11.6.13

Tugas Resensi



Mempelajari Perjuangan Politik Bung Hatta

Judul buku               : Berjuang dan Dibuang
Penulis                      : Mohammad Hatta
Editor                         : Mulyawan Karim
Penerbit                     : Kompas
Tahun                        : Februari 2011
Peresensi                   : Miftahul Hidayati


Mohammad Hatta adalah seorang tokoh proklamator Indonesia. Sebagai wakil presiden pertama Republik Indonesia, namanya sering bergandeng dengan nama presiden, Soekarno. Hatta, juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia, karena pemikiran ekonomisnya sudah ada sejak awal.
Otobiografi adalah riwayat hidup seorang tokoh yang ditulis sendiri oleh subjeknya. Sebuah otobiografi tidak hanya bermanfaat bagi penulis dan keluarganya saja, melainkan juga bermanfaat bangsanya. Melalui otobiografi, pemikiran-pemikiran penulis, pengalaman hebat, catatan dan opini penulis dapat disampaikannya tentang berbagai bidang. Demikian juga dengan otobiografi Mohammad Hatta, yang banyak bercerita tentang perjalanan politik dalam hidupnya.
Semenjak pendidikan doktoralnya tahun 1929 di Belanda, Hatta sudah mempersiapkan diri untuk organisasi politik. Semula ia bermaksud menempuh ujian doktoral di bidang ilmu ekonomi pada tahun 1925. Tetapi waktu itu dibuka jurusan baru, yaitu hukum negara dan hukum administratif. Hatta pun memasuki jurusan itu karena minatnya yang besar di bidang politik.
Berkaitan dengan politik dan pemikirannya, Hatta bercerita melalui tulisan-tulisan yang dikirimnya ke media daulat Ra’jat, Pemandangan, dan Nationale Commentaren.
“Politik di negeri jajahan terutama berarti pendidikan. Politik mengenai pengertian biasa tidak dapat dijalankan, kalau raykat tidak mempunyai keinsafan dan pengertian. Sebab itu, didikan harus jalan dahulu. Dan didikan tidak akan sempurna, kalau ia tidak memaki asas yang terang” (hal. 27)
Demikian sepenggal tulisan Hatta yang disiapkannya untuk Harian Daulat Ra’jat No. 37 tanggal 20 September 1932. Melalui tulisan itu Hatta menyampaikan alasannya kenapa setelah ia kembali dari pendidikan di Belanda, ia langsung memilih bergabung dengan Pendidikan Nasional Indonesia. Melalui tulisan-tulisan itulah Hatta dikenal sebagai seorang tokoh pemuda yang berani.
Sikap kritis dan berani seperti Hatta ini berbeda dengan realitas pemuda (mahasiswa) Indonesia hari ini. Jika diamati, semenjak meletusnya gerakan reformasi tahun 1998 lalu, pemuda Indonesia lebih memilih untuk menyatakan pemikirannya melalui aksi (demo) di lapangan dibandingkan melalui tulisan. Aksi lapangan itu, menurut sebagian kalangan tak berarti apa-apa. Seperti anekdot yang berkembang, tulisan kadang lebih tajam dari pedang. Pada aksi lapangan, tenaga dan massa terbuang percuma, ide dan tuntutan kadang tak dihiraukan.
Bahkan beberapa waktu lalu, Indonesia dikenalkan dengan tokoh kritis mahasiswa Universitas Bung Karno. Sondang Hutagalung. Sondang lebih memilih aksi bakar diri untuk mengungkapkan berbagai keresahan politis yang bergejolak pada pikirannya. Terlepas dari pro dan kontra sikap itu, satu yang pasti, bahwa beragam aksi selain menulis kritikan (tajam) lebih dipilih pemuda hari ini. Tapi, Hatta membuktikan, bahwa pikiran dan idenya sampai ke berbagai kalangan lewat tulisan masa itu.
Setelah sampai di Indonesia, Hatta dan Soekarno yang tetap saling menghargai, meskipun berbeda aliran politik, terus berjuang menyiapkan konsep kemerdekaan Indonesia. Melalui pertemuan dan diskusi dengan sejumlah tokoh penting, Hatta menyampaikan pikiran-pikirannya. Ia juga mendirikan organisasi-organisasi kepemu-daan di daerah.
Selain berjuang, Hatta juga siap dibuang. Seperti Soekarno, Haji Mochtar, Bondan dan Sutan Sjahrir ia pernah ditangkap. Hatta sendiri juga pernah diasingkan ke Digul, Papua, saat ia ditawari oleh kepala pemerintahan di sana agar ia mau bekerja untuk kolonial dengan upah 40 sen sehari. Namun Hatta menolaknya. Ia lebih memilih dibuang, lalu hidup dari honorarium menulisnya di surat kabar Pemandangan. Pasca perang pasifik, yang banyak mengubah keadaan dan suasana di seluruh Hindia Belanda, pada tahun 1942 Hatta dipindahkan ke Sukabumi.
Menarik. Meskipun Hatta bercerita detail dalam buku otobiografinya ini, namun tetap saja tidak membosankan. Bahasa tulis yang dengan cara bertutur ini menjadikan persoalan persiapan kemerdekaan yang dibahas menjadi ringan dan jelas. Bahkan pada beberapa cerita perjalanan, ia bertutur terlalu polos. Sehingga pembaca merasa seakan tidak sedang ‘dekat’ dengan Sang Proklamator Indonesia. Seperti pada bagian cerita berikut, yang mengisahkan bahwa seorang Bung Hatta juga mengalami masa-masa sulit menjelang ujian.
“Tiap-tiap hari aku minum Tonikum untuk memperkuat badan dan pikiran.”Akhirnya, semua buku itu dibaca juga. Dan benar, Hatta sama halnya dengan pelajar/mahasiswa sekarang, pusing berhadapan dengan buku. “karena itu, kuhentikan belajar. Tiap-tiap hari aku berjalan-jalan saja dengan meminum Tonikum. Ini rupanya menolong sangat. Kira-kira dua hari sebelum ujian kucoba membalik-balik buku pelajaran, dan segala yang kupelajari sejak empat bulan itu banyak yang teringat kembali dalam otakku.”
Alur cerita dalam buku ini adalah runut kejadian, sehingga memudahkan pembaca memahami peristiwa secara historis. Namun, sedikit kekurangannya adalah kurangnya gambar dan foto kejadian yang bisa menguatkan cerita perjalanan sang penulis. Buku ini pantas menjadi bacaan pemuda, pelajar dan mahasiswa Indonesia ini. Jika ingin mempelajari perjuangang politik Bung Hatta, maka buku ini layak menjadi solusi.


Referensi
Ray Mungo.                                                                                                                            1999    Pedoman Menulis Otobiografi. Jakarta : Pustaka Tangga.
Mohammad Hatta.                                                                                                                  2011    Berjuang dan Dibuang. Jakarta: Kompas Media Nusantara
Yunita T. Winarto, Tatok Suhardiyanto, Ezra M. Choesin.                                       2007    Karya tulis Ilmiah Sosial. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...