Ayah Sudirman, Sang Pendidik Legendaris |
Beberapa
waktu lalu saya bertemu Ayah Sudirman. Ayah menumpangi bus Solok-
Bukittinggi yang telah saya tumpangi lebih dulu. Beliau duduk tepat di
sebelah kiri saya.
Ayah Sudirman
adalah seorang pendidik legendaris asal Padang Panjang. Tidak ada yang
tidak mengenal beliau, jika pernah menempuh pendidikan agama, tahun
80-an. Ayah adalah gurunya para profesor. Demikian pernah ditulis di
Suara Kampus. Kiranya, profesor - profesor agama di Sumatera Barat ini,
pernah diajar oleh Ayah Sudirman.
Saya lalu menyapa, "Ka pai ka Bukik Ayah?". Beliau terkejut, dan tersenyum.
Bila
ada yang menyapanya "Ayah", tentulah orang yang sudah kenal siapa dia.
Barangkali demikian pikir Ayah. Lalu kami bercerita dan maota. Kian kemari. Hehe.
Untuk
lingkup Pendidikan Agama di Sumatera Barat, rasanya tak banyak yang
tidak mengenal sosok Ayah ini. Pasalnya, sudah lebih empat puluh tahun
Ayah mengabdikan dirinya menjadi pendidik, pembimbing dan pengayom di
IAIN Imam Bonjol Padang.
Ayah
bertanya, tentang aktifitas saya. Saya sedikit menjelaskan. Beliau lalu
menceritakan upaya beberapa orang yang peduli dengan Pendidikan Padang
Panjang, yang katanya Kota Serambi Mekah dulu. Sejumlah orang itu adalah
Ayah, Prof. Armen Mukhtar dan (nama lain yang saya lupa), melakukan
penelitian, yang bentuk rekomendasinya adalah, memberikan bekal Bahasa
Arab bagi pelajar sekolah umum kota Padang Panjang pada tiap tingkat
pendidikannya. Mulai dari SD, SMP dan SMA/SMK.
"Kalian lah tu hasilnyo," kata Ayah.
Namun
sayang, itu berlangsung dari tahun 2006 hanya sampai tahun 2013. Karena
pergantian kurikulum, dan tidak adanya dasar hukum pelajaran tersebut
sebagai muatan lokal, pelajaran itu harus direlakan hilang. Demikian
saya bercerita.
"Bara urang kalian di siko?" tanya Ayah.
Alumni
IAIN IB yang sama dari bahasa Arab dan seangkatan LPJ bersama saya ada
tiga orang. Saya lalu menjelaskan. Satu ditempatkan di SMK, dua lagi di
SMP. Tapi secara keseluruhan, alumni IAIN cukup banyak menyebar di
berbagai posisi, mengabdikan untuk kota ini.
Ayah
lalu menjelaskan maksud beliau ke Pandai Sikek. Rupanya, disanalah
hari-hari setelah pensiun ini beliau habiskan. Mengelola BMT bersama
masyarakat. Masih mengabdi. Menginspirasi.
Bagi saya, beliau adalah salah satu pendidik legendaris yang saya sempat bersua.
wefie.. :) |
inspiratif
ReplyDelete