Para pencinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan
besar dalam hidup mereka: Memberi. Ia akan terus menerus
memberi, dan selamanya begitu.
Menerima? Mungkin, atau bisa juga jadi pasti! Tapi itu
efek. Efek dari apa yang mereka berikan. Sama seperti cermin kebajikan yang memantulkan kebajikan
yang serupa.
Sebab, adalah hakikat di alam kebajikan bahwa setiap
satu kebajikan yang kita lakukan selalu mengajak saudara-saudara kebajikan yang
lain untuk dilakukan juga. Hal ini pula yang membedakan para pencinta sejati dengan para
pencinta palsu.
Jika kau memilih untuk mencintai seseorang dengan tulus, maka ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa
yang kau berikan padanya. Apa saja yang bisa membuat kehidupannya menjadi lebih baik, selalu lebih baik.
Maka, kau adalah air. Air yang membasuh segala yang kumuh. Air yang
menjernihkan semua yang keruh. Air yang membasuh luka agar tak infeksi dan
selalu terjaga.
Maka kau adalah mentari. Mentari yang selalu bersinar di setiap ada pagi. Mentari yang selalu
memancarkan cahaya meski awan gelap menutupi hangatnya. Mentari yang tak pernah
bosan melalui hari-hari dan berotasi pada sunnahnya.
Ada yang akan tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. Ada yang akan besar dan berbuah dari sinar cahayamu.
/life
is like a riddle/just find out the solutions/it would be nice/easy or hard
riddle that U feel/there is always something good behind it/so just take it
easy/coz He always gives U THE BEST/
(my best friend says :))
Lalu, apakah kau akan memilih menjadi pencinta sejati?
Meski kadang nyata tak sesuai pinta? Walau harap kadang tak berjawab.
Tentu, kita harusnya begitu.
Konsekuensi dari sebuah pilihan puzzle kehidupan. Kau yang meletakkan
kakimu pada langkah-langkah takdir itu bukan? Tentu kau berkewajiban
menjalaninya dengan sepenuh hati.
Maka biarkan, biarkan saja jika realita yang kau dapati belum lagi
seperti pintamu. Biarkan saja, harapmu padanya bergelayut pada setiap doa. Itu
hanya belum di-ijabah-Nya. Bersabar dan ikhlaslah saja.
Karena tugasmu hanya mencinta, dan mencinta tak selamanya menerima.
Jika saja semua manusia di dunia ini berprinsip serupa, barangkali taka
da galau dan patah hati. Karena semua kemudian ikhlas menjalani dan melakukan
tugasnya sebagai pencinta, bukan peminta.
Barangkali hidup ini akan selalu damai, jika pencinta itu memerankan
lakon terbaik di kehidupannya, yang kemudian menghabiskan para peminta cinta.
***
Selamat menempuh kehidupan baru kawan. Kami yakin, pencinta sejati tak
akan disia-siakan oleh cinta-Nya. Teruslah memberi walau tak selalu kau
menerima. Di sanalah hakikatnya cinta.
Barakallah lakum.. :)
**
Tulisan ini didedikasikan untuk : Sahabat-sahabat
terbaik yang pernah bersama dalam puzzle kehidupan saya.
Inspirasi
: Tulisan (AM)
No comments:
Post a Comment