28.3.17

Sudah Berpikir Benarkah Kita?

Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui, apakah kita sudah berpikir benar. Salah satu instrumen yang bisa dipakai untuk mengukur ke-benar-an cara berpikir kita adalah dengan mencermati hal-hal berikut:


Pertama, Mencintai kebenaran.
Kita seringkali dihadapkan dengan berbagai soalan dan kenyataan yang menggiring kita pada prasangka-prasangka. Atau, justru berpikir dengan mengkotak-kotakkan. Untuk bisa berpikir benar, perlu diwaspadai kecendrungan manusia untuk selalu menerima sesuatu adalah benar, sebagai hal yang dikehendakinya benar. Bersikap mencintai kebenaran, termasuk seperti mematuhi kebenaran-kebenaran yang ditemukan orang lain.

Kedua, Ketahui (dengan sadar) apa yang sedang dikerjakan.
Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Kita terus menerus mengejar kebenaran, diselingi dengan diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran, tetapi sifatnya parsial.

Ketiga, Ketahui apa yang tengah kita katakan.
Pikiran diungkapkan dengan kata-kata. Kalaulah, -seperti kata Ibnu Sina- pikiran itu bisa mengungkapkan dirinya sendiri langsung, tanpa lewat kata-kata, tentu tak perlu lagi kata-kata. Maka orang yang cermat pikirannya, terungkap lewat kecermatan kata-katanya. Terkadang menggunakan istilah (term) yang tidak tepat untuk penunjukan maknanya. Ketidaktertiban istilah yang digunakan itu akan berakibat pada penalaran.

Keempat, buatlah pembedaan dan pembagian.
Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda. Namun ada kalanya, dua hal yang sama bentuknya, tapi tidak identik. Di sini diperlukan pembedaan (distingsi). Hal yang satu secara eksplisit adalah bukan hal yang lain. Bukan justru dipukul rata, sama. Karena luasnya realitas itu, maka diperlukan klasifikasi/pembagian.

Kelima, cintailah definisi yang tepat.
Definisi ditujukan untuk membuat pembatasan. Mencintai definisi, artinya mencintai cara berpikir yang terang, jelas, dan tajam membeda-bedakan. Maka teranglah maksudnya.

Keenam, Ketahui alasan pilihan (mengapa menyimpulkan begini/begitu)
Kesimpulan itu diperlukan. Namun jika bahan yang ada tidak atau kurang cukup, sebaiknya menahan diri untuk menyimpulkan atau membuat pembatasan-pembatasan dalam kesimpulan.

Ketujuh, hindari kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, dan kenali sebab kesalahan pemikiran.
Logika ilmiah melengkapi dan mengantar kita untuk menjadi cakap dan sanggup berpikir kritis.

Itulah tujuh kondisi yang dibutuhkan sebagai upaya berpikir baik, selain berpikir benar dan logis-dialektis.

(disarikan dari buku Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu)

No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...