24.12.12

Lilin




# Lalu apa? / Aku sudah terbiasa menjadi lilin/ Membakar diri untuk cahaya itu/Bukan aku tak ikhlas/ Tapi ini jelas perkara Tuhan/ Yang aku dan kau akan jalani.

## Adakah bantah pada ketetapanNya? Atau sesal sedang menggurat di lehermu?

# Kau tak paham membakar diri/ Aku teruskan? / ini senja belum lah kelam/ sedang kau harapkan aku di separoh malam/ kita, tengah tengadah/ Akan kuteruskan, di bayang-bayang itu, Sayang?

## Sudah berbilang senja dan purnama/ Pada siapa akan kujaga/ Jika bukan aku sendiri yang percaya/ Mari. Cinta, bukan lagi perkara dia.

# ini perkara dia.

## Bila dia bukanlah api/ satu, dua titik embun aku percikkan/ Ah, tapi dia bukan sekedar api/ Dia adalah gelora.
## Aku tersadar : Dia adalah perempuan nyata/ baginya surga dan dunia/ sedang bagimu lupa/ Baginya mata yang tak lagi berpandang/ telah membongkah rindu kepadamu/ pun berlumut lutut menantimu/ Sedang kau?/ Kau, (dulu) menjadi waktu yang membiar / akan aku terus harapkan cahaya lilinmu itu, meski ku tak tau, api itu telah menyatu pada lilinmu?

## Biar kutiup dulu lilinmu. Aku, mungkin juga dia percaya, ada mentari esok hari/ Kau simpan saja Api itu/ untuk lilinmu/ selalu. (*)

No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...