Perjalanan singkat saya kali ini,
mengunjungi beberapa kota di pulau Jawa. Mengapa memilih Jawa? Ya, karena saya belum pernah melakukan perjalanan
sampai ke pantai selatan pulau itu. Dulu, tahun 2006 nyaris takdir mengantarkan
saya ke kota Gudeg, Jogjakarta. Selesai pendidikan di MAPK Koto Baru Padang
Panjang, saya mencoba peruntungan PMDK di UIN Sunan Kalijaga Jogja. Hamdalah,
saya dan beberapa teman diterima di sana. Sudah buncah mimpi dan bayangan kota
itu akan kami tinggali empat tahun ke depan.
Dan, yang namanya takdir
tak bisa ditebak, tentu kita sepakat. Saya dan beberapa teman lain terpaksa
mengubur mimpi belajar di kota pendidikan itu. Gempa Pangandaran membuat orang
tua kami takut melepas kami belajar di sana. Ah, padahal tahun-tahun setelah
itu kota kami lah yang di-“guyur” gempa bumi. Begitulah jalannya hidup.
Jadilah tahun ini semua
rencana backpaker dijalankan, Tour De Java. Rasanya, bukan egois saya
memilih tanggal 14-22 Mei itu untuk ke luar kota. Mengingat agenda yang menanti
setelah ini sudahlah tinggi tumpukannya. Sederetan surat keputusan terkait
panitia pelaksana, tim, dan tugas lainnya sudah menjadi bagian terencana di
bulan-bulan ke depan. Lebih lagi, belum lama, saya juga disibukkan berbagai
aktifitas -lebih tepatnya rutinitas- yang meskipun melelahkan tapi menyenangkan.
Ya, menyenangkan.
Bagi saya -saat ini-,
apapun kegiatan atau pekerjaan yang menyibukkan pikiran, melelahkan fisik,
menyita waktu, hingga tak menyisakan senggang, sungguhlah menyenangkan. Saya
memang menginginkan semua itu. Saya butuh semua itu. Apakah ini juga dinilai
sebagai bentuk keegoisan? Tentu saja tidak. Semua kesibukan itu saya yang
inginkan.
Maka rasanya, agar semua
kesibukan ini tidak berujung jenuh, bosan dan lelah yang bersangatan, saya
memutuskan untuk backpakeran bersama tiga orang kawan lain yang juga tengah
jenuh dengan pekerjaan dan tesisnya. Kami mulai menyusun jadwal, rute, dan
mengontak kawan-kawan yang berada di Jogja.
Mari ikuti cerita ini,
kalian akan menertawakan ‘kebodohan’ dan pengalaman saya dalam perjalanan ini. But,
its okay! Life is learning, trying, doing, n meaning rite?!
Dan, perjalanan singkat
itu pun dimulai... :)
Senin (14/05), belum usai pelatihan Jurnalistik yang diadakan
kota kami untuk para siswa SMA/SMK, saya sudah meninggalkan ruangan pelatihan
itu. Pukul 14.30, ketika materi Membuat Film Dokumenter masih berlangsung, saya
memberi isyarat pamit pada Pak Alri St. Pamuncak. Walaupun dalam perbincangan sebelumnya sudah
disampaikan bahwa saya tidak mengikuti materi beliau sampai akhir. Beliau
tersenyum. Saya menuruni anak tangga gedung Balaikota, berjalan keluar, menuju
halte bus, menunggu travel dari Bukittinggi yang sudah saya pesan paginya sebelum ke Padang Panjang.
15.23. Travel melaju
kencang menuju Bandara Internasional Minangkabau. Perjalanan saya isi dengan
memastikan pada seorang rekan kerja, tentang koran yang memuat berita sekolah
apakah sudah dibagikan ke warga sekolah atau belum. Menghubungi Paradise yang
akan menunggu saya di Soeta nanti malam. Mengabarkan Ika dan Aming bahwa
“perjalanan telah dimulai.” Pamit singkat pada Ifit, tia dan ami. Dan, tentu
saja, kabar aman, lancar, rutin saya kirim ke Ibu dan Ayah di rumah.
17. 44 saya check in.
Hei, ini penerbangan pertama saya dengan maskapai hebat negeri ini lho! Memang,
betapa pun terbang dengan maskapai lain, bagi saya penerbangan kali ini hebat. Di samping waktu senja, menyaksikan
pemandangan yang beralih dari siang ke malam, sendiri, dan ‘risih’nya lagi
adalah masih berpakaian kota kami. Itulah, tak sempat terpikir untuk ganti
kostum di toilet bandara. Karna barang-barang sudah di travel bag, dan hanya
ransel coklat dan tas kamera yang saya sandang saat itu. Untung saja, saya
sempat selipkan salah satu buku Tere Liye, jadilah buku itu dan film SpongeBob
teman di ruang tunggu.
Saya agak risih dengan
pandangan dua perempuan muda yang duduk berseberangan dengan saya di ruang
tunggu. Aneh ya? Boleh jadi ketika sebagian orang merasa ilfil dengan para abdi
negara, saya kira kita cukup perlu saling menghargai. Saya juga tak pernah tuh,
menyepelekan perempuan berseragam cokelat, apalagi ya abu-abu ini. Juga, saya
tak soalkan siapa-siapa berseragam atau tidaknya. Yang pasti jadi aneh adalah
yang tak berpakaian. Dan, tahukah, Sebetulnya saya memang tidak PD dengan
pakaian ini! :D Haha. Ya, mau bagaimana lagi, bodo amat. :D Meski matahari
masih menyiram panasnya di kota ini, saya pikir jaket bisa sedikit melunturkan
ketidak pedean saya senja ini.
18.30 Bismillah, saya
berharap trip singkat ini memberi berbagai makna kehidupan, for her therapy, for her life, tomorrow n next
season. Setelah ‘pasai’ berputar-putar, pesawat pun mengangkat diri.
Meninggi. Cuaca cerah saat itu, mulanya tidak menimbulkan kekhawatiran pada
penerbangan kali ini. Apalagi saya ‘agak’ mempercayai maskapainya. Jalan
beberapa menit, mulai ada goncangan. Saya bergumam, “ya, sama saja. Mau pakai maskapai
apa saja, kalau akan celaka, ya celaka.” Saya beristighfar. Terpikir tontonan
berita beberapa hari terakhir. Kecelakaan pesawat yang menabrak Gunung Salak
Bogor. Bukankah itu katanya pesawat “hebat”?? Teringat Ibu dan Ayah. Teringat
cuplikan episode hidup beberapa waktu terakhir. Sedikit berkesimpulan, jika
nanti terjadi apa-apa, bukankah itu sempat ada dalam pikiran saya dalam
bulan-bulan terakhir? :D
Selama perjalanan, saya
mencoba relaks dengan fasilitas musik, video, film dan tentu saja makanan yang
disediakan. Memang tak sia-sia rasanya ‘membuat’ penerbangan kali ini berbeda.
Hamdalah, nyaman rasanya bepergian sendiri, ketika sudah mendarat di Soeta.
:D
21.30. di KFC Soeta,
mengabari Ibu. Paradise menertawakan kebodohan saya di lorong-lorong besar
Soeta barusan. Aneh, bahkan saya juga merasa perlu menertawakan kebodohan
itu.
22.30. Saya dan Paradise
menyiapkan segala sesuatu untuk perjalanan berikutnya. Mengabari Ika dan Aming.
Istirahat.
Selasa (15/05), Pagi ini kami bersiap menuju Ciputat, Rumah Sakit
Jantung Harapan Kita, BNN dan kembali pulang, terakhir bersiap menuju Gambir.
10.05 Aming menyambut kami
dari balik jendela kontrakannya. Lalu, saya dan Ika ke Natasha Bintaro,
Paradise menunggu di kontrakan.
13.20 Saya dan Paradise
memutar Jakarta, naik-turun transjakarta menuju BNN, dan akhirnya melewatkan
Rumah Sakit Haparan Kita begitu saja, karena kami pikir tak cukup waktu jika
mampir dulu di RS tersebut.
15.10 Kami sampai di BNN.
Bercakap sejenak dengan Na, pulang bareng, jalan dan cerita-cerita singkat. Berpisah
di perempatan dekat BNN. Berpelukan. Na menuju Pondok Gede, kami pulang, ke
Jatinegara. Mengingat sudah harus berada di Gambir sebelum pukul 18.00
17.40 dari Jatinegara
kami berangkat menuju gambir.
18.10 Sampai di Gambir
saya langsung shalat magrib dan menjama’ Isya. Aming dan Ika menurut
informasinya hampir sampai. Kami berjumpa di dekat petugas karcis.
“Eh, pada mau kemana ini?
Ke Jogja kok gak diajak?” petugas karcis sok akrab.
“Yuuukk!” Aming menjawab,
dan tentu saja lebih sok akrab lagi.
Menunggu kereta tiba,
Aming mulai narsis, berfoto ria.
18.30 Kereta Bogowonto
merapat. Kami naik. Mengatur barang-barang, dan duduk semanis dan senyaman
mungkin. Bersyukur dan sedikit tak percaya dengan semua ini. Lucu, kalaulah ada
rekaman videonya.
“Teng..Jojga teng.. hmmmm.. Assikk!“ Aming memulai.
“Bisa samo-samo lo lai”
Ika nyambung.
Saya dan Paradise hanya
tersenyum. Bersyukur.
Apa saja kerjaan kami di
kereta semalaman?? Menghitung stasiun dan bertanya pada Paradise:
“Sis, bara stasiun lai
Sis?”
Paradise akan menjawab
enteng, “Banyak lai!”
Hahaha.
Atau Paradise yang akan
spontan memberitahu:
“Cirebon.”
“ Kertasura.“
Apa lagi kerjaan di
kereta? Poto-poto. Makan-makan. Cerita-cerita.
Dan, malam itu entah apa
dosanya, bagi saya bagian itu dibuang saja dari memori. Tak ingin mengingatnya.
Membuang jauh, dan melupakan kata-kata yang telah keluar dari mulutnya.
Saya berharap, pagi bisa
datang lebih awal. Hari baru yang sangat dinanti. Melupakan malam yang kelam.
Rabu (16/05) Kami menyambut fajar di stasiun Tugu Jogjakarta.
Shalat Subuh. Pagi itu saya benar berharap semua bisa kembali nyaman dan
menyenangkan. Seperti udara fajar yang selalu menyegarkan. Menyegarkan pikiran
dan membersihkan hati kita. Melancarkan agenda dan perjalanan hari ini. Ke
kos-kosan Pity, istirahat sejenak, bersih-bersih, ke Candi Prambanan, dan
mungkin bisa keliling Kota Jogja. Tepatnya, kami belum bisa pastikan planning
untuk hari ini.
Ika mengabari teman-teman
Jogja. Saya mengabari Ibu. Kami berjalan keluar meninggalkan stasiun. Berjalan
menyusuri Malioboro yang sepi. Mengabadikan setiap tempat-tempat asing itu. Moment
dan gaya Aming, ekspresi Ika dan Paradise. Mengintip keraton sepi di pagi hari.
Halte busway-nya Jogja. Jalanan lengang. Lampu-lampu kota. Taman. Hingga
mentari menyembul di balik sebuah gedung di perempatan BNI.
07.00 Bersama
“Garasie” kami menuju kos-kosan
teman-teman Jogja. Mereka teman sewaktu MAPK dulu yang sedang menyelesaikan
pendidikan S2 di UIN SuKa, sebagiannya sambil
bekerja.
10.00 Saya, Ika dan
Paradise ditemani Ana berangkat menuju Prambanan. Setelah kami konfirmasi
jadwal ke Bul dan garasie menjelang senja kami menuju pantai, dan malam di
kota. Menuju NOL kilometer kota Gudeg itu. Mereka harus tuntaskan kerja sampai
sebelum siang.
11.30 Dari kos-kosan kami
ke Prambanan. Sekali angkot dan sekali busway/transjogja. Rupanya, perjalanan
itu sudah keluar propinsi. Seingat saya, dalam pelajaran IPS SD dulu, Prambanan
itu bukannya masih masuk Jogja? Rupanya beda. Kadang, konsep yang tertanam dari
kecil itu, diubah pun, akan sering kembali ke asalnya. Itulah kenapa,
mengajarkan anak kecil itu, mbok ya yang benar-benar saja. :D Kami sampai di Jawa Tengah, hanya
berkendara delman.
14.00 kembali ke kosan.
Makan siang, nasi Padang. Saya berharap di mana pun berada, saya bisa mencicipi
makanan daerah itu. Eh, taunya pas beli makan siang, kawan-kawan membeli Nasi
Padang. Heran. Atau, karena saya sendiri yang masih ‘hangat’ dari Padang.
Mereka mungkin sudah merindukan masakan Padang sebenarnya. Lalu kami bersiap
menuju pantai selatan.
17.20 di Pantai parang
tritis itu, kami habiskan senja dengan poto-poto. Berlarian dikejar ombak. Bercerita
singkat.
Saya lupa, sedang berada
di belahan lain Indonesia, bukan di kampung saya. Hahaha. Pantas saja, azan
magribnya lebih cepat. *wow!*
Ada cerita mistis kami
senja itu.
Hingga lewat jembatan
batas desa malam itu suasana di mobil dingin, mencekam. Saya dan Ika duduk di
belakang, berdua. Paradise menyelip diantara Bul dan Ana, tampak ketakutan.
Paradise bercerita. Ika
ngotot bertanya, penasaran. Ana mematut poto-poto di pantai tadi. Saya dan Bul
sepakat tak mau melihat kamera saat itu. Alasan kami, ya, karena tak mau
dikuasai rasa takut saja. *welehh..padahal itu sudah indikasi takut! :D*
19.00 Sampai di kota kami
makan malam di Raminteen. Bagi saya tempat ini menarik, ada “sesuatu yang
gimanaaa gitu!” Hehe. Bukan, maksudnya, ya, karena tempat makan ini dimiliki
oleh seorang yang bisa berperan dua (lelaki dan perempuan) sekaligus. Kebetulan
malam itu kami bertemu “dia” yang versi laki-lakinya. Di samping nuansa yang
kental Jawa, harga yang murah meriah juga menjadi daya tarik tempat ini.
20.30 Saya lelah. Tapi, perjalanan
dilanjutkan Aming yang hunting “sesuatu” ke Dagadu. Maka malam itu kami berada
di 0 Km Kota Jogjakarta. Sedang saya dan Paradise tertidur di titik NOL itu
selama 30 menit, menunggu mereka yang pilah-pilih di dalam distro.
22.00 kami kembali ke kosan
Pity, mempersiapkan esok dengan serangkaian agenda.
Kamis (17/05), hari ini perjalanan dimulai dengan trip menuju
Borobudur, dilanjutkan ke Keraton, Kota, Malioboro, dan Stasiun Lempuyangan,
kembali ke Jakarta.
08.30 kami sarapan pagi
di sebuah kedai di daerah apalah namanya sebelum sampai di Borobudur, saya
lupa. Menurut Garasie, tempat itu adalah
tempat makan semacam soto yang populer bagi turis yang datang ke Jogja.
Jumat (18/05), subuh ini kami sudah kembali berada di ibukota. Berpisah
dengan Aming dan Ika di kereta. Belum bising dan berdebu, walaupun aktifitas
orang-orang sudah dimulai dari sekitar 3 jam yang lalu. Ah, entah tepat ada
istilah dimulai atau berakhir saya tak tahu. Karena tempat fotokopi di kota itu
menurut Paradise buka /beraktifitas 24 jam. Jadi kapan mulai dan berakhirnya?
Tak ada.
Agenda hari ini, bersih-bersih
di rumah Jatinegara. Siangnya bersiap-siap ke Pasar Minggu. Dari Pasar Minggu
langsung ke Bogor, IPB, Darmaga.
Sabtu (19/05) mengitari Kebun Raya Bogor. Poto-poto. Menunggu
Na di depan KRB. Tadinya ia mengajak mampir ke Cimahpar, tapi kami harus
melanjutkan perjalanan ke Cibinong.
Minggu (20/05) dari Cibinong kami menuju Depok, Mesjid Kubah
Mas. Siang melanjutkan perjalanan ke Jakarta.
Sore sampai di
Jatinegara. Bersih-bersih. Makan. Bersama Teton, Paradise saya bersiap menuju
Jakarta Kota. Di sana kami janji bertemu dengan Ika. Dari Jakarta Kota, saya, Teton
dan Ika menuju Ciputat. Paradise pulang ke Jatinegara.
Senin (21/05) Ika
mengantar Teton ke terminal Lebak Lubus. Teton harus mengejar kuliahnya siang
ini, dengan bus Patas AC. Saya di kontrakan Aming bersiap menuju Blok M. Di
sana, saya dan Ika janji ketemuan lagi dengan Paradise.
18.30 Kami nonton
Avenger.
19.30 Suasana buruk. Saya
mulai gelisah.
20.30 salam perpisahan
dengan Ika. Perjalanan singkat kami ditutup dengan Film Avenger.
21.00 Menanti bus menuju
Jatinegara. Di bus saya dan Paradise tak banyak bercakap. Suasana kaku. Ia
sibuk menjawab telepon S**Y.
22.00 Bersiap segala
sesuatu untuk pulang ke Padang. Malam itu, hati saya bercampur aduk rasanya.
Entahlah.
Selasa (22/05) Saya kembali ke Padang dengan penerbangan kedua
Batavia.
07.00 Pesawat delayed 20
menit. Saya memberi kabar keterlambatan ke sekolah. Terus berkomunikasi dengan
Teton, Aming, Ika, Ami dan tentu saja Ibu.
09.00 Menunggu travel di
BIM. Saya kembali konfirmasi ke sekolah. Harus ubah haluan, menuju Tabing. Ke
kontrakan Ami. Melihat kondisinya pasca kecelakaan kemarin. Sulit memberi
penjelasan kenapa planning saya berubah. Bukan langsung ke Padang Panjang, tapi
mampir ke Padang dulu.
12.00 Mengecek kondisi
Ami. Urung, ia menolak saya temani ke dokter. Bersih-bersih. Makan siang.
14.00 Menyiapkan tugas
sekolah. Memprint nilai.
15.10 Menuju Tabing.
15.30 Saya berangkat
pulang ke Bukittinggi bersama Bahagia. Menjelang Magrib sampai di rumah.
Alhamdulillah.
Akhirnya, semua memang
berakhir BAHAGIA dan penuh makna. Dan kalian tahu? Kita dituntut dalam hidup
ini hanya melalui dengan peran terbaik kita. Begitu saja! Perjalanan singkat
ini, sungguh mengesankan. Alhamdulillah..
Bukittinggi-Padang
Panjang-Padang-Jakarta-Jogjakarta-Magelang-Jogjakarta-Jakarta-Bogor-Cibinong-Depok-Jakarta-Padang
Gagal ke Pare, Malang dan Bandung.
Next trip to Batam-Singapore- Malaysia.. J
Next nya lagi :
Jeddah- Mekah- Madinah- Cairo è HAJI n UMRAH
Next-next nya lagi
: Belanda-Jerman è just follow siapalah/ atau
apalah :D
Next-next-next nya
lagi : Jepang/ Aussie è studi banding pendidikan/ magang
:D
Heran ya?? Kenapa?? Masalah buat Loe? Xixi
Heiii....beginilah hidup! Never COMPARE ur
JOURNEY *of life* with someone else’s. UR JOURNEY/LIFE is URS!! J
So, yakin saja, sometime, ur dream will be a
reality guys! Just get plan n dream it before!
Nimiasata_2012
^_^
*Kalian boleh menganggap
saya katrok membicarakan ini ‘kan? Ya, tak masalah.. * :D