![]() |
Foto : Radhiyatul Fajri/2012 |
Ketua panitia H. Irwandi, S.Ag, MMdalam laporannya menyebutkan,di samping untuk tujuan silaturrahim, agenda Seperempat Abad MAPK ini juga mengangkat dan menghidupkan kembali corak pendidikan ‘ala MAPK’, di Sumatera Barat khususnya dan Indonesia umumnya.
Acara yang dihadiri oleh lebih dari 300orang alumni IKA MAPOKUS ini, menghadirkan sejumlah pembicara terkait dengan tema “Pembinaan Program Pendidikan Khusus di Lingkungan Kementerian Agama Guna Menciptakan Generasi Yang Berkarakter”. Diantaranya hadir pakar Ushul Fiqh, Prof. Amir Syarifuddin selaku tokoh yang “dekat” dengan MAPK, mengulas tentangkemunculan dan perkembangan pedidikan berbasis madrasah di Sumatera Barat.
Menurutnya, pada awalnya, pendidikan madrasah memiliki kurikulum dengan konten 100% ilmu pengetahuan agama mencakup fiqh, ushul fiqh, bahasa arab, dan lain sebagainya. Namun dalam perkembangannya, pada masa penjajahan Belanda mulai diintegrasikan sejumlah ilmu pengetahuan umum. Saat itu madrasah dikelola oleh swasta.
Sedangkan madrasah yang pertama dibina oleh
kementrerian agama adalah PGA (Pendidikan Guru Agama). Kemudian berkembang
menjadi Madrasah Aliyah yang menggabungkan kurikulum umum dan agama. Namun
kurikulum pada periode ini tidak mencerminkan pendidikan madrasah karena (realitanya)
lebih didominasi oleh ilmu pengetahun umum. Madrasah aliyah tidak memiliki
diferensiasi.Berbeda dengan kurikulum Madrasah Program Khusus, yang mencakup
30% umum dan 70% agama.
Pada seminar tersebut, Amir Syarifudin juga menegaskan
perlunya pendidikan madrasah dengan program khusus dipertahankan.
Sedangkan perwakilan dari Gubernur Sumatera Barat
hadir staf Ahli Gubenur Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Surya Budhi. Dalam
paparannya, Surya Budhi menyebutkan adanya fenomena krisis moral dalam
masyarakat saat ini. Kondisi ini sangat membutuhkan madrasah dengan Program
Khusus, yang mampu melahirkan output
yang berkarakter.
Turut pula Kepala MAN Koto Baru Padang Panjang, Drs
Syukri, menyampaikan tentang penghapusan program khusus terkait undang-undang Kemenag
yang menghilangkan program khusus di madrasah. Sedangkan program khusus yang
ada sekarang merupakan program keagamaan regular/mandiri. Namun demikian, ia
juga berharap agar Program Khusus dapat diterapkan kembali.
Program pendidikan dan pembelajaran seperti MAPK/MAKN
harus tetap dipertahankan, hal ini juga ditegaskan oleh Dr. Saidan Lubis, M.Ag,
selaku ‘guru besar’ MAPK. Sedangkan dari alumni sendiri, H Irsyad Syafar, Lc,
M.A, menyampaikan bahwa Kemenag seharusnya mampu melahirkan SDM yang unggul
dibidang agama.
“Kehadiran MAPK/MAKN telah melahirkan SDM yang unggul
di bidang agama,” demikian ujar Pemimpin Yayasan Pondok Pesantren Ar Risalah
Padang ini.
Acara ini juga menghasilkan sejumlah rekomendasi, pertama, yang ditujukan kepada pemerintah, yaitumeminta kepada Kemenag untuk menghidupkan kembali lima MAPK/MAKN awal, khususnya MAPK/MAKN Koto Baru Padang Panjang, minimal menerapkan sistem pengajaran berbasis MAPK/MAKN. Kepada pemerintah daerah, diharapkan dapat memberikan dukungan dalam bentuk moril dan materil.
Kedua, rekomendasi yang ditujukan kepada alumni, meminta pengurus IKA Mapokus untuk berkomunikasi dengan organisasi alumni MAPK/MAKN di seluruh Indonesia dengan tujuan mensosialisasikan usaha untuk menghidupkan kembali MAPK/MAKN di Indonesia. Di samping itu juga diupayakan penguatan database dan profil alumni dan profil MAPK/MAKN secara umum.
Ketiga, kepada lembaga legislatif, direkomendasikan
agar DPR RI mempertanyakan kepada Kemenag kenapa MAPK/MAKN dihapuskan.
Dan keempat, kepada pihak sekolah, diharapkan agar dapat
memberikan perhatian yang proaktif dan proposional kepada Program Unggulan Keagamaan
yang diawali dengan seleksi ketat terkait input siswa, pembinaan tutorial,
penggunaan kitab standar dan meningkatkan kualitas tenaga pengajar serta
memberikan ruang bagi alumni.
“Kita berharap, rekomendasi ini dapat diteruskan, dan
menjadi bahan pertimbangan bagi semua pihak dalam upaya Menuju Kebangkitan
MAPK,” ujar Ahmad Wira, Ph.D, selaku Ketua IKA MAPOKUS. (*)
Laporan : Miftahul Hidayati, Kabid Keputrian IKA MAPOKUS 2010-2014
No comments:
Post a Comment