11.3.19

Perempuan Pilih Caleg Perempuan



Mendekati masa-masa pilleg dan pilpres, kita disuguhi berbagai baliho, spanduk dengan foto dan data nama caleg dan capres. Ada banyak caleg yang foto dan nama dirinya terpampang di pinggir-pinggir jalan, di depan toko, di pasar dan dimana saja. Bahkan pada dinding tebing yang nun jauh di atas bukit. Butuh kacamata, eh kaca pembesar untuk membaca namanya. Yang menarik dari berbagai caleg bagi saya, adalah para caleg perempuan. 
Apa yang menarik? Setiap nama itu saya coba ingat-ingat lalu mencari tahu –dengan kehidupannya. Tidak hanya kehidupan karier, namun juga kehidupan keluarga. Lho, apa pentingnya? Jelas penting. Selama yang menjadi caleg itu berkerudung, saya memang selalu mementingkan kehidupan pribadi mereka untuk dikenali. Bukan untuk hal sumber infotainment, melainkan sebagai patokan: adakah ini seorang perempuan yang inspiratif?
Perempuan inspiratif sudah seringkali dibahas di media. Ada banyak tokoh perempuan inpiratif dengan berbagai bidang inspirasi kerja dan kebaikan yang mereka tanam. Lembaga pemerhati perempuan juga banyak yang melakukan seleksi atau semacam kompetisi untuk menjaring nama-nama perempuan inspiratif itu. Kementrian pemberdayaan perempuan sendiri, secara resmi juga menjaring perempuan inspiratif dari berbagai daerah. Hasilnya ya, tentu saja sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh pihak penyelenggara. Dan saya, punya standar sendiri tentang perempuan inspiratif itu.
Seorang perempuan dapat dikatakan inpspiratif ketika berbuat kebaikan terhadap masyarakat banyak, menjadi teladan kehidupannya baik secara pribadi maupun karier/pekerjaan. Dalam Islam, dua hal ini dikenal dengan dua sektor yang perlu diperhatikan oleh seorang perempuan. Yaitu, sektor domestik dan sektor publik. Sektor domestik adalah kehidupan khusus yang dijalani seorang perempuan yang menyebabkan dirinya hidup di rumahnya, di antara anggota keluarga yang lainnya. Sementara sektor publik adalah ketika perempuan menjalani kehidupan umum, yang memungkinkan dirinya hidup di anatar sejumlah individu dalam masyarakat, baik taraf kampung, kota atau negara.
  Sektor domestik memiliki institusi yang disebut dengan keluarga. Di sini bermula peran yang beragam; sebagai hamba Allah, sebagai anak/istri/ibu. Dalam kehidupan domestik ini, kehidupan laki-laki dan perempuan terdapat pola kemitraan dimana kewajiban masing-masingnya menunjukkan prioritas keberadaan. Laki-laki dengan kewajiban menafkahi keluarga memungkinkan keberadaannya lebih banyak di sektor publik (Q.S. Al-Baqarah:23, An-Nisaa: 3). Sementara perempuan –khususnya istri- adalah mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anaknya yang memungkinkan dirinya lebih banyak berada di sektor domestik (Q.S. Al-Baqarah: 233, Ar-Ruum: 21)
Maka caleg yang menginspirasi itu, bagi saya adalah yang sudah membereskan urusan domestiknya. Jika dia adalah seorang Ibu, yang sudah membesarkan anak-anaknya. Bagaimana anak-anak mereka itu tumbuh dan menjadi dewasa? Jika menjadi istri, bagaimana mereka membagi tugas kemitraan dengan para suami mereka dalam mengelola institusi keluarganya. Jika dia adalah perempuan kepala keluarga/ single parent,  maka baginya kewajiban yang utama adalah dalam keluarganya. Oke, ini semua bukan fatwa. Ini adalah kesimpulan saya sebagai pemerhati dan penyuka bahasan pendidikan, perempuan dan anak.
Jika sudah tuntas urusan domestiknya, barulah memasuki ranah publik. Dalam hal ini, perempuan juga termasuk yang menerima seruan Allah untuk ber-amar makruf nahi mungkar, diizinkan melakukan jual beli, muamalah lainnya, dan bekerja di luar rumah dalam rangka pembangunan masyarakat. Perkara ini, jelas tak ada urusannya dengan kesenjangan gender. Hanya saja aturan yang diberikan adalah bagaimana bisa memposisikan diri sebaik mungkin dalam urusan yang melibatkan interaksi laki-laki dan perempuan.
Islam memandang perempuan sebagai bagian dari masyarakat untuk mewujudkan kesadaran politik. Perempuan yang berpotensi untuk itu, perlu mewakili kaumnya untuk hal-hal yang pro terhadap perempuan. Langkah yang dapat ditempuh bisa saja dengan bergabung dengan partai yang sama visi dengan kehidupannya.
Ketika ia menerima amanah dalam bidang publik/politik, penting bagi mereka untuk menyuarakan dan mewujudkan kebijakan-kebijakan yang ramah perempuan-ramah anak. Jadi, wahai para perempuan, pilihlah caleg perempuan yang inspiratif yang sudah membereskan urusan domestiknya. Perempuan dengan sesamanya tentu akan lebih saling memahami.



Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...