Satu bulan meninggalkan blog, sepertinya saya turut
membenarkan kata-kata “ngeblog pas lagi galau” atau “ngeblog saat punya
cerita”. Hahaha. Idealnya memang bukan seperti itu, tapi harus diakui,
inspirasi itu mengalir lancar saat protes hebat, saat jatuh cinta, patah hati,
yaa..sekitaran begitulah.
Jadi, bulan lalu itu, Agustus tercinta, saya bukannya lagi
ga ada masalah. Justru lagi seabrek-abrek masalah. Nah, masalahnya adalah
waktu. Ada banyak konsepto-konsepto *konsep* tulisan pada folder “takarangko
saya bulan itu yang tak kunjung naik redaksi. *jiaaaahhh Ya, ga
selesai-selesai. Ide menggantung, langsung ke solusi. Masa opini cuma 700an
karakter aja. Hahaha.
Mengawali September ini pun, saya dihujani kabar duka. Kabar
yang saya dengar itu, setiap hari, sampai di hari ke empat. Nah, pada tanggal 5
September, saya menjadi begitu khawatir,
jangan-jangan siapa lagi. Dan, alhamdulillah tidak begitu buruk, tidak ada lagi
kabar duka yang saya terima.
Pada tulisan awal September ini, saya beri judul dengan September
Rain. Kira-kira kenapa ya si september itu digelari dengan rain? Apakah
karena musim hujan teman-teman...?
Hm, barangkali begitu. Ketika cuaca di Indonesia masih
dikategorikan ada empat, maka musim hujan itu bertepatan dengan bulan september.
Guru SD saya dulu bilang, ingat aja, kalau sudah ada –ber –ber nya, nah, itu
adalah musim hujan. Logika siswa SD nya boleh juga. Tapi masih berlakukah teori
itu saat ini? Gimana dengan kota yang memiliki curah hujan cukup tinggi, yang
hujannya tiada berhenti. :)
Bagi saya, September
kali ini dilabeli dengan rain,
ya karena basahnya. Boleh secara nyata,
hujan selalu, bisa juga karena hati yang ‘basah’ dengan berbagai kabar duka di
awal bulan itu.
Ahlan, September Rain.. :)
Hahaha... 1 bulan puasa ngeblog,,langsung posting seabrek buk,, ;)
ReplyDeletebtw, kalo di lagu2 adanya cuma November Rain kali...
hehehe. justru itulah pak... kenapa ga dibuat juga September Rain? kan sama2 --ber.. *seperti teori guru SD saiaaa* hahahah
ReplyDelete