30.1.17

Perjalanan

Memang tak pernah terpikirkan sebelumnya akan menempuh perjalanan itu. Jalan, yang sedari awal tak pernah dipilih, sebelas tahun lalu. Dan kemarin, adalah hari pertama langkah ke arahnya dimulakan. Bagaimana kemudian kesudahannya, kita juga belum bisa prediksi.

Haha, bingung? Saya hanya bercerita soal kuliah S1 kedua ini. Baru sehari belajar. Rasanya nano-nano. Memantik api tauhid di hati. Bahwa, benarlah apa yang selama ini rukun iman tersebut-sebut ada enam itu, adalah fondasi semua aktifitas kita di dunia ini.

Bukankah kita percaya bahwa Tuhan hanya satu. Dia tidak beranak, dan tidak pula diperanakkan. Bagaimana mungkin zat yang pantas -dan hanya satu-satunya yang pantas- disembah itu memiliki anak? Sedangkan Dia menciptakan -dari sesuatu yang tidak pernah ada, lalu menjadi ada-, yang akan dianggap sebagai anaknya itu? Ya, ya. Tak ada Tuhan selain Dia. Karena itulah hanya Dia-lah Illah yang patut disembah.

Keyakinan kepada malaikatNya, kepada para utusanNya di bumi, Nabi dan Rasul itu adalah keyakinan yang menuntut adanya perbaikan pada diri orang yang berserah diri (untuk itu), dalam kesehariannya. Kalo bukan karena yakin ada malaikat yang ngikutin terus, ga ada rasa bersalah untuk sekedar menyimpan hal-hal yang 'tak jelas' di rumah. Toh itu adalah rumah kita. Ga ada manusia yang tau kan. Tapi, malaikat yang kita yakini itu -menurut keyakinan kita- akan enggan mendekat. Atau, yakin akan dimudahkan dalam belajar, ketika terbayang, bahwa malaikat akan membentangkan sayapnya kepada orang yang terus belajar. Kabar dan risalah-risalah itu sampai secara bersambung hingga kini, karena ada utusan Pencipta itu. Nah, itu ada dimana di fisik kita ini? Otak? Atau hati?

Bahwa dengan meyakini segala yang tertakdir adalah bentuk perjanjian kita sejak dulu kepada Tuhan, memberi kekuatan menjalani hidup yang tak lama ini. Bila ini sedemikian rumitnya, berat, berlikunya, Tuhan sudah tetapkan begitu, karena dipercaya mampu.

Ohya, jika kalian berpikir saya menyoal rukun iman ini seperti pelajaran anak SD, yang baru belajar agama, mungkin sesekali kalian perlu melakukannya. Tanya lagi hati, dimana Allah dalam hati kita. Tanya lagi kenapa perlu ada malaikat, para nabi, peringatan tentang hari esok (hari semua kebaikan dihitung, ditimbang, dikasi reward dan punishment) dan perkara ketetapan Tuhan itu. Bertanyalah, agar kita memikirkannya. Buat apa? Buat merefresh keyakinan. Karena ada masanya keyakinan itu menguat, ada kalanya melemah. Iman, yang terkadang naik tersebab amalan dan terkadang turun karena kemaksiatan.

Sebagian kawan bertanya, apa yang ada di pikiran saya, mau-maunya kuliah lagi, di saat sudah bekerja,  sudah belajar lebih pula satu bidang -dasarnya-, kini mau buang-buang waktu, pikiran dan uang (lagi)? Kurang kerjaan. Hhm, mereka hanya tak mencoba menjadi saya, walau sehari. Haha. Bisakah kalian bayangkan, menjadi saya?

Kamu adalah saya. Mengajar di SMK dengan program keahlian teknologi informasi. Setiap hari kamu disibukkan dengan: belajar otodidak tentang keterampilan komputer (dasar2 sih, hihi), lalu mengajarkannya. Ya, mengajarkan itu semua, yang baru beberapa hari lalu kamu pelajari, di kelas, kepada siswa yang, yaaaa...sebagiannya lebih dulu tau dibanding kamu. (Sebagian.) Karena mereka telah belajar yang lebih rumit di tingkat sebelumnya. Nah, giliran ada hal-hal tak diduga di kelas, kesalahan ini, error ini, itu, kamu (pastilah..) panik, seperti kamu sedang zoom out dari kehidupan ini.

Kamu adalah saya. Yang empat tahun lalu ber-situngkin belajar tentang XX, yang ternyata hingga hari ini, tak berkesempatan menceritakan ulang, membagi tau, mengeksplor lagi, yang sudah kamu fokus dulu itu. Hari-hari kemudian adalah, melakukan hal baru, hal baru, hal baru. Bertemu kawan baru, dunia baru, dan aktifitas baru. Kadang, kita bukan tak butuh hal baru itu, tapi kita merasa belum ingin meninggalkan hal lama, belum ingin berpindah lebih tepatnya. *bukan belum move on, #eh!  Pernah begitu?

Nah, kalau gitu, kamu mau menjadi saya, walau sehari? Ayolah, kita bertukar peran. Mana tau saya ternyata adalah kamu yang tersesat di kehidupan ini. *hahaa, efek inih, efeek K-D****

Riilnya, semua ini dari hari ke hari adalah seperti perjalanan yang tidak bisa kita tebak kesudahannya. Kita hanya melewati, lalu menemukan makna kata "ohh " "ouu.."dan "owhhh". Tidak ingin terjebak menjadi hamba yang: meminta datang waktu sore, ketika hari masih pagi. Meminta disegerakan waktu-waktu. Seperti dalam kitab suci, keinginan sekelompok manusia yang ingin disegerakan baginya balasan, padahal hanyalah demi sebuah penyesalan. Menyesal: ia telah membiarkan semua berlalu sia-sia. *ini juga saya menghindari kesia-siaan.. menuliskan ini karena tak bisa tidur. haha

Dalam sebuah zikir pagi, seharusnya kita bisa ingat (dan sadari), kita baca tiap hari, semoga berefek dalam melalui 'perjalanan' ini. *lebih ngefek dong, dibanding K-D td..

"Kami telah memasuki wakatu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada Illah (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik Allah kerajaan dan bagiNya pujian. Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Rabb ku, aku mohon kepadaMu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahny. Ya Rabbku, aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan kejelakan di hari tua. Wahai Rabbku, aku berlindung kepadaMu dari siksaan di neraka dan siksaan di kubur."
 Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan, sayang engkau tak duduk disampingku kawan. Kalo kata om Ebiet G Ade sih begitu. Tapi tidak bagiku Kawan. Perjalanan ini biarlah menjadi catatan yang enggan terbuang di nimiasata saja. Tak perlu ada engkau di sini, Kawan. Karena kehidupanmu, mungkin saja tak lebih sederhana dari perjalananku ini. Hanya saja, kami tak tau (dan tak kau bagi tau). ya kan.. kan..

Wah. Ayam-ayam di sini mulai berkokok. *bukan fire rooster ya, bukan ayam elektrik juga, ini asli. Ori ayamnya, eh tapi bukan K*C juga lah. Pertanda pagi menjelang. Pertanda, saya harus kumpulkan sisa-sisa 'senjata'  masuk kelas tiga jam lagi. Mungkin sekian tahun lagi saya tak lakukan hal serupa. Mungkin sebulan lagi saya ga ngajar 'ini' lagi, atau mungkin besok tiba-tiba ada yang berbaik hati menggantikan saya masuk kelas. Haha. Iya, mana tau. Siapa yang bisa pastikan kehidupan setelah ini. O-saya maunya setahun lagi tetap di sini-begini lah. Tahun depan aja mutasi nya. O-saya mau terus belajar lah,, ga mau kerja. #hek. Tuhanmu adalah Tuhanmu. Tuhanku adalah yang mengaturku. Tuhan kita sudah merencanakan segalanya. Ga bakalan terjadi sesuatu pun, tanpa campur tanganNya. Dan kamu (saya) mau berlepas diri?

Yaa Hayyu ya Qayyum. Birahmatika astaghiis. Ashlih lii syakni kullahu. wa laa takilnii ila nafsi tharfata 'ain.
"Wahai Tuhan yang Maha Hidup, Yang Maha berdiri (sendiri, tak butuh segala sesuatu) dengan rahmatMu aku meminta pertolongan, perbaikilah urusanku dan jangan diserahkan kepadaku meski sekejap mata sekali pun (tanpa mendapat pertolongan dariMu).

Ya,, selamat pagi. Semoga ga pusing saat upacara.  :D

27.1.17

2017 !

Hi! temans.. :)
Permisi dulu, numpang bersih-bersih ya. Maklum, terasa lama tak pulang ke rumah. Kata orang Nimiasata udah gersang, berlumut dan sepiii.  hehe.

Kenapa punya terlalu banyak media sosial, orang-orang justru kehilangan rasa sosialnya ya?

Berteman di facebook, tapi hanya liat-liat statusnya.
Satu group di BBM, cuma numpang posting berita. 
Ada nomor WA, jarang cerita.
Berada di group WA dan telegram yang sama, paling cuma jadi silent reader aja.
Itu sih di dunia mayaa. Okelah ya.

Nah, di kehidupan nyata. Berangkat kerja pepagian.. mau nyapa tetangga "Selamat pagi..", belum pada bangun.
Hari juga masih rada gelap. Cuma ayam yang balas klakson motor dengan kokokannya.
Giliran pulang, udah sesorean. Hampi-hampir gelap.
Orang-orang yang tadinya mengisi sore di simpang-simpang jalan, gang, dan tanah lapang, mulai pada pulang.
Juga ayam. Ayam mulai ga liat, dia juga pulang ke kandang. Takut ketabrak motor kali ya.
Dan, orang-orangan senja, adalah mereka yang dikejar masa.
Maunya buru-buru sampai rumah. Ga perlu disapa, apalagi mau menyapa.
"Selamat sore.."

Ini udah 2017 loh! Medsos adalah teman (hari-hari) paling baik.
Dulu sih iya, "Buku adalah teman duduk paling baik"
sekarang, jangankan duduk, lagi jalan (ga peduli nubruk orang atau ketabrak, hape tetap di tangan, medsosan), lagi motoran juga, lagi nyetir sambil update-an, ngetwit, nge-path, posting tumblr.

Ini udah 2017 loh! Medsos bikin sesak. Berita-berita bikin mata lelah. Broadcast ini itu, ga jelas lagi hoax apa beneran. Yang penting share dulu. Mancing kerusuhan, aksi damai, aksi demo, aksi apa aja ga lagi di depan kantor pemerintahan, ya cuma di tangan. Modal gadget doank. Group-group kebaikan sih ada, seliweran juga dimana-mana. Sebagiannya menyoal, ini bid'ah-ini isbal, ini syiah-ini kanibal. Atau, cring-cring di telegram, pengingat aktifitas, dzikir pagi juga sore, ceramah harian, motivasi diri, tugas-tugas dari tempat kerja, ga lupa gosip juga ada di sana.

Ini udah 2017 loh.. Tuntut ini itu, ga harus sarjana hukum lah, ga perlu nyari pengacara dulu. Sebar sana sini, ribut ini itu, viral dimana-mana, ya udah, gitu aja. Dilaporkan-ditangkap. Kasus naik. Pengadilan rame. Berita banyak. Bikin komunitas A sampai Zet. Medsos dong, andalannya.

Haiiya! Medsos.. pertarungan sosial dunia maya dan nyata.

Ini baru awal 2017 kawan, mari peduli. Medsos bisa jadi ajang bersosial yang baik sih, asal bisa memilih dan memilah milah waktu dan tempat yang tepat, agar tak kehilangan kawan di dunia nyata.  

Dan, ini udah 2017 loh! Masi gagal move-on?!*
#eh!!

------


*Hahaa. Maafkeun.. keluar tema nih kayanya.
*Untuk waktu panjang, tujuh ***** itu, wow lah ya! :p

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...