17.5.16

Sepenggal Cerita dengan Ayah Sudirman

Ayah Sudirman, Sang Pendidik Legendaris

Beberapa waktu lalu saya bertemu Ayah Sudirman. Ayah menumpangi bus Solok- Bukittinggi yang telah saya tumpangi lebih dulu. Beliau duduk tepat di sebelah kiri saya. 

Ayah Sudirman adalah seorang pendidik legendaris asal Padang Panjang. Tidak ada yang tidak mengenal beliau, jika pernah menempuh pendidikan agama, tahun 80-an. Ayah adalah gurunya para profesor. Demikian pernah ditulis di Suara Kampus. Kiranya, profesor - profesor agama di Sumatera Barat ini, pernah diajar oleh Ayah Sudirman. 

Saya lalu menyapa, "Ka pai ka Bukik Ayah?". Beliau terkejut, dan tersenyum.
Bila ada yang menyapanya "Ayah", tentulah orang yang sudah kenal siapa dia. Barangkali demikian pikir Ayah. Lalu kami bercerita dan maota. Kian kemari. Hehe.

Untuk lingkup Pendidikan Agama di Sumatera Barat, rasanya tak banyak yang tidak mengenal sosok Ayah ini. Pasalnya, sudah lebih empat puluh tahun Ayah mengabdikan dirinya menjadi pendidik, pembimbing dan pengayom di IAIN Imam Bonjol Padang. 

Ayah bertanya, tentang aktifitas saya. Saya sedikit menjelaskan. Beliau lalu menceritakan upaya beberapa orang yang peduli dengan Pendidikan Padang Panjang, yang katanya Kota Serambi Mekah dulu. Sejumlah orang itu adalah Ayah, Prof. Armen Mukhtar dan (nama lain yang saya lupa), melakukan penelitian, yang bentuk rekomendasinya adalah, memberikan bekal Bahasa Arab bagi pelajar sekolah umum kota Padang Panjang pada tiap tingkat pendidikannya. Mulai dari SD, SMP dan SMA/SMK.

"Kalian lah tu hasilnyo," kata Ayah.

Namun sayang, itu berlangsung dari tahun 2006 hanya sampai tahun 2013. Karena pergantian kurikulum, dan tidak adanya dasar hukum pelajaran tersebut sebagai muatan lokal, pelajaran itu harus direlakan hilang.  Demikian saya bercerita. 

"Bara urang kalian di siko?" tanya Ayah. 

Alumni IAIN IB yang sama dari bahasa Arab dan seangkatan LPJ bersama saya ada tiga orang. Saya lalu menjelaskan. Satu ditempatkan di SMK, dua lagi di SMP. Tapi secara keseluruhan, alumni IAIN cukup banyak menyebar di berbagai posisi, mengabdikan untuk kota ini.

Ayah lalu menjelaskan maksud beliau ke Pandai Sikek. Rupanya, disanalah hari-hari setelah pensiun ini beliau habiskan. Mengelola BMT bersama masyarakat. Masih mengabdi. Menginspirasi.

Bagi saya, beliau adalah salah satu pendidik legendaris yang saya sempat bersua. 

wefie.. :)

1 comment:

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...