7.10.15

Review Buku : Ketika Elang Kembali ke Sarang

sumber : diwanteen.blogspot


"Kisah cinta yang mengharukan, diawali hangatnya persahabatan,dengan latar pedesaan. Tokohnya sukses sekolah dan bekerja. Novel ini patut dibaca oleh remaja, bahasanya jernih, dengan alur cerita, yang membuat pembaca penasaran."
- Sastrawan Taufiq Ismail -

Buku keluaran tahun 2008 ini, baru saya temukan dan baca pada 2015 ini. Itupun, karena endorsment sastrawan hebat, yang saya kutip di atas. Tertarik dengan judulnya, meski tak menemukan satu kata elang pun dalam ceritanya. Apa elang memang punya sarang? Bukankah elang sudah tertakdir bertualang?

Dan, Ny. Ina Huda menceritakan tentang dua sahabat, Septi dan Lanang, dengan latar pedesaan, yang mengalami proses pendewasaan. Dewasa secara usia, persahabatan mereka berubah menjadi rasa cinta. Proses pendewasaan melalui pendidikan, yang barangkali saat itu, masih kentara bahwa anak gadis desa, setamat SMA sudah pantas berkeluarga. Tapi masing-masing tokoh melanjutkan studinya ke kota yang berbeda. Lalu mereka lost kontak. Putus komunikasi.

Septi, dengan rasa nyaman persahabatannya kepada Lanang, menutup diri dan hatinya dari orang-orang yang menawarkan perhatian. Sedangkan Lanang, atas perjuangan kuliah, dan hutang budinya, rela mengorbankan dirinya untuk masuk ke kehidupan yang tak ia kehendaki. Melarut dan tertekan dengan kehidupan barunya itu.

"Mencintai dan dicintai adalah hal yang sederhana. Jauh lebih sederhana dari membuat orang yang kita cintai mencintai kita, atau mencintai orang yang mencintai kita."

Lanang bertemu lagi dengan Septi, dalam keadaan sudah menjadi milik orang lain. Septi harus merelakan sahabatnya, yang tidak menjadi cinta yang dimilikinya. Dengan kerelaan dan ketulusan masing-masingnya, akhirnya takdir menyatukan kembali.

Nah, elang ada dimana? Barangkali, Lanang yang melalang buana, menjauh dari kehidupan Septi, menghilang, dikesankan sebagai elang. Namun hanya beberapa tahun. Dan, menurut saya, itu sedikit mustahil. Mereka yang bersahabat sejak kecil, tidakkah saling tahu, dan kenal dengan keluarganya. Bukankah mereka juga satu kampung.

Di sisi lain, juga diceritakan tentang perjuangan dokter Iman mendekati dan mendapatkan hati Septi. Hampir-hampir didapatkannya, lalu Lanang kembali mengisi hari-hari dan pikiran Septi.

Cerita ini juga tentang Amel, sahabat Septi yang menyukai dokter Iman, dan Ning, istri Lanang, yang sama-sama melepaskan apa yang mereka inginkan demi kebahagiaan orang yang disayang. Nah, dimanakah elang dalam kisah ini? hehehe.

Btw, terima kasih untuk cerita segarnya, Ny. Ina huda. Saya menikmati, *meski tak bersua elang. :)



No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...