13.11.16

Belajar Sabar


Kenapa tak jua belajar kepada sabar

Baru saja terlintas potongan tulisan yang pernah saya tulis dulu. Yang kembali hendak mengulang-ulang pertanyaan itu. Kenapa tak jua belajar (kepada) sabar. Sedangkan Tuhan telah sekian kali banyaknya mengajarkan kita, bersabarlah.. bersabarlah.. Bahwa Dia menyukai orang-orang yang bersabar, bahwa dengan bersabar, itulah yang terbaik.

Jika dihitung melalui Alquran fathurrahman, setidaknya ada 101 kata  صبر dengan berbagai bentuk katanya di dalam Alquran. Ada yang berbentuk pertanyaan, ada pula pernyataan, bahkan ada juga berbentuk kalimat perintah. Dengan begitu banyaknya perintah sabar, kenapa kita tak jua belajar kepada sabar. 

Tentu. Tentu saja kita senantiasa belajar. Tapi menerapkannya, tak semudah membacanya.

Saya sedikit berkesimpulan, kenapa ada anggapan perempuan lebih sabar dibanding laki-laki. Dugaan jawabannya muncul setelah dua minggu lebih ini, saya belajar sabar lewat pekerjaan-pekerjaan perempuan. *--jiah. Ini bukan maksud memunculkan tema gender loh ya. :D

Ketika memasak misalnya, bisa dihitung berapa kali gagal dulu, baru bisa enak masakannya. Menjahit juga, harus belajar dari menggambar, mempola, melakukan hal-hal remeh temeh,, yang wow..benar-benar melatih kesabaran. Harus sabar, untuk tak langsung bisa. *eh! Harus sabar menunggu tahapan demi tahapan pelajarannya. Berkebun pun demikian, menanam, menyirami tiap hari, memberi pupuk, menyiangi dari rerumput, haruslah sabar. Dan hasil untuk semuanya? Hasilnya adalah bahagia.

Barangkali itulah sebabnya, pendidikan perempuan zaman dulu, dari kecil hingga remaja, anak perempuan haruslah melakukan pekerjaan yang detail, seperti tiga contoh saya sebelumnya. Tanpa matang/sukses dalam tiga hal itu, mungkin kesabarannya belum cukup untuk bekerja pada bidang/ranah yang lebih luas.

Sekarang? Tak ada bedanya pendidikan bagi laki-laki dan perempuan. Hal yang merupa kearifan lokal ini pun seakan sirna, dianggap tak berguna barangkali. Atau, karena tersibuk dengan pendidikan yang sifatnya bermanfaat pada ranah publik, maka abailah pada ranah domestik itu. Terlupa belajar memasak, menjahit, beberes rumah dan berkebun, terlupa pula belajar sabar. Tak punya kualifikasi sabar jadinyaa. *hihii. analisa abal2.

Bagaimana kalau kita munculkan pendidikan dasar yang menyesuaikan pada kebutuhan berdasar gender? Anak perempuan harus bisa begini begitu, dan anak laki-laki harus bisa begitu begini. Agar sabar dan tanggung jawab pada masing-masing bisa tumbuh sejak dini. *walaah... mari kembali ke tema semula, belajar (kepada) sabar.

Dalam Alquran surat Al Kahfi, ada banyak pengulangan kata صبر. Misalnya, dalam kisah Musa dan Khidir pada ayat 60-82. Dalam kisah ini, sabar yang diceritakan adalah bagaimana bersabar dalam belajar. Bagaimana menahan diri dari keraguan dan pertanyaan-pertanyaan. Pada waktunya, pada kesudahannya orang yang berilmu itu akan menjelaskan sebab dan karenanya. 

18 : 66 : Musa berkata kepadanya (Khidir), "Bolehkah aku mengikutimu, agar kamu mengajarkanku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
18 : 67 : Dia menjawab: "Sesungguhnya sekali-kali kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku."

*Nabi Musa saja, terancam tidak sabar. Begitu benarlah sulitnya ilmu sabar.

Dalam qs Ali Imran ayat 200, kita juga diperintahkan untuk bersabar. 

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” 

 إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar:10)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:153)
 

Kehidupan sudahlah teramat pelik. Mari sejukkan hati dan latih diri terus bersabar..Baik itu bersabar dan konsisten dalam ketaatan padaNya, menahan diri dari segala yang diharamkanNya, dan bersabar atas segala yang telah menjadi ketentuanNya.


Lalu, sore tadi, seorang senior bertanya : Masih betah di SMK?

*hiks!

 فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ

“Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu.” (Al-Insaan:24)

No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...