14.9.16

Kenapa Puasa Daud?

Kenapa Puasa Daud?

Pertanyaan ini mengantarkan saya pada buku-buku hadis yang pernah dipelajari ketika di madrasah dulu. Masalahnya, sebetulnya bukan dengan orang yang saya ajukan pertanyaan tersebut. Melainkan dengan pribadi saya sendiri, yang merasa 'kosong' tentang hal ini. 

Seingat saya, dalam bab Ash-Shiyam, terkait Shiyam at-Tathawu' kitab Fiqh Sunnah, benar ada disebutkan beberapa puasa sunnah lengkap dengan dalilnya. Di antaranya adalah puasa enam hari di bulan Syawal, Puasa hari Arafah dan sepuluh hari di bulan Zulhijjah, puasa Senin -Kamis, dan lain sebagainya, yang tidak terdapat hadis tentang Puasa Nabi Daud. 

Puasa Daud, yaitu puasa yang dilakukan secara berseling hari, atau sehari puasa sehari tidak, secara istiqomah tanpa ada batasan waktu. Hal ini telah dilakukan oleh Abdullah bin Amru, yang merasa tidak puas jika hanya konsisten berpuasa Senin-kamis saja. Ia merasa mampu berpuasa, menahan diri lebih dari sekedar Senin dan Kamis setiap minggunya. 

Lalu Rasulullah saw menyarankan puasa Daud, seperti dalam hadis Bukhari nomor 1840.
“Maka berpuasalah engkau sehari dan berbuka sehari, inilah (yang dinamakan) puasa Daud ‘alaihissalam dan ini adalah puasa yang paling afdhal. Lalu aku (Abdullah bin Amru radhialahu ‘anhu) berkata sesungguhnya aku mampu untuk puasa lebih dari itu, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada puasa yang lebih afdhal daripada itu. ” (HR. Bukhari No : 1840)

Dalam sebuah hadis juga disebutkan :   
“Berpuasalah dengan puasa yang terbaik, yaitu puasa Nabi Daud yaitu puasa sehari dan berbuka satu hari”. (HR. Nasa’I).


Dan dalam hadis lainnya : 
“Puasa terbaik adalah puasa Daud, adalah ia berpuasa sehari dan berbuka sehari.” Dalam riwayat Imam Bukhari dengan tambahan : “Tidak ada (puasa sunnah) yang lebih baik darinya.” (Mutafaqqun ‘Alaih)

Pertanyaan tadi dijawab dengan alasan yang tidak jelas.  
Kenapa Puasa Daud? Karena hobby, katanya. Seorang alumni SMA, alumni jurusan manajemen, kuliah di kampus umum pula, berkata hobby.  *helloo...saya lagi ada di mana?! Katanya, yang belajar agama di semua tingkatan pendidikannya, tapi tak pernah menganggap puasa berada dalam list hobby, atau sesuatu yang disukai. Semua seperti hanya rutinitas, bagian dari ibadah wajib, itu saja. Malu, tentu saja. Kepada diri sendiri, saya hanya bisa menertawakan. Betapa, betapa selama ini merasa puasa sunnah Senin Kamis saja -belum pula maksimal-, adalah hal yang hebat. Ada banyak orang, ternyata telah melakukan lebih, bukan atas dasar kewajiban. Bukan.

 Hobby itu, barangkali mengantarkan ketenangan dalam hidupnya. Benarlah, hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari nomor 1761 dan Muslim nomor 1946, tentang amalan puasa. 
 Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah sallallahu’alai wasallam bersabda, "Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya."  

Dan, Allah-lah yang berhak melimpahkan ketenangan ke dalam dada hamba yang dipilihNya. Allah memberi lebih, kepada hambaNya yang menghamba lebih pula kepadaNya. 

Ada pula sebuah hadis dari Sofyan bin Uyainah rahimahullah, tentang keistimewaan yang akan terlihat nanti di hari kiamat, bagi mereka yang menyukai ibadah puasa,
"Ketika hari kiamat, Allah akan menghisab hamba-Nya. Dan mengembalikan tanggungan dari kezalimannya dari seluruh amalnya. Sampai ketika tidak tersisa kecuali puasa, maka Allah yang akan menanggung sisa kezaliman dan dia dimasukkan surga karena puasanya." 
 Demikianlah, Abdullah bin Amru. Merasa mampu melakukan yang lebih, dan tidak berpuas diri dengan yang sudah lazim. Meskipun dalam sebuah kitab disebutkan, Abdullah bin Amru di akhir hayatnya dengan alasan kesehatan, sedikit menyesalkan pilihannya melakukan puasa Daud. Wallahu a'lam.
 
Memilih puasa daud, memperbaiki ibadah, atau setidaknya konsisten dengan ibadah sunnah yang telah dijalankan (?)


No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...