12.5.14

Tiga Masa Kehidupan




 Dalam perjalanan pulang suatu sore, saya menyimak pembicaraan sopir angkot dengan seorang ibu dan ‘pak haji’ yang duduk di dekatnya. Selintas saya mendengar pembicaraan itu kian meluas. Mulai dari kriteria calon presiden yang merakyat, harga sayur dan cabai di pasar, kemiskinan sopir angkot tersebab murahnya kredit motor, padahal tingkat kecelakaan sudahlah meningkat, dan sebagainya. Saya tak mendengar cerita itu secara serius. 

Namun satu tema kemudian menjadi menarik. Katanya, dalam kehidupan ini kita akan menjalani tiga masa. Dalam bahasa Minangnya masa itu adalah; partamo, maso Ayam Jantan. Kaduo, maso Kusia Bendi, dan katigo maso baruak tuo

Katanya lagi, Maso Ayam Jantan itu, Dima batenggek sinan bakukuak. Inilah masa-masa Anak Muda. Kehidupannya butuh eksistensi. Di mana pun ia berada ia perlu pengakuan sekitar. Inilah aku! Maka mereka yang dalam masa ini, menuntut dirinya mencari dan mencari, mengejar apa yang diinginkan, tak merasa cukup dan puas. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap sesuatu. Tak cukup sabar menerima keadaan yang bukan sesuai dengan keinginannya yang ideal. 

Maso kedua disebut maso kusia bendi. Pada masa ini, anak muda itu mulai berpikir dewasa. Menetapkan pilihan, dan menyiapkan diri dengan segala konsekuensi. Bila lelaki bujang, ia telah berkehendak menikah dan siap menjadi suami dan bapak. Bila seorang perempuan, ia menerima konsekuensi siap menjadi istri dan ibu dengan segala tanggung jawabnya. 

Dan maso baruak tuo, dianggap sebagai masa-masa lansia. Bah, bagian ketiga ini tidak dapat saya dengar, karena sudah sampai dan harus turun. Sayang sekali. Saat saya tanya lanjutan yang ketiga ini, bagaimana penjelasannya, kata Ayah, pada masa ketiga ini, semua yang dilakukan orang tua *orang yang sudah tua* selalu salah. Dihardik dan dibentak. Kalau telinga mulai tak mendengar, apapun yang disampaikan orang terdengar pelan. Kok ta ariak ati taibo. Bajalan lambek, ba ansua ansua. Makan baserak-serak. Nyinyia.

Demikianlah. Ketiga masa yang mesti kita lalui dalam kehidupan ini. Anda, Saya dan kita semua akan melaluinya. Bila beruntung, kita akan dapati kehidupan efektif. Dapat berbuat banyak pada usia yang tak panjang. Namun sayangnya, tak sedikit pula yang panjang umurnya, tapi sedikit yang bisa dibawa ke kehidupan setelah mati. Tak ada bekal, sedang janjian sudahlah tiba. 

Itulah kenapa, dalam al quran disebutkan wa man nu’ammir hu nunakkis hu fil khalqi. Siapa yang kami panjangkan umurnya, kami kurangkan dlm penciptaannya. Indera penglihatan mulai kabur, telinga mulai tak jelas mendengar, kekuatan mulai rapuh. Dan menjadi tua itu bukan suatu pilihan. 

(*)
 

Usai shalat, sesampai di rumah, saya lalu berdoa,  jika Tuhan berkehendak memisahkan kehidupanku dan kedua orang tuaku, izinkanlah kami dapat berbuat lebih banyak untuknya terlebih dahulu. Jangan biarkan kami tak sabar menghadapi masa tuanya. Namun jika kehidupanku lebih singkat daripada mereka, biarkan kami membahagiakannya dalam usia ini dan tetap bahagia sepeninggal kami. Perkenankanlah.

No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...