12.10.14

Berlayar

Tulisan sebelumnya itu tentang berjodoh, kali ini saya ingin cuap-cuap tentang berlayar. Sebelumnya, nih, saya kutip lirik lagunya Sheila On 7

Berlayar Denganku 

hidup bukan tuk berdiam diri
hidup ada tuk kita jalani
cobaan bukan tuk ditakuti
cobaan harus kita hadapi
bagai mengarungi lautan lepas
menghadapi ombak badai
pilih perahu tidaklah mudah
kita tentu tak mau tenggelam
perahu ini milik kita
naiklah jangan pernah kau turun
bagai mengarungi lautan lepas
menghadapi ombak badai, menghadapi ombak badai

reff:
berlayarlah denganku, bertumpulah di pundakku
bersamaku engkau tak perlu ragu
tatap mataku maka kau kan tahu
semuanya kan baik saja
hidup bukan tuk berdiam diri
hidup ada tuk kita jalani
berlayarlah denganku, bertumpulah di pundakku [2x]
tatap mataku maka kau kan tahu
semuanya kan baik saja [2x]

***

hidup bukan tuk berdiam diri
hidup ada tuk kita jalani
cobaan bukan tuk ditakuti
cobaan harus kita hadapi
bagai mengarungi lautan lepas
menghadapi ombak badai

Agaknya demikian betul adanya tekad, semangat dan keinginan kuat dari si dia. Apapun halangan dan rintangan kita hadapi bersama, katanya. Dan, benar. Saya telah menjadi saksi untuk semua usaha itu. Entahlah, logis atau tidak, adakah ketidak normalan dan kejanggalan pada kisah itu. Kita tak tau. Yang saya tau, kesimpulan semua yang diusahakan dengan sungguh-sungguh, tak akan bermuara pada kesia-siaan. Akan ada hasil yang maksimal. 

Si dia itu lalu, hanya akan menunggu hari. Buah dari kesabaran dan perjuangannya. Dia akan berlayar dengan pujaan hatinya, pilihan hidupnya kemudian. Setelah setahun lebih mungkin, ia berdoa siang dan malam, agar Dzat yang membolak-balik hati itu meneguhkan hatinya, dan hati dambaannya. Agar, orang-orang yang ada di sekitarnya meridhoi, merestui dan mendoakan kebahagiaan padanya. Bukan justru mengolok-olok, mencemeeh, memandang aneh, dan lain sebagainya. 

Si dia, dengan keputusannya untuk memilih itu bukan pula tanpa konsekuensi dan tantangan. Itulah, kata Sheila on 7,  "cobaan bukan tuk ditakuti, cobaan harus kita hadapi". Disiapkanlah mental bajanya, keberanian yang melebihi bagaimana beraninya dia selama ini. Disiapkan pula segala kebutuhan, perencanaan masa depan, dikondisikan pula 'keridhoan' orang-orang sekitarnya. Dia bersabar dan bersungguh-sungguh untuk itu. Maka, barangkali ketetapan Tuhan yang berlaku adalah memberikan pada yang meminta, mengabulkan pada yang berdoa. Tentunya pada yang lebih sungguh-sungguh mengupayakan, yang lebih ikhlas dan baik menurutNya, dan itulah kehendakNya. 

Si dia, dan si dia lagi, pada waktunya mungkin akan bersama. Berjodohlah namanya. (Saya tak katakan di sini ada cinta? Mungkin lebih tepat mengistilahkan dengan berjodoh.) Apa hendak dikata, Tuhanlah yang Maha Segalanya. Namun bisa jadi, beberapa bagian kehidupannya tak utuh (lagi). Tak selamanya yang telah bersama, itu lantas terus bersama. Demikian pula, Dia yang telah menyatukan yang terserak di antara kita, dengan kehendakNya. Kita hamba, mau berbuat apa. Suatu ketika, mungkin bisa kembali seperti semula, atau tidak akan kembali sampai akhir masa. Tak semua senyuman orang-orang berarti suka, tak semua tangis itu pertanda sedih, apapun sikap orang-orang sekitarnya bukan tanpa alasan. Yang pasti, semua menginginkan kebaikan bagi si dia, dan si dia. Ah!

**
Saya, akhirnya mesti sampaikan, selamat berlayar. 
Sekali lagi, Selamat. Semoga sampai pada tujuan. Bukankah hadis telah membenak pada kita,
“ Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung dengan niatnya “ (HR Muslim)
maka yang akan didapatkan hanyalah apa yang telah diniatkan. Bila sejak semula yang diharap adalah kebahagiaan, ketenangan (sakinah) dan kasih sayang (rahmah), semoga itu pula yang didapat.

Selamat,  karena..
“Setiap orang yang berbuat telah dimudahkan untuk melakukan perbuatan (yang telah ditakdirkan baginya -pen).” (HR. Muslim, bab Al-Qadar, no.2648)

Karena, kita masih mampu mennalar, bahwa :“…Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak…” (Qs. An–Nisa': 19)

Dan begitulah Dia berkehendak.
من ملأ قلبه من الرضى بالقدر : ملأ الله صدره غنى وأمنا وقناعة وفرغ قلبه لمحبته والإنابة إليه والتوكل عليه
“Barangsiapa yang memenuhi hatinya dengan ridha kepada takdir, maka Allah memenuhi dadanya dengan kecukupan, rasa aman, dan qana’ah, serta mengosongkan hati orang tersebut untuk mencintaiNya, kembali kepada Allah dengan melaksanakan ketaatan dan menjauhi larangan Allah  dan bertawakkal kepadaNya.” (Madarij As-Salikin)

Selamat atas optimisme selama ini..“Aku menurut persangkaan hambaKu terhadapKu.”

selamat pula karena telah bersabar..
مَنْ اسْتَعْجَلَ شَيْءً قَبْلَ أَوَانِهِ عُوْقِبَ بِحِرْمَانِهِ
(Barangsiapa yang tergesa – gesa terhadap sesuatu sebelum waktunya, akan diberi hukuman -berupa- tidak boleh mendapatkannya).

Dan, berlayarlah, karena itu adalah pilihanmu. Karena telah siap dengan segala konsekuensi yang akan dihadapi. Karena telah cukup persiapan yang hendak dibawa. Semoga tak lupa membawa kompas dan peta penunjuk arah. Kapal yang kokoh, mesin yang kuat, tentu sudah disiapkan. Saya teringat, kata orang menjaga akan lebih susah daripada mendapatkan. Semoga semua yang telah diusahakan dengan maksimal ini, bernar-benar demi keridhoanNya. 

Ah, berlayarlah kawan... 
Itu saja yang bisa kemudian terucap. 

No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...