28.12.11

Ternyata Hamka Juga Bicara Cinta



Ternyata, kisah cinta juga mewarnai kehidupan Hamka –yang seorang mufassir itu.

Suatu kali, saya diingatkan oleh seorang guru tafsir di madrasah aliyah dulu, agar lebih baik mengutip pendapat dari mufasir yang benar-benar hidup dalam lingkungan Islam kental daripada mengutip pendapat dalam kitab tafsir ‘indonesi’ seperti Hamka. Pembahasan saat itu adalah tentang hal-hal kontemporer.

Alasannya adalah, karena Hamka baru menghasilkan karya tafsir itu ketika di penjara. Sedang karya yang sebelumnya adalah karya sastra. Adalah tidak mungkin, Hamka menghasilkan karya sasrta-novel, tanpa turut mengkhayalkan bagaimananya. Berimajinasi. 

Tapi saya tidak setuju. Menurut saya, mesti dibedakan kemampuan fiksi dan non fiksi seseorang. Seseorang pasti melalui berbagai masa. Berbagai perekmbangan dan gejolak psikologis, yang aneh jika terlompati fase per fasenya. 

Maka dalam konteks intelektual, dalam hal ini ilmu tafsir, tidak ada kaitannya antara cinta hamka dan pendapatnya dalam penafsirannya. Toh, bahkan hari ini, sebagian penulis lebih mengklasifikasikan bentuk tafsir. Baik yang berkaitan dengan kecendurngan penulisnya, maupun dari segi cara menyampaikan pandangannya.

Bahkan tidak hanya pengelompokan tafsir seperti tafsir ayat-ayat ahkam, yang berbicara hanya seputar ayat-ayat hukum, atau tafsir ayat perempuan, namun juga Al Quran juga didesain dengan nuansa keperempuanan (jika tidak menyebutnya; feminis)

Semua itu dimaksudkan agar pesan, maksud dari penafsiran/pendapat penulis sampai pada pembaca yang sudah terklasifikasi berdasarkan judul dan fokus penulisnya. Maka, jika perlu, apa salahnya mengutip pendapat Hamka yang juga pernah bicara cinta?

Hamka, mulai menulis tafsir semenjak keluar dari penjara. Sementara tulisan-tulisan beliau sebelumnya lebih ke sastra. Sebutlah, Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Dari kisah Zainuddin dan Hayati, hamka bicara tentang cinta anak manusia. Melalui perjuangan panjang, sampai juga pada akhir yang mengharukan. Tidak sedikit biografi para ulama yang juga berkisah tentang kehidupan pribadinya (cinta). Dan tidak sedikit pula, para mufassir/ulama yang (sebutlah) 'berantakan' dalam hal ini.

Ingat juga kisah Adam dan hawa. Dalam qs AL A’raf, Allah mengisahkan sejarah umat manusia yang akhirnya ditempatkan di bumi. Bukankah sebab Adam dan Hawa itu dihijrahkan ke bumi dan tidak lagi mendapat fasilitas surga/jannah karena “pelanggaran cinta”. Tapi, toh Tuhan Maha Pengasih, Penyayang dan Pengampun. Memberikan kesempatan bertobat, dan berbuat lebih baik. Masa sadar.

Barangkali masa sadar akan pilihan karya dan memprioritaskan pada bentuk tafsir itu baru “terjadi” pada Hamka ketika di penjara. Hamka juga manusia, yang juga punya cerita tentang cinta. Bagusnya, HAMKA mengisahkan dan menuliskannya. Menjadi pelajaran bagi yang membaca. Meskipun setelah itu, ia lantas dikenal sebagai ulama yang sastrawan, bahkan Pahlawan.


***
Selamat, gelar pahlawan untuk Buya Hamka pun disematkan. :) :)

No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...