29.6.16

Resensi Kumpulan Puisi: Pesta Bulan Air Karya Ade Faulina


Judul buku      : Pesta Bulan Air
Pengarang       : Ade Faulina
Penerbit           : Kabarita
Tahun terbit     : Cetakan I, Mei 2016
Tebal buku      : 118 hlm
           
         Puisi menjadi gambaran pikiran seorang penciptanya. Penyair melalui puisinya kadang kala menyampaikan gagasan, kritikan, kenangan, atau impian lewat kata-kata yang indah. Demikian juga dengan, penyair perempuan Ade Faulina.         
            Buku yang berjudul Pesta Bulan Air ini hadir sebagai bentuk pembicaraan panjang seorang Ade Faulina. Rentang penciptaan puisi dari tahun 2007 hingga 2014, menggambarkan kompleksitas hal yang tengah dibicarakannya. Ia berbicara kepada dirinya, kepada sahabatnya, kepada alam. Puisi-puisi inilah yang menjadi cerita perjalanan dan rasa yang mengalir di kehidupannya.
            Sebagai buku pertama, mengenali dan menyelami puisi-puisi Ade Faulina bisa dilakukan pembaca lewat 111 puisi pilihannya. Seperti halnya kutipan puisi yang berjudul Menjelma Air, Ade menyampaikan keyakinan dan kemampuannya melalui episode hidup.

Menjelma Air

Aku datang dengan gelombang kuasa rampas segala
Riak debur gelombang mendera rasa
Manusia-manusia lugu yang bernyanyi tanpa suara
aku datang dengan kuasa membuang segala
mengembalikan arus-arus congkak
dalam tubuh beku tak tertahankan
hingga ruh-ruh itu menjauh
aku datang dengan kuasa mengubah diri menjadi segala
cair ataukah beku dalam waktu yang tiada diketahui
menggenangkan mimpi menghanyutkan nasib
masa silam akan datang
yang tiada bertepi hingga jelma
sebuah rahasia abadi
aku datang dengan kuasa atas segala
selalu menjelma air
padang, 18/1/2010 
            
          Ade mengibaratkan dirinya menjadi air lewat puisi Menjelma Air. Ada warna emosional yang berbeda dalam setiap bait yang tertulis. Puisi menjadi sebenarnya Ade, mengaliri kehidupan.
            Pada puisi-puisi lain, Ade bercerita tentang rasa yang mengaliri jantungnya. Rasa cinta dengan makna yang jamak. Beberapa nama dengan sengaja disebut, menunjukkan betapa mereka memberi rasa yang dalam bagi Ade.
            Air, kesunyian, berkata-kata dengan alam, orang-orang tertentu, dan dengan dirinya sendiri adalah pilihan-pilihan di antara puisi Ade.

Cuaca

Tak ada yang bertanam di lading kata
Hanya ada tanah sunyi
dan desir angin
yang diam-diam menghilang
merapat dalam cuaca
yang sulit ditebak
entah hujan ataukah kemarau
yang akan bertandang

Padang, 8/4/2013
           
Melalui buku ini kita bisa melihat apa dan bagaimana aliran perjalanan hidup, dan rasa cinta seorang Ade. Tak hanya sekedar hiburan. Buku ini bisa menjadi cermin bagi mereka yang juga tengah mengaliri sungai kehidupan yang berliku dan bergelombang ini.


 

2 comments:

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...