21.12.16

Catatan di Desember

Hai. Mumpung nungguin si Cece mandi, mari sedikit kita buat catatan.

Rasanya cukup lama tak mencatat di Nimiasata. *padahal baru pertengahan November lalu. Aktifitas dan kesibukan tengah teralihkan ke beberapa kegiatan baru. Tapi tak mengapa, dalam Catatan di  Desember ini, kita bercerita ringan dulu saja. Membincang banyak hal, atau *terlalu banyak hal. Semua yang kemudian akan kita banggakan, atau sekedar kita kenang, menjadi sebuah catatan di pengujung 2016 ini.

#tentanghobibaru
Desember menjadi bulan kedua bagi saya belajar menjahit. Ya, meskipun menjahit adalah profesi Ayah sejak dulu, tapi rupanya skill itu tak serta merta menurun sebagaimana gen yang berada di diri anaknya. Ayah adalah pejahit laki-laki, yang kira-kira sudah setengah abad menggeluti bidang ini. Karena Ayah tak begitu bagus memotong bahan untuk pakaianan perempuan, saya jadi terpikir, saya harus bisa. Maka jadilah, secara perlahan, minggu ke minggu, belajar menjahit dari dasar. Agak jenuh memang, awal-awal yang harus bekerja mempola dengan kertas, tapi di rumah saya lakukan apa yang ingin saya coba. Jika di tempat kursus saya belajar di kertas, maka di rumah, saya langsung potong dan jahit langsung ke kain. Rupanya pekerjaan/hobi baru ini menyita waktu dan keasikan.

#tentangKeagamaan
Apa yang orang-orang pikir terhadap agama ini setelah menyaksikan dua kali aksi terkait perkara keagamaan? Saya berpikir bahwa, soal iman memang tak bisa dipaksakan, ditahan-tahan, dibendung, apalagi dilawan. Pada awal-awal persoalan ini merebak, saya menilai sederhana saja. 
Cukup bahwa: Seseorang yang tak mengerti sesuatu, telah berbicara sesuatu. Maka biarkan saja. Jika sesuatu yang dibicarakannya itu, berkait dengan X, maka jangankan X, TUVW dan bahkan YZ sekalipun, tak dibenarkan dalam agama. Demikian kita beragama.

Nah, ternyata pemahaman semacam itu tak dipahami oleh banyak orang. Atau orang-orang yang sudah "berilmu" dan diberi 'pengetahuan' oleh Tuhannya, memahami dengan pandangan yang tak sependapat. 

Ini menjadi sebab, ada dua langkah yang ditempuh orang-orang beragama ini. Satu, menyatakan ketidak sukaannya. Dua, diam dan membiarkan seakan tidak terjadi masalah apa-apa. Di sini rupanya keadaan menuntut hati saya bersikap, kemana hendak berpihak.
Aksi kedua pun terjadi. Saya mengikuti dengan sepenuh keyakinan bahwa dalam kehidupan beragama dan sikap keagamaan ini, mesti ada firqah/sekelompok orang yang senantiasa menuntut ilmu, hidup dalam kedamaian pikiran dan fisik, berdialog dan berbagi pandangan. 
Dan, firqah lainnya harus ada yang bersikap tegas, menentukan dan membatasi, tak lagi memberitahu, tapi memperingatkan, bahkan melawan. Di situ kekuatan itu berpadu. Dan, keadaan ini menggaduh di hati, bukan di logika. Demikian kita berkeyakinan.
  
Saya hanya tak suka broadcast yang masuk ke medsos kita, dipenuhi dengan kebencian. Cobalah menimbang, perlu tidak perlunya berkomentar. Baik atau tidak baik setelahnya. Juga dengan kondisi hati. Biarkan saja, bila soal akidah ada Tuhan yang merajai. Perkara pidana, kita punya penegak hukum. Nah, tak bagusnya adalah semua yang tiba2 jadi ahli hadis. Berdalil, padahal tak tau apa itu hadis mungkar, misalnya. Tiba2 menjadi politisi ulung. Sekedar berorganisasi sekali pun tak pernah. 
Aduh. 

#tentangPilihan
Kata orang, dua hal yang perlu pertimbangan matang dalam memilihnya, pertama profesi, kedua partner hidup. Tentang profesi, entah akan seperti apa hari-hari esok datangnya. Sekian tahun berlalu, saya telah memilihnya, menjalaninya dan akan bertahan di pilihan ini. Insya Allah. Perkara apakah selamanya di sini, begini, dengan ini, itu jelas tak pasti. Sekolah lagi, bila benar jadi solusi, ya dijalani.

Baiklah. Marilah kita lewati, bagaimana kehendakNya.
**

Oh ya, cuaca belakangan ini seperti kawan-kawan ya?! 
Datang dan pergi silih berganti. 
Kawan lama yang telah tersibuk kehidupan barunya, dan kawan baru yang datang bersama aktifitas/dunia baru. 
Hanya beberapa mereka yang menetap di 'kehidupan' dan dunia 'hari ini'. :)

Okey. Si Cece ready. Waktunya pulang.. 

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...