26.11.11

Karakter Tertulis



Sebetulnya pendidikan karakter telah dilaksanakan oleh guru di kelas, hanya saja mungkin belum terdokumentasi dengan baik. 18 nilai karakter yang sudah dilaksanakan itu, terlihat masih belum maksimal. Dalam sebuah diskusi dengan tim dari Pusat Kurikulum (Puskur) Jakarta, di sekolah saya (yang terpilih sebagai sekolah filoting Padang Panjang), disampaikan bahwa semua itu disebabkan oleh tidak dituliskannya semua rencana tersebut dengan baik dalam perangkat pembelajaran.


Pendidikan karakter ini bisa diaplikasikan melalui mata pelajaran, muatan lokal, ekstra kurikuler dan budaya sekolah. Peduli sosial, misalnya, bisa termasuk karakter budaya sekolah. Budaya sekolah itupun mesti berawal dari kelas. Guru membiasakan dan mencontohkan peduli sosial semenjak dari kelas.


Indikasi ketercapaian penanaman nilai karakter pada siswa itu, menurut ibu Tina, salah seorang tim, adalah dalam Proses Belajar Mengajar. Kita harus biasa menuliskan apa yang kita rencanakan. Itu artinya perlu ada perencanaan yang baik. Perlu pula dituliskan di silabus dan RPP. HIngga perlu dikembangkan dan dimunculkan. Kalaupun pernah dilaksanakan, kita khawatir, dengan kondisi yang berbeda, kita bisa lupa, dan tidak maksimal memberikan nilai karakter kepada siswa.


Misalnya, dengan metode belajar ceramah, nilai yang muncul paling hanya rasa ingin tahu. Tapi dengan pembelajran aktif, mereka melakukan percontohan, kita bisa tahu, anak ini disiplin. Maka kita dekati, lalu diingatkan. Waktu praktikum, kita bisa mengamati lalu dituliskan. Maka kita terbiasa menuliskan apa yang diamati. Ini penting. Harus dibiasakan, menulis apa yang diamati.


Ketika menyebutkan pada bagian Kegiatan Belajar Mengajar dalam silabus, yang dituliskan secara secara aktif melalui kata kerja operasional adalah kegiatan siswa. Siswa yang mendengar penjelasan. Siswa yang mengamati. Siswa yang menyimpulkan. Menjelaskan dan mendengar penjelasan jelas berbeda. Menjelaskan belum tentu peserta didik mendengarkan. Sedangkan mendengar/menyimak penjelasan, pasti gurunya menjelaskan. Ini sering menjadi masalah dalam RPP.


Target kita sekarang, apa yang dituliskan, harus dilakukan. Ini memang merepotkan guru. Sebetulnya mudah. Yang penting yang dituliskan itu betul-betul diimplementasikan. Guru memberikan contoh, Peserta Didik meniru, lalu menjadi pembiasaan. Yang dicontohkan itulah yang dituliskan. Tidak repot.

No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...