tapi, saya tau, itulah yang terbaik.

Saya masih punya contoh lain Dari ketidak beruntungan nasib. *ya, kata nasib inilah yang membuat mood sy berubah drastis malam ini. Saat seorang kawan yg dulu seperjuangan, menanyakan "nasib" kepada sy. Dan dia beruntung, nasibnya lebih baik.*
Contoh lain itu seperti, sebuah pekerjaan yang sebelumnya tak melibatkanmu. Sedikitpun tak bersinggung denganmu.
Namun, tiba-tiba kamu dimintai tolong untuk membantu timnya.
Oke, kamu membantunya. Dalam perjalanan kerja itu, terjadi sebuah kesalahan. Kamu memang bukan yang dipersalahkan, bukan. Tapi kamu adalah yang terpilih, untuk dipersilahkan menjadi juru solusi. Menyelesaikan pekerjaan Baru yang terbengkalai.
Bagaimana dengan ketua tim?
Entahlah. Dia seperti bukan yang telah menyebabkan kesalahan itu terjadi. Dengan enteng tidak peduli. Kamu meneruskan pekerjaan Baru itu, sampai-sampai butuh waktu lima kali lipat dari kerja semula.

Hahahahhahaa. Mari kita tertawa. Inilah ketidak beruntungan nasib. Dan, saya pastikan, ini bukan sebuah kebodohan.
*Semoga saja.

Suatu kali, saya pernah bercerita dengan seorang guru. Si guru memuji keberuntungan nasib saya, pekerjaan yang saya jalani. Katanya, betapa beruntungnya, selepas kuliah langsung dapat pekerjaan. Cukup nyaman pula. Selang beberapa waktu, bisa melanjutkan cita-cita, Dan..mungkin juga mewujudkan beberapa list dalam daftar impian. 

Saya hanya tersenyum. Merasa tidak pantas untuk bercerita, berkeluh kesah perkara ketidak beruntungan yang sedang menimpa. Bisa-bisa ilmu syukur nikmat yang pernah diajarkan guru itu, sirna seketika. Haruskah saya beritahukan, kalau...sebetulnya...yang saya rasakan..adalah... *ah, tidak. Itu adalah ketidak beruntungan yang berada setelah keberuntungan nasib baik saya. Dan semua ini hanya perlu sedikit senyum. Saya lalu mengangguk, seakan membenarkan semua dugaan keberuntungan nasib saya oleh Sang guru. 

"Allahummaj 'alni khairan mimma tazhunnun" semoga Allah jadikan saya lebih baik *lebih beruntung* dari yang telah disangka-kan kepada saya. *hihi 

Ketidak beruntungan nasib lainnya, mungkin juga pernah singgah di hidupmu. Tapi catat, mari kita tertawakan ketidak beruntungan tersebut. Itulah yang mungkin dilakukan, jika ingin tetap bahagia.

"Perbedaan antara orang yang bahagia dengan orang yang tertekan hanyalah pada cara mereka bereaksi terhadap kemalangan." [Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya, Ajahn Brahm]

Akan Berlalu

Apapun dalam hidupmu akan segera berlalu. Ya, berlalu dengan segera. Hanya kesabaran kita yang kadang tak cukup kadarnya melewati kata "segera" itu.

Saat dihadapkan pada hal-hal yang tak menyenangkan, kita ingin hal itu segera berlalu. Misalnya pada tingkat dan tahapan pendidikan, kita ingin cepat-cepat ujian. Perkara nanti, bagaimana kesiapan diri. Biar semuanya cepat berlalu. Juga pada pekerjaan- pekerjaan yang sulit, kita ingin keadaannya cepat berlalu. 

Lalu, ketika saat-saat menyenangkan datang, dengan seenaknya, kita ingin menahannya agar tak berlalu. Seperti bisa memegang erat putaran waktu. Atau berhenti pada masa dan suasana yang di-mau. 

Tapi, kita lupa mengingat..semua pasti berlalu. Kesenangan, kenyamanan, pekerjaan yang menyenangkan mesti berganti. Dan kita telah melupakan sesuatu: menikmati kenyamanan.
Sekali lagi, semua akan berlalu, bila datang waktunya. Tekanan-tekanan. Keresahan. Kegundahan. Kesenangan. Kenyamanan. Tak satu pun yang akan bertahan lama. Pasti juga berlalu.
Saat kesulitan datang, depresi menjadi peluang, maka kata "semua akan berlalu" lah yang menjadi penguat, merupa semangat. 

Juga jika kebahagiaan, prestasi dan kenyamanan mendekat, sejatinya kita mesti tanggap, bahwa "semua akan berlalu", maka sangat pantas keadaannya disyukuri. Nikmatilah keduanya.
Karna sangat disayangkan, jika kita berlarut-larut dalam kecemasan dan  kekhawatiran kemudian depresi. Padahal semua pasti berlalu.

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...