7.10.15

Sehari ke NLS

Pagi itu suasana sekitar Victoria street, Singapore tidak begitu ramai. Ada beberapa orang  yang berlalu lalang, dengan langkah tegap besar-besar seakan dikejar waktu. Saat sampai di depan gedung Lee Kong Chian, saya tidak menduga bahwa itu adalah sebuah gedung perpustakaan. Jauh sekali dari bayangan, jika perpustakaan adalah bangunan tua, kuno dan berdebu.

Di lantai dasar terdapat pojok cafe dan "papan" informasi. Lee Kong Chian Reference Library sendiri ada di level 7 gedung itu. Level 5 adalah bagian drama dan koleksinya. Ada lagi level 9, yang memuat koleksi berbahasa melayu.

"papan informasi" :)

Secara keseluruhan, buku di sini tercakup atas bahasa inggris, cina dan koleksi asia tenggara lainnya. Menurut informasinya, perpustakaan ini dibuka sejak tahun 2005. Dengan jumlah buku lebih dari 600 ribu judul, baik klasik maupun terbaru.

These are the collections found at each level of the Lee Kong Chian Reference Library
Level 7 – Business, Science and Technology Collections
Level 10 – Donors' Collections, Asian Children's Collection
Levels 12 and 13 – Rare Materials Collection (limited access, only with permission)
Lantai dasar, bagian registrasi dan pusat informasi

Bangunan bergaya modern ini, diarsiteki oleh mr. Ken Yeang, jelas berbeda dengan tampilan luar perpustakaan negara malaysia, yang klasik dan sudah pernah kita bicarakan. NLS terlihat gagah dan megah.

Ruang baca National Library Singapore
Ada banyak koleksi buku berbahasa Inggris dan Asia di ruang bacanya. Di salah satu pojok ada bagian khusus majalah, rata-rata berbahasa inggris, meskipun sedikit-sedikit ada yang berbahasa cina dan melayu. Majalah yang dibagi berdasarkan usia pembaca, ada untuk anak-anak, dan dewasa itu, disiapkan secara gratis untuk pengunjung. Sayangnya, saya tidak bisa mengabadikan banyak saat di dalam, karena dilarang membawa kamera. Untuk bisa mengambil gambar ini (Ruang baca nls) pun saya meminta izin dulu, dengan menjelaskan keperluan dan mengenalkan diri serta asal.



Rangka
Tak hanya memiliki bangunan yang megah, fasilitasnya pun modern. Di antaranya adalah adanya jasa mesin penerima buku bookdrops yang bisa diakses 24 jam. Mesin ini bekerja memilah-pilah buku yang dikembalikan sesuai bagian masing-masingnya. Tentu saja, jika bukan buku koleksi perpus tersebut, mesin akan menolak. Untuk bisa mengetahui koleksi yang dibutuhkan juga dapat diakses dengan katalog online, Online Public Access Catalog.


Menjadi pengunjung perpus modern ini, ternyata membuat saya grogi. Pertama denga loker yang dikunci dengan kode/ password yang tersistem komputer. Lah, saya biasanya menggunakan loker dengan kunci yang digantung. Maka jadilah saat itu, saya harus menghafal beberapa kode, untuk setiap barang yang saya simpan, sekaligus menghafal kode loker teman seperjalanan dengan saya. hahaha.

Bersama petugas perpustakaan NLS
Dan, masalah terjadi saat saya hendak mengambil barang dari satu di antara empat loker yang saya dan teman gunakan. Saya lupa salah satu kodenya, dan kebetulan itu adalah loker yang isinya keperluan teman seperjalanan. Saya lalu melapor kepada petugas. Seorang Bapak petugas itu menjelaskan dengan ramah, apa yang harus saya lakukan.

Saya melapor lagi ke bagian resepsionis, lalu membuat surat pernyataan bahwa benar saya adalah pengunjung, dan isi dari loker nomor sekian adalah barang milik saya. Disebutkan pula apa isinya. Dilampirkan (tentu saja) identitas dan passport saya. --hallaah. Leganyaa, saat akhirnya proses itu berakhir. Namun saya mendapat pelajaran berharga dari cara-cara itu. Thanks mr and mrs petugas.. hehehe.

Kata si petugas lagi, NLS mendapat penghargaan sebagai perpus terbaik tahun 2013. Oh tentu saja, saya juga mengira demikian. Baik tampilan fisik yang menarik, plus koleksi yang banyak dan beragam, wajar saja jika ini menjadi tongkrongan anak-dan keluarga yang mencerdaskan.
Kita butuh adanya yang 'seperti ini' di sini. Kita butuh petugas yang ramah, fasilitas yang mudah. Kita akan bangga di negeri kita punya yang serupa. Namun kita akan lebih bangga, jika membaca, mengantri untuk membaca, menyediakan jadwal-jadwal membaca adalah budaya kita dari kana-kanak hingga dewasa. Pasti bangga. :)

Pemandangan Vict street dari lantai 5 Lee Kong Chian Library
membaca
Dan, informasi rute ini penting di simpan lebih dulu  :)

2 comments:

  1. Great note sista.. di tempat saya pun susah nyari toko buku yang benar-benar toko buku, apalagi perpus seperti ini.. wadew..

    ReplyDelete
  2. makasii brada,, memberi usulan ke pemda nya untuk lebih perhatian dengan perpustakaan daerah, bisa jadi alternatif langkah pak hakim, hehe

    ReplyDelete

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...