Yessi Endriani Ramlan N.
Indonesia memiliki begitu banyak
perempuan inspiratif. Perempuan inspiratif itu, tak hanya punya kepercayaan
diri yang kuat tetapi juga mampu menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang di
sekitarnya. Kota Bukittinggi memiliki sosok perempuan inspiratif yang tak sekedar
mandiri secara ekonomi, tetapi juga menjadi teladan dalam membina rumah
tangganya. Dialah Yessi Endriani. Seorang perempuan kelahiran Bukik Kulirik,
pada tanggal 24 Desember tahun 1967. Yesi merupakan anak dari bapak Y. Dt. Rajo
Mogo.
Yessi berpandangan bahwa seorang
perempuan tidak boleh melupakan kodratnya selaku istri dan juga ibu. Di samping
itu, perempuan tentu saja boleh berkarir, berkarya dan berprofesi di bidang
apapun. Tugas terberat dari seorang perempuan adalah menjadi ibu dan teladan
bagi anak-anaknya. Perempuan sebagai pendamping suami, lebih bertanggung jawab
dalam mendidik anak-anaknya untuk menjadi generasi terbaik penerus bangsa.
Pandangan seperti itu, tidak terlepas
dari proses pendidikan yang telah dilalui Yessi. Setelah melalui pendidikan
Sekolah Dasar di SD Benteng Lamo, Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, pada tahun
1981, Yessi lalu melanjutkan ke SMP Pakan Kamih, tamat pada tahun 1985. Ia
menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 1988 juga di SMAN Pakan Kamih,
Kabupaten Agam.
Setelah lulus dari SMA, Yessi
melanjutkan kuliahnya di Universitas Putra Indonesia (UPI YPTK) Padang. Semasa
kuliah atas prestasi nilai tertinggi di kelas ia mendapat beasiswa berupa bebas
uang kuliah untuk semester berikutnya. Hal itu menjadi motivasinya dari
semester ke semester untuk tetap menjadi ‘juara kelas’ di kampusnya. Pengalaman
lain yang diperoleh dengan juara itu adalah Yessi difasilitasi jalan-jalan ke
Jakarta dan Bandung dari pihak kampus.
Pada tahun 1990 ia memulai karirnya di
Bank Bukopin Padang. Yessi terus belajar dalam tugas barunya saat itu. Tercatat
ia mengikuti beberapa training yang diselenggarakan Bank Bukopin. Salah satunya
basic credit training yang dilaksanakan di Ciloto Indah Permai, Puncak Bogor,
pada tanggal 27 Mei sampai dengan 8 Juni 1996.
Atas dedikasi dan kesungguhannya, ia kemudian
dipercaya menjadi kepala bagian SDM di bank tersebut. Namun pada tahun 2004 ia
memilih keluar, atas pertimbangan keluarga. Demi mengiringi perkembangan
anak-anaknya yang saat itu masih kecil, Yessi meninggalkan karirnya.
Yessi dan Pola Mendidik Anak
Hal yang sempai saat ini masih
diteruskan Yessi dalam mendidik anaknya adalah kegiatan magrib mengaji. Sejak kecil Yesi sudah dibiasakan oleh orang
tuanya untuk mengaji/membaca Al quran setiap selesai shalat magrib. Kebiasaan
itu ia ‘wajibkan’ pula kepada anak-anaknya. Menurut Yessi, membaca Alqruan rutin
selepas shalat maghrib tak hanya sebagai tradisi yang baik saja, melainkan juga
berdampak positif pada perkembangan perilaku dan kecerdasan anak. Itulah salah
satu bentuk teladan Yessi di tengah keluarganya.
Bagi Yessi, masing-masing anak memiliki
keistimewaan yang tak bisa disamaratakan penilaiannya satu dengan lainnya.
Perlakuan yang diberikannya terhadap anak-anaknya juga dengan memperhatikan
keistimewaan masing-masing anak tersebut. Hal itu seperti yang pernah
didapatkan oleh Yessi melalui Seminar Anak Nasional yang diikuti Yessi pada tahun
2000 lalu di Bukittinggi, dengan tema “Menemukan Pola Strategis Pengoptimalan
Multi Potensi Anak Secara Dini Menuju Manusia Yang Utuh.”
Ibunda dari Sultan Fazbir dan Agung
Farasky ini, tidak memaksakan anak-anaknya harus menjadi ‘Sang Juara’ di
sekolahnya. Tetapi ia terus mengajarkan
anak-anaknya untuk terus berproses menjadi lebih baik. Kepada mereka, Yesi
sering sampaikan bahwa berprestasi itu memang suatu keharusan. Untuk
mencapainya diperlukan daya juang yang tinggi dan usaha yang maksimal. Sementara
untuk bisa menerima hasil akhirnya, dibutuhkan rasa percaya pada ketetapan
Allah. Setelah berusaha, hasil selanjutnya diserahkan kepada Allah, katanya.
Tentang kepintaran anak, baginya
bukanlah selalu perkara nilai dan nilai, tetapi juga tentang bagaimana pintar
bersosial dengan kawan. Saat ia bersekolah dulu, Yessi juga bukan anak yang
selalu juara 1 di kelasnya. Katanya, ia hanyalah siswa biasa yang senang
berteman. Namun demikian, ia terus belajar dan berusaha menjadi lebih baik.
Usaha itu terbukti dengan pencapaiannya menjadi siswa dengan nilai Ebtanas
Terbaik di sekolahnya saat itu. Cara seperti itu juga dia ajarkan kepada
anak-anaknya.
Selain bimbingan dan perhatian yang
senantiasa ia berikan, Yessi berprinsip untuk memberikan makanan yang halal lagi
baik, demi kecerdasan dan perkembangan anak-anaknya. Hal ini sejalan dengan
tuntunan dalam Islam. Makanan yang baik merupakan awal bagi kebaikan seseorang.
Menurut Yessi, jika ingin anak-anak
tumbuh dengan baik, berikan makanan yang halal dan baik untuk tumbuh kembang
anak tersebut. Kita perlu memperhatikan apa yang dimakan oleh anak-anak kita,
kehalalannya dan kebermanfaatannya bagi mereka.
Jika sudah memberikan perhatian penuh
terhadap anak, membimbing dan mendidiknya secara baik, serta memperhatikan
makanan mereka, kemungkinan anak akan tumbuh menjadi anak yang baik tentu lebih
besar. Lebih jauh lagi, visi perlindungan anak, yakni menjadikan anak Indonesia
yang sehat, tumbuh dan berkembang, cerdas-ceria, berkahlak mulia, terlindungi
dan aktif berpartisipasi, bisa diwujudkan bersama. Di situlah menurut Yessi,
peran besar seorang ibu dalam rumah
tangganya.
Yessi kemudian memulai usaha mandirinya,
dalam bidang konveksi di Pasar Aur Kuning Bukittinggi. Dalam perkembangannya,
ia beralih membuka usaha jahit jilbab dan mukena mesin hitam, yang merupakan
produk andalan khas ranah minang.
Bagi
Yessi, tujuannya berwirausaha selain mengisi waktu luang dalam mendampingi
suami, adalah memberi motivasi bagi perempuan di sekitarnya. Bahwa perempuan
harus mandiri dan memiliki kepercayaan diri akan peran dan tanggung jawabnya di
lingkungan keluarga dan juga masyarakat. Untuk mewujudkan mimpinya itu, Yessi
juga membantu gadis-gadis di kampungnya, diajak berdagang di tokonya di Pasar
Aur Kuning.
Dalam
hal keagamaan, Yessi tak ketinggalan untuk berpartisipasi aktif mengikuti
kelompok pengajian dengan perempuan-perempuan yang berwirausaha. Ia juga
membentuk kelompok arisan yang kemudian menggalang dana sosial, untuk
disumbangkan ke panti asuhan, panti jompo, dan lingkungan masyarakat yang
membutuhkan.
Sebagai
wakil ketua di Ikatan Alumni SMA nya, Yessi bersama teman-temannya setiap
sebulan sekali mengadakan kegiatan sosial, diantaranya membantu pembangunan
mesjid, donator ke panti-panti sosial. Hal lain yang rutin dilakukan Yessi
adalah melakukan pendampingan seorang pasien keterbelakangan mental ke
psikiater.
Sebagai
seorang istri, Yessi berperan aktif mendampingi suami yang berprofesi sebagai
pengusaha. Ketika suaminya diberi amanah sebagai Ketua KPU Kota Bukittinggi,
Yessi ikut serta membantu dalam hal administrasinya. Selanjutnya terhitung bulan
Februari tahun 2016, Yesi ikut mendampingi dan memberi dukungan penuh kepada suaminya,
bapak Muhammad Ramlan Nurmatias, SH yang diamanahi menjadi Walikota Bukittinggi.
Di antara konstribusi berarti dalam
pembangunan bidang sosialnya, adalah keterlibatan langsung Yessi dalam
mengelola, mengurus dan memimpin Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan
dan Anak (P2TP2A) Kota Bukittinggi. Ia juga mengetuai Gabungan Organisasi
Wanita Kota Bukittinggi.
Mimpi Yessi terhadap perempuan di kota Bukittinggi
tak muluk-muluk. Ia hanya ingin, perempuan bisa maksimal dengan peran yang
dipilihnya. Bila posisinya sebagai istri dan ibu, tentu keluarga merupakan hal
utama yang perlu diselamatkan perempuan itu. Karena bangsa yang kuat itu
berawal dari keluarga bahagia. Dan perempuan memiliki peran besar untuk
mewujudkannya. Di samping itu, dengan kelebihan dan kemampuan yang dimiliki
perempuan, ia pantas dan perlu menyuarakan pendapat dan aspirasinya di ruang
publik, melalui kegiatan-kegiatan sosial dan karirnya.
___
Berdasarkan wawancara, 26 Agustus 2016
yee...nemu juo tulisan akak akhirnyo... like..like...
ReplyDelete