20.9.14

Jenuh


 Setiap perkataan yang menjatuhkan tak lagi ku dengar dengan sungguh
Juga tutur kata yang mencela tak lagi kucerna di dalam jiwa
*

*

Oh. Bukankah ku pernah melihat bintang.Senyum menghiasi sang malam...


***
Kita pasti pernah merasa tak tepat berada pada suatu kondisi. Merasa tidak tepat, tak pantas dan tak mampu, pada suatu tugas yang bukan bidangnya, atau mengambil alih sesuatu yang bukan bagiannya? Meskipun ada yang bilang, bahwa tak baik mengatakan bahwa kita tak mampu. Ah.  

Lirik lagu lama Padi itu lantas terasa begitu kuat, membangun kembali kekuatanku menghadapi hal tertentu beberapa waktu terakhir. Kata kawanku, dunia ini kadang membuat kita jenuh. Penat lahir batin. Hahaha.
tapi tunggu dulu, tentu tak selamanya begitu bukan? Kita lebih khawatir dianggap menjadi hamba yang tak tau syukur terima kasih kepada sang pengatur semua. Ini bukan soal syukur-syukur, hehe, anggaplah saja ini 'catatan waktu' semata. Ada duka, ada suka. Ada semangat, ada penat. Sayangnya, semangat lebih susah datang lagi, mendekat. Itu saja.

Bila terbiasa dengan semangat, sesekali ada saatnya kita merasa lemah dan rapuh. Apa namanya? Senioritas? Intervensi? Jenuh barangkali? entahlah.

Ya, barangkali lirik lagu itu begitu tepat,
Setiap perkataan yang menjatuhkan tak lagi ku dengar dengan sungguh
Juga tutur kata yang mencela tak lagi kucerna di dalam jiwa

dengan begitu, setiap pikiran-pikiran negatif itu muncul, pesimis mendekat, terbayang pula bahwa ini hanyalah "mimpi yang terputus".


Bukankah hidup ada perhentian. Tak harus kencang terus berlari. So, we need to refresh 'it'? Pertama, peduli apa dengan kata mereka. Mereka hanya berkomentar, bukan bekerja. Kita bekerja bukan pula untuk mereka. Bila saja 'pekerjaan' itu dihibahkan kepada mereka, apakah ada kekuatan, kesiapan dan kesediaan mereka sepenuh hati? Bersedia-kah? Nah. Peduli apa dengan kata-kata tak penting itu.

Ku helakan nafas panjang..
Setiap kali saya harus melangkah ke ruang itu, inilah yang saya lakukan. Hela nafas panjang, menghembuskan. Syukur-syukur keluar dari sana, yang ada adalah senyum mengembang. Setidaknya, jika senyum itu tak dapat, tentu ekspresi wajah datar adalah pilihan terakhir. Tak akan, saya tak akan menjadi anak muda yang bodoh. Datang dengan emosi, keluar dengan amarah. NEVER!!

Tuk siap berlari kembali..
Yap. Selanjutnya, kita perlu move on. Lelah itu biasa. Peluh dan penat tak akan jadi penghalang. Tak ada kesuksesan tanpa pengorbanan. Tak ada hasil tanpa usaha dan proses. Bila jenuh kemudian melanda, kita hanya perlu berhenti sejenak. Itu hanyalah sebagai mimpi yang terputus. Kita akan bahagia dan puas dengan kerja keras dan kerja cerdas yang terus kita upayakan. Mencapai mimpi-mimpi.

#YES! ---seri memotivasi diri and curhat juga. Hahaha

No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...