13.8.12

SSSBD (Suir Syam, Si Bapak Dokter)




Tidak berlebihan rasanya, jika Suir Syam, walikota Padang Panjang, meraih berbagai penghargaan atas kinerjanya hingga periode kedua (2012) di kota Serambi Mekah ini.

Ia mampu melihat berbagai titik sentral yang perlu diprioritaskan untuk diubah –diperbaiki-dibenahi  terlebih dahulu.

Lihat saja kebijakannya dalam bidang pendidikan. Pendidikan gratis untuk semua tingkat (sekolah negeri) adalah salah satunya. Kota yang tidak lebih luas dari 23 km persegi ini memiliki tiga sekolah tingkat atas, plus satu dengan label ‘sumatera barat’. Untuk tingkat SLTA saja, jika dikira-kira, satu SMA ada 600 orang siswa, tentulah jumlahnya tidak sedikit. Tidak sedikit jika beranggapan bahwa mereka semua adalah ‘warga SS’. Artinya, sekian persen dari siswa SMA kota ini berasal dari daerah sekitar, kabupaten/kota sekitar. Dan, SS mem-bebas-biayakan semuanya. Hebat bukan?!

Tidak hanya itu, SS juga memberikan berbagai kemudahan untuk warga pribumi. Siswa Padang Panjang asli. Barangkali tidak salah pula. Saya menerka-nerka pikiran SI Bapak Dokter itu, “tentu akan lebih baik mengasuh dan mendidik anak sendiri , daripada membesarkan anak tetangga.” Atau bisa jadi, si Bapak Dokter ini termakan kaji di surau, “quu anfusakum wa ahliikum naaraa”. Hanya soal prioritas. Kebijakan yang memicu polemik ini terus dilaksanakan Si Bapak Dokter.

Adalagi pesantren ramadhannya yang benar dipersiapkan. Saya menantang, kota atau kabupaten mana di Sumbar ini yang mempersiapkan Pendidikan Agama tambahan untuk pelajarnya? Kota mana yang maju dengan program agama itu? Kembali ke surau? Oh, itu hal biasa. Sumbar secara umum memang punya program itu. Asmaul Husna? Apa ada yang menjamin ‘tradisi’ itu? Seberapa besar dampaknya selain ‘hafal’ nama-nama Tuhan, tapi tak tahu arti, tak paham makna, dan tak mengerti aplikasi hariannya.

Peduli pendidikan agama secara kongkrit dan bertanggung jawab, Padang Panjang telah memperbuat itu. Evaluasi dan perbaikan kegiatan pesantren ramadhan ini terus dilaksanakan dari tahun ke tahun. Koordinasi dan kerjasama berbagai pihak turut mensukseskan kegiatan ini. Lihatlah, Tungku tigo sajarangan itu mulai berperan efektif. Pemerintah, Ulama dan masyarakat. Program langsung ditangani kesra. Ya, bukan berarti daerah lain tidak memperbuatnya. Hanya saja, saya tak tahu pasti, kesungguhan untuk hasil maksimal itu. Saya meragukannya.

Saya salutkan lagi pada kota ini, pejabatnya turun langsung ke lapangan. Ke mesjid-mesjid. Memberikan arahan dan harapan dari pelaksanaan pesantren ramadhan itu –langsung- kepada pelajar. Mana pernah, seumur-umur saya mengikuti pesantren ramadhan yang dihadiri pejabat eselon III.

Saya jadi ingat dua orang tokoh negeri ini yang saya idolakan. Dahlan Iskan dan Jusuf Kalla. Dua orang pemimpin sederhana ini benar menginspirasi banyak orang. Barangkali juga Si Bapak Dokter dan jajarannya. Lalu saya bermimpi, jika negeri ini dipimpin oleh satu diantara dua orang idola saya itu.

Atau.. pemimpin-pemimpin tingkat daerah yang tak hanya menarik simpatik rakyat dari baju kotak-kotak sederhana, atau kesuksesan acara olahraga semata. Tapi lebih dari itu. Rakyat membutuhkan pemimpin yang multi kharisma yang tak -sekedar- kharisma. Tapi kharisma yang tercermin dari kepribadiannya yang baik, kesederhanaan, kaya,  tentu saja amanah dan bertanggung jawab atas apa yang dikatakannya. Tak perlu banyak omong. Toh, kita sudah terbiasa dengan pepatah, tong kosong nyaring bunyinya. Pemimpin banyak omong, banyak mainnya.

Tak perlu gagah atau ganteng lah pemimpin itu. Cukup saja keren. Keren dengan pemikiran cerdas dan langkah-langkah cekatannya terhadap berbagai kebijakan politis. Keren dari gaya sederhana yang tak melulu berdasi. Keren dari mobil dinas yang diparkir di rumah dinas saat ia dan keluarganya mengadakan acara keluarga dan bukan urusan dinas. Keren dari pergaulannya dan keterbukaannya dengan ‘kaum muda’ yang kaya idealisme. Keren, pastilah photonya terpampang di depan kelas setiap ruang belajar sekolah, dan kantor-kantor.

Rakyat sudah haus pada semua itu. Semakin menurunnya tingkat partisipasi masyarakat saat pemilu dan pemilukada sudah menjadi bukti, krisis kepercayaan terhadap calon pemimpin. Apa yang akan dilakukan mereka yang akan maju di 2014 kelak? Hari ini saja, saya sudah bosan melihat debat ini itu. Partai ini itu. Perubahan ini itu. Lebih baik, kembali mengingat dan mengenang Si Bung –Berkacamata- Hatta, atau Si Bung –Gagah- Soerkarno, atau..ah, ya, SSSBD kebanggaan saya, Suir Syam Si Bapak Dokter, walikota negeri kecil saya. Itu lebih kongkrit jika tak akan menyebut hebat secara terang-terangan. :D

Ya, bagi saya semua ini tidaklah ada gunanya. Toh, Si Bapak Dokter tidak akan maju lagi pada pemilukada musim ini. Saya tak berniat pula menjadi tim suksesnya. Sudah dua kali ia menjabat, terhitung sukses pula. Baguslah si Bapak Dokter hidup tenang bersama keluarga, bermain dengan cucu. Itu pikiran saya.

Saya hanya ingin berbagi dengan siapa saja yang merasa sedang menjadi rakyat, wong cilik di sebuah kota atau kabupaten. Pertanyaan saya, pertama; apakah Anda bangga dengan pemimpin negeri Anda? Jika bangga, ceritakanlah kehebatannya, jangan memperkeruh masa kepemimpinannya. Banggalah, dia adalah pemimpin yang Anda pilih dulu. Seperti saya bangga dengan pemimpin negeri kecil saya, meski tak pernah berkesempatan memilihnya. SSSBD! J

No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...