29.11.11

Resensi: Kesempatan, memilih untuk tidak memilih


Judul : Senja Bersama Rosie
Penulis : Darwis Darwis/ Tere Liye
Penerbi t : Grafidia
Tahun : 2008
Tebal : 462 halaman


Jika sedang duduk, maka Anda akan tersandar, menarik nafas panjang setelah membaca akhir kisah “Senja Bersama Rosie” karya Darwis Darwis ini. Mungkin juga akan protes, kenapa penulis memilih akhir yang diluar dugaan dan terkesan tidak adil. Pada karyanya yang satu ini, seperti biasa Tere Liye mengemas potongan cerita yang berkisah tentang keluarga, cinta dan persahabatan dengan bahasanya yang selalu asik. Bahasa ringan dan santai.

Berkisah tentang kesempatan. Kesempatan yang selalu ditunggu-tunggu oleh tokoh utama. Sampai ketika ada kesempatan lain, ia tidak menyadarinya. Kesempatan juga tidak bisa dipaksakan. Tak bisa terlalu diharapkan. Terkadang, kesempatan ada, tapi kita memilih untuk tidak mengambil kesempatan itu.

“Bukankah tadi sudah ku bilang, jauh lebih menyenangkan mengenang sesuatu yang hanya selintas terjadinya. Bahkan dalam banyak kesempatan jauh lebih menyenangkan mengenang sesuatu yang sepantasnya terjadi tapi kita tidak membuatnya terjadi. Meski kita bisa dengan mudah membuatnya terjadi.” (Hal. 438.)

Mawar dan Karang

Mawar tidak akan pernah tumbuh di tegarnya karang. Kalimat itu yang sering disampaikan Oma, nenek Rosie kepada Tegar. Oma tidak melihat ada kesempatan bagi mawar untuk bisa tumbuh di karang yang Tegar. Tegar baru bisa mendapatkan kesempatan itu pada usianya yang tidak lagi muda.

Rosie dan Tegar Karang telah bersahabat sejak 20 tahun sebelum Dani, sahabat baru Tegar menciptakan kesempatan, mengungkapkan perasannya kepada Rosie di puncak Gunung Rinjani. Dua bulan saja waktu Dani, ia bisa memiliki Rosie. Pada waktu yang sama, Tegar juga bermaksud mengungkapkan hal yang serupa. Mendengar ungkapan Dani dan anggukan Rosie, Tegar memutuskan untuk pergi, mengubur harapan dan cit-citanya. Lima tahun menjauh dan menghilang.

Lima tahun berlalu, keluarga Rosie dan Dani memiliki anak-anak, empat kuntum bunga, Anggrek, Sakura, Jasmine dan Lili. Komunikasi Tegar dan keluarga Rosie membaik. Tegar tengah menyiapkan kehidupannya yang serius dengan Sekar. Namun, bom Bali, mengantarkan anak-anak Rosie pada masalah besar. Dani meninggal. Sakura luka-luka. Rosie depresi hebat. Tegar hadir sebagai Paman, Om, dan Uncle yang terhebat untuk anak-anak itu.

Kejadian bom Bali itu menyebabkan Tegar menjanjikan untuk mengundur pertunangan dan rencana pernikahannya dengan Sekar. Sekar sabar dan setia menunggu. Meski, terlintas olehnya bahwa kesempatan itu bukan miliknya. Ia bisa tidak punya kesempatan bersama Tegar. Seminggu, sebulan bahkan dua tahun. Tegar terjebak pada cintanya ke anak-anak Rosie, pada kehidupan Rosie.

Oma, nenek Rosie menceritakan bahwa Rosie dan Dani mengundur pernikahan mereka demi Tegar. Sayang, Tegar telah lebih dulu pergi, menghilang. “Sampai saat ini pun, Rosie masih mencintai Tegar.”

Sekar menciptakan kesempatan, membatalkan pertunangannya, demi kedatangan dan janji Tegar yang meminta waktu satu minggu. Tegar memutuskan akan memenuhi janjinya, menikahi Sekar. Tanpa paksaan. Di hari pernikahan Tegar, anak-anak datang bersama Rosie. Lili, yang tak pernah mau bicara selain kepada Jasmine, berlari ke arah Tegar dan Sekar. Menangis, memohon agar Tegar tidak pergi dari kehidupan mereka. Meminta Tegar menjadi papanya. Panggilan berbeda dengan tiga orang kakaknya. Lili memanggilnya papa. Lili yang menciptakan kesempatan mawar pun tumbuh di tegarnya karang.

No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...