22.5.11

Prosesi Pelaksanaan Akad Nikah (versi sederhana Adat Minangkabau)

Manolah niniak mamak, cadiak pandai, suluah bendang dalam nagari, bundo kanduang limpapeh rumah nan gadang.
Sairiang balam jo barabah
Barabah tabang balam mandi
Pucuak cimpago urang patahkan
Sairiang salam nan jo sambah
Sambah lalu salam kambali
Ampun jo rela kami mohonkan

Sambah taunjuak ka undangan
Salam tatunggang ka nan ba anjuangan
Sarato jo salam kaislaman
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

A. Mukaddimah
B. Syukur dan shalawat
C. Penghormatan
a. Bapak ….
b. Bapak KUA Kec. …
c. Keluarga besar Bpk. … dan Bpk. … selaku silang nan bapangka karajo nan bapokok
d. Niniak mamak, nan gadang basa batuah, alim ulama, dan seluruh pemuka masyarakat
e. Urang sumando, ipa bisan, sahabat dan handai taulan
f. Keluarga besar Ikatan Alumni …
g. Dsb.
h. Teristimewa kepada kedua calon mempelai yang sebentar lagi akan melangsungkan akad nikah

Japuik manjapuik dalam adat
Akad nikah sacaro islam
Buliah karajo dapek berkat
Jo bismillah kita jalankan

Sasuai jo janji nan diikek
Sasuia jo pandang nan diukua
Mako tibolah tu kini
Hari kutiko nan dinanti

Dengan memohon rahmat dan rodha Allah Yang Maha Kuasa, hari ini, Sabtu, 21 Mei 2011, akan dilangsungkan pernikahan .... putra dari Bapak … dan ibu … dengan … putrid dari bapak … dan ibu…
Marilah kita awali acara ini dengan mendengarkan pembacaan ayat suci al quran yang akan dibacakan oleh …
Bapak-ibu hadirin yang kami muliakan.
Sesaat lagi kita akan mengikuti upacara akad nikah … dengan …, namun sebelumnya kami akan menyampaikan beberapa untaian kata.
… tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal …. Lahirlah seorang bayi laki-laki dari pasangan Bapak… dan ibu … yang diberi nama : … Dengan sepenuh kasih saying, putra terkasih dibesarkan oleh ayah dan bunda.
Sementara itu, .. tahun yang silam, tepatnya … lahir pula seorang bayi perempuan dari pasangan Bapak … dengan ibu … yang diberi nama : … Pamrih ayah dan ibu mencurahkan kasih sayangnya untuk membesarkan putrid tercinta.
Hari ini, atas kehendak Allah swt, … dipertemukan dengan palito hatinya/belahan jiwanya/ … untuk menempuh hidup baru, berlayar dalam mahliagi rumah tangga, sakinah, mawaddah dan rahmah. Namun, kedamaian dan kebahagiaan hidup yang hakiki, akan diberikan Allah kepada setiap anak, sangat terbantung kepada ridha dan ketulusan orang tuanya.
>> kami persilakan kepada kedua mempelai untuk memohon doa restu kepada kedua orang tua, untuk menggapai berkah dan ridho Allah..
((boleh diiringi saluang/ dsb))
(untuk durasi waktu 5 menit)
Mandeh kanduang badan dek diri
Bari ampun dek mandeh
Sajak ketek mandeh gadangkan
Rangik saikua mandeh halau
Kini denai ka malahiakan biduak rumah tango
Doa mandeh nan denai mintak

Nak kanduang sibiran tulang
Ubek jariah palarai dama
Danga pituah ayah kanduang
Dek anak ka malahiakan biduak rumah tango
Bak umpamo urang balai
Lauik lapeh nan ka dihadang
Taguah-taguah pacik kamudi

Ingek di riak jo galombang
Ingek di karang nan maonggok
Ingek di ombak ka malapeh
Pandai-pandai mambaok diri
Nak salamaik anak barumah tanggo
Nak tacapai sakinah mawaddah wa rahmah

(jika memungkinkan waktu lebih panjang)
Mandeh kanduang nan denai cinto
Pautan kasiah nan jo saying
Kasiah mande sapanjang jalan
Sayangnyo mande inda tabilang
Jaso mande nan alun tabaleh
Antah jo apo ka denai baleh
Bia babungkah ameh jo perak
Bia basatu bumi jo langik
Bia bapisah nyawo jo badan
Jasonyo mande indak ka tabaleh
Sungguahpun baitu mande kanduang
Kini denai ka barumah tango
Bari izin denai dek mande
Lapeh denai jo hati sanang
Iriangkanlah denai jo doa



Bapak- ibu hadirin yang kami muliakan/hormati
Marilah kita ikuti upacara akad nikah … dengan …
Untuk memimpin acara ini kami serahkan kepada Bapak KUA Kecamatan …
1. Ijab-kabul
2. Pembacaan shigat taklik talak
3. Penyerahan mahar
Maha Suci Allah yang telah menciptakan manusia berpasang-pasangan, untuk dapat hidup berdampingan dengan penuh kasih dan saying. Semoga Allah mengumpulkan yang terserak dari keduanya, serta diberkahi keturunan sebagai qurrata a’yun- yang menyejukkan hati umat dan keluarganya.
Sebagai bekal untuk berlayar ke tengah samudera kehidupan, berikut ini kepada kedua mempelai Bapak … akan memberikan nasehat pernikahan.
Selanjutnya kita ikuti doa bersama yang dipimpin oleh Bpk …
Akhirnya kami persilakan kepada Bapak-ibu untuk bersama memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai. (boleh diakhir acara)
Dengan demikian, berakhirlah proesi pernikahan … dengan … semoga dengan berkah Allah kedua mempelai akan memperoleh kebahagiaan yang hakiki, duniawi dan ukhrawi.
Dan perkenankanlah kami menutup acara ini dengan sebuah pepatah minang:
Jiko ado nan tasingguang ka naiak, talantuang ka turun, nan patuik do muko ta ka balakangkan, nan patuik daulu takamudiankan, ampun jo rela kami mohonkan.

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Cinta dan Ilmu Biologi

Judul buku: The Biology of Love
Penulis : Ali Akbar Navis
Penerbit : Bukubiru
Tahun terbit: Februari 2011
Halaman : 320 hal.




Cinta, masih menjadi pembicaraan sensasional di kalangan masyarakat. Bahkan, sampai zaman ini berakhir, selagi masih ada jenis lelaki dan perempuan, jantan dan betina, dsb, cinta dan problemanya seperti telaga yang tak akan pernah kering airnya. Manusia senantiasa mencari formula yang sesuai untuk mengatasi cinta serta persoalannya sesuai dengan perkembangan zaman dan disiplin ilmu yang disinggungnya. Jika dahulu, cinta relative menjadi hal yang abstrak, dibahas oleh ilmu ramalan dan astrologi, maka kemudian ditemukan korelasi ilmu biologi dengan cinta.

“Rasa cinta adalah reaksi yang ditimbulkan karena suatu pemicu khusus. Dan, pemicu itu adalah hormon cinta yang berada di bawah kendali otak. Hormon cinta inilah yang akan menerangkan berbagai hal yang berkaitan dengan cinta.”

Berbagai definisi tentang cinta muncul, silih berganti, positif dan negatif, seiring pengalaman yang dilalui. Cinta serta berbagai jenisnya, ada pula diklasifikasikan. Baik dari pakar cinta, sosiolog, pakar sex dan peramal. Masing-masing mereka memandang cinta dari sudut pandang dan pendekatan yang khas. Cinta juga dikaitkan dengan berbagai keilmuan. Psikologi, geneologi, kedokteran maupun agama.

Bagaimana jika cinta dipandang dari ilmu biologi? Ali Akbar Navis menyajikannya dengan bahasa yang ringan dan fresh lewat buku ini.

Secara anatomi, kimiawi, hormonal maupun psikologis, otak pria dan wanita memiliki banyak perbedaan. Kontrol emosi disebutkan lebih dominan dari pria. Keseriusan, cekatan dan kedewasaan merupakan sikap pria menghadapi persoalan. Sementara wanita mengedepankan perasaan dan lebih labil dalam menghadapi persoalan.

Dilihat dari perkembangan psikologis remaja hingga dewasa, penulis membagi cinta biologi ini ke mahkota mawar cinta. Satu mahkota mawar, adalah cinta semu, yang sifatnya hanya coba-coba bagi remaja. Tidak ada keseriusan, seperti cinta para fans kepada artis idolanya. Dua mahkota mawar, yaitu cinta yang membuat remaja lupa diri, tidak bisa tidur di waktu malam. Cinta jenis ini biasanya bertahan seteleh tiga bulan. Tiga mahkota mawar, cinta yang mulai menumbuhkan sifat posesifnya. Karena merasa saling memiliki, mucullah rasa cemburu secara berlebihan.

Empat mahkota mawar, cinta pada tahap ini mulai memperlihatkan sifat asli remaja tersebut. Hal ini akan terasa saat hubungan berusia 6-12 bulan. Sudah tidak masalah jika tidak lagi selalu bersama, adalah salah satu ciri-cirinya. Lebih terbuka satu sama lain. Lima mahkota mawar. Pada tahap ini, rasa cinta bukan lagi yang membuat deg-degan jika bertemu. Usia hubungan ini sekitar 1-1,5 tahun. Ada lagi namanya matahari mahkota mawar. Konon yang tergolong ini hanyalah cinta Adam dan Hawa.

Begitulah jika cinta dipertemukan dengan ilmu biologi. Ada pembagian tahapan cinta berdasarkan pendapat pakar, Helen Fisher dari Rutgers University Amerika. Tahapan cinta dibagi menjadi tiga. Pertama, nafsu (lust), daya tarik (interest) dan ikatan (attachment). Pada masing-masing tahapan tersebut terdapat hormon tertentu yang berpengaruh dalam perkembangannya. Diantaranya, hormon testosteron dan estrogen yang mendorong nafsu manusia, hormon adrenalin, dopamin dan serotonin untuk daya tarik.

“Dopamin menghasilkan stimulus yang memberikan dorongan di dalam diri untuk lebih memperoleh kenyamanan saat bersama orang yang dikasihi. Rasa ini akan menuntun untuk mengumpulkan energi dan memfokuskan pikiran padanya. Pada perkembangannya rasa tersebut semakin berkurang seiring intensitas hubungan. Hal ini disebabkan karena produksi dopamin tergantikan oleh hormon oksitosin dan vasopressin.” (hal. 251)

Untuk meningkatkan dopamin disarankan mengkonsumsi coklat, kacang-kacangan, dan argula (daun sejenis salad) serta bayam. Sementara hormon oksitosin dan vasopressin terkait dengan ikatan. Oksitosin ini yang mempengaruhi rasa bahagia dan cemburu manusia.

Adapula hormon pheromenos yang dapat memicu ketertarikan lawan jenis. Salah satu penghasil hormon ini adalah kelenjar apokrin/keringat. Pada wanita, pheromenos ini akan maksimal ketika ovulasi. Disebutkan pula, bahwa hormon ini dapat membantu seseorang menemukan pasangannya secara biologis.

Buku ini membahas cinta dalam pandangan luas ilmu biologi. Hal ini memungkinkan pembaca mengenal cinta dan karakteristiknya lebih banyak. Bahasa yang kadang nyeleneh dan kadang ilmiah, menjadikan buku ini layak dikonsumsi berbagai kalangan.



Peresensi : Miftahul Hidayati

17.5.11

Masih(kah) Ujian Nasional Efektif *

Mampukah formula baru Ujian Nasional (UN) yang diprediksi lebih efektif ini menjadi standar ukur kemampuan siswa? Agaknya pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan jujur oleh pelaku dan pengamat pendidikan di negeri ini.
Tentang pengalaman ini, media massa acapkali memuat berita tentang keganjilan dan kecurangan proses UN. Mulai dari kebocoran soal, baik pada proses penggandaan maupun pendistribusian. Pengawas independen yang tidak bisa bekerja maksimal. Ketidak tegasan pengawas silang, dan lain sebagainya.
Beberapa tahun terakhir dapat diamati adanya oknum siswa yang nyata menjadi pelaku kecurangan tersebut. Tanpa persiapan, akhirnya tetap lulus dengan nilai yang tidak dapat disebut pas-pasan. Sangat mengherankan. Bahkan informasi lain disebutkan, siswa-siswa di sekolah yang katanya unggul, telah membeli seperangkat jawaban. Jawaban yang disiapkan itu, jelas menguntungkan bagi mereka yang memang tidak berminat belajar. Sementara, solusi aneh ini sudah menjadi rahasia umum di sekolah-sekolah pelarian. Jadilah, UN sebagai olok-olokan siswa.
Berbagai kemungkinan bisa saja terjadi. Ironis, ketika siswa yang dianggap mampu dan pintar dalam pelajaran hariannya tiba-tiba dinyatakan tidak lulus, sementara siswa yang memang sudah di-cap ‘kurang’ dari sekolah mendapatkan nilai yang memuaskan. Itu hanya karena satu diantara mereka yakin dan beriman kepada ‘sms keramat’ yang datang setengah jam menjelang UN. Entah dimana ‘tercecer’nya lembar ujian tersebut. Mungkin penggandaan soal di percetakan, mungkin pula terjadi berbagai ‘kecelakaan’ di perjalanan yang sudah dikawal polisi itu.
Melihat realita ini, pemerintah menyiapkan formula baru pelaksanaan UN tahun 2011 ini. Jika pada tahun-tahun sebelumnya penentuan kelulusan murni ditentukan UN tanpa melibatkan sekolah. Maka, seperti disebutkan Peraturan Mendiknas No 2 Tahun 2011 tentang Ujian Sekolah/Ujian Nasional Tahun 2011, kelulusan siswa SMP dan SMA ditentukan dari nilai sekolah (40%) dan nilai UN (60%). Khusus untuk nilai sekolah ditentukan dari nilai rapor (40%) dan nilai ujian akhir sekolah/UAS (60%).
Inilah bentuk kepedulian sekaligus kecemasan Kemendiknas. Peduli, agar UN benar menjadi standar ukur keberhasilan pendidikan Indonesia. Cemas, jika nyatanya sekian persen siswa peserta UN dinyatakan tidak lulus. Kecemasan ini berujung pada solusi-solusi yang dipikirkan pihak-pihak terkait. Baik orang tua siswa yang tidak siap menerima hasil evaluasi kemampuan anaknya. Guru yang cemas dinilai tidak mampu mengajar. Kepala sekolah yang belum bisa memimpin, serta Kemendiknas yang belum berhasil menetapkan kebijakan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada formula baru ini tidak hanya UN penentu kelulusan siswa. Tapi juga nilai sekolah. Dilihat lagi proses belajar yang telah dilalui, yang dibuktikan dengan nilai rapor semester 3-5 untuk tingkat SMA. Lalu diakumulasikan dengan nilai UAS. Satu kemungkinan ‘solusi’ dapat disiapkan. Mungkin saja, oknum dari pihak sekolah ‘tertentu’ akan memanipulasi data nilai rapor siswa. Sehingga untuk 40 % nilai sudah aman. Walau berdalih ‘tidak mungkin’, apapun usaha bisa saja dihalalkan, toh itu lah kenyataannya. Layaknya kurva kemampuan siswa di kelas. Hal yang lumrah, padi satangkai ado yang boneh dan hampo.
Jika benar begitu, tidak salah kiranya beberapa Perguruan Tinggi Negeri yang sudah dikenal mutunya, tidak mau percaya penuh pada nilai dan kelulusan siswa. Pun pada penerimaan formasi kerja baik Pegawai Negeri Sipil maupun swasta/industri tertentu, tidak akan merekrut lulusan SMA/SMK, jika hanya bersandar pada nilai dengan menihilkan skill mereka.
Formula baru ini juga menyiapkan soal sebanyak lima paket. Siswa tidak mengetahui paket soal apa yang akan dijawab saat ujian nantinya. Lantas, apa mungkin siswa akan menghafal kunci-kunci jawaban yang telah ditukarnya dengan sejumlah angka-angka rupiah sebelumnya? Jelas tidak mungkin. Tapi, lagi-lagi banyak hal yang mungkin saja terjadi.
Disinilah pentingnya peran pengawas. Pengawas diharapkan benar-benar jujur dalam menjalankan tugasnya. Dilematis. Jika pengawas silang, yang mengawasi suatu sekolah, jika benar-benar jujur, dikhawatirkan akan memuat laporan-laporan ganjil itu dalam berita acara. Panitia dan pihak diknas akan mendapati laporan tersebut. Sebagian menganggap, beginilah seharusnya ‘meng-awas-i’ proses evaluasi itu. Namun sebagian lain akan ‘memuji’ keujujuran tersebut dengan sindiran-sindiran. “Siapkah si guru jujur itu, jika nama yang tertulis dalam berita acara tersebut adalah anaknya atau siswa sekolahnya?”
Pengawas tetap bernama pengawas, meskipun pekerjaan yang dilakukan dengan ber’kaca mata kuda’. Menjalankan absen, lalu duduk diam, mengamati. Pasalnya, jika mondar-mandir dikhawatirkan akan mengganggu efektifitas ujian. Lain lagi dengan pengawas independen yang didatangkan dari perguruan tinggi. Para dosen tersebut, sebelum ini, tidak diperkenankan masuk ruangan ujian. Entah ini hanya di sebagian sekolah saja. Jika demikian, independensi apa yang akan dijamin?
Kita semua jelas bangga dengan cita-cita –mencerdaskan kehidupan bangsa- ini. Tapi, tanpa kontrol bersama, baik stakeholder maupun masyarakat peduli pendidikan, semua akan kembali seperti pengalaman sebelum-sebelumnya. UN seakan masih kebohongan publik yang direncanakan. UN tak akan pernah efektif menjadi alat ukur. Bukankah yang namanya alat akan digunakan, bukan malah diper-alat- lagi.
Tidak saja pada hasil akhir baik yang tentunya diharapkan dan dibutuhkan bangsa ini. Melainkan, adalah keharusan dan tanggung jawab bersama untuk mensukseskan UN standar pendidikan Indonesia. Jika hanya untuk kelulusan, apalah artinya. Kita akan menjadi saksi bagaimana kecurangan dan kebohongan itu masih saja ada dalam pelaksanaan UN.
Pasti, apresiasi tertuju pada Kemendiknas yang menyiasati UN dengan formula baru ini agar bisa lebih efektif. Namun selaku masyarakat yang mendambakan pendidikan yang mencerdaskan anak bangsa, kita juga perlu mengontrol jalannya UN. Bersama-sama untuk berkomitmen, seperti komitmennya Mendiknas Muhammad Nuh, “Prestasi Yes! Kejujuran harus”. Demikian hendaknya diyakinkan dan dilaksanakan sampai ke siswa. Wallahu a’lam. []

April 2011
*Miftahul Hidayati, Alumni Fak. Tarbiyah dan Tabloid Mahasiswa Suara Kampus IAIN Imam Bonjol Padang

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...