17.7.12

Untuk Nia




Apa yang kita inginkan memang tidak akan semuanya terkabul. Kadang, yang terjadi justru berbeda dengan harapan kita. Ya, begitulah kehidupan. Kita selalu diajar bagaimana menerima semuanya, karena di sanalah jawaban adakah iman di hati kita. Keyakinan bahwa ada yang Maha Segalanya yang mengatur kehidupan ini. 

Apa yang menjadi pilihan kita kadang tidak terlaksana. Lalu dituntut menjalani pilihan lain. Itulah yang terjadi pada Nia. Kurnia nama siswi itu. Sebelum tes masuk perguruan tinggi ia ingin melanjutkan pendidikannya ke jurusan pendidikan bahasa inggris. Ia  memilih pilihan pertama jurusan tersebut. Pilihan kedua dan ketiga diisinya berdasarkan saran dan rekomendasi gurunya di sekolah. Walhasil, Nia lulus di pilihan ketiga. AgroEkoTek di fakultas Pertanian. 

Asing. Baginya jurusan itu sangat asing di telinga. Ia tidak tahu muara sarjana dari jurusan tersebut. Apa profesinya kelak. Bagaimana jaminan kehidupan dengan bekerja berlatar pendidikan tersebut. Berbalikan dengan dengan jurusan pendidikan bahasa inggris. Jelas. Setamat di jurusan tersebut ia bisa mengaplikasikan ilmunya, mengajar di sekolah apa saja nanti. Untung-untung ia lulus tes calon pegawai negeri. Menjadilah ia guru di sekolah negeri. Meski gaji ditakar, tapi setidaknya aman bagi perempuan dan sedikit ada jaminan masa depan. Begitu silkus hidup dalam gambarannya.

Tapi, siklus itu bukan kita yang mengatur bukan? Persoalannya hanya, kita banyak tidak tahu atau belum tahunya. Ilmu kita terlalu sedikit untuk menilai beginilah atau begitulah yang terbaik untuk kita.

Kondisi sekarang, Nia lulus di perguruan tinggi terbaik daerah itu juga bukan tes biasa. Ia lulus beasiswa FULL. Ia mendapat jaminan pendidikan sampai sarjana. Ibarat mendapat durian runtuh senangnya orang tua Nia. Berpikir dapat menguliahkan anak saja sudahlah impiannya, apalagi berkah beasiswa jaminan sampai tamat itu pula. 

Bukankah itu suatu kesempatan ? Kesempatan bagi orang lain mungkin, itu pikiran Nia. Kesempatan itu jika tak berpandai-pandai, hanya akan terbuang sia-sia. Dan jika pandai mengelola hati, ego dan pikiran dengan baik,  kesempatan yang sebenarnya bukanlah keinginan itu malah bisa menjadi peluang. 

Menolak realita, menjauh dari kemungkinan yang berseberangan dengan keinginan kita adalah hal bodoh, Nia. Cemen, kata orang sekarang. Kita memang tak bisa berkeras dengan jalan hidup. Tapi kita akan diuji dengan kesungguhan kita atas keinginan pada sesuatu.
Jika kita memilih bertahan pada keinginan dan impian kita, sementara peluang-peluang sudah dibukakan, konsekuensinya adalah penyesalan. Suatu saat kita akan merasa kehilangan atas peluang dan kesempatan yang telah diberikanNya. Kita tak tepat memilih.

Yang terbaik adalah, kita bisa menerima sesuatu dengan ikhlas. Bukankah kita telah berjuang untuk mendapatkan kesempatan pada apa yang kita inginkan, tapi Tuhan tidak memberi jalan untuk itu. Tuhan bukakan pintu lain. Mungkin itu yang lebih baik untuk kita, hanya saja kita tidak tahu, atau belum tahu. Kita akan tahu Nia, jika kita bisa menerima pilihan tersebut dengan ikhlas, menjalani dengan pikiran cerdas dan lapang dada. Menyiasati yang bukan pilihan itu menjadi sesuatu yang menyenangkan, itulah sebenarnya yang diperlukan dalam kehidupan kita. 

Siapa yang menjamin kehidupan Nia akan lebih baik di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris itu? Jurusan Agro ini juga tidak kalah hebat. Cari tahulah kehebatannya. Jangan membandingkan dua hal yang tidak sama diketahui. 

Bagusnya, Nia menjalani dulu di jurusan agro eko ini, jika dalam setahun ini rupanya tidak bisa mengubah kesempatan menjadi peluang, maka lakukan yang diinginkan cita-citamu. Lakukan keinginanmu. Orang akan berani, bahkan sangat berani terhadap segala resiko atas pilihannya sendiri. Akan ada pelajaran yang mendewasakan. Ya, resiko adalah konsekuensi sebuah pilihan Nia. :)


No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...