26.2.10

Mensukseskan Pembelajaran Bahasa Arab

(Sebuah Catatan Workshop Guru dan Pemerhati Bahasa Arab)

Berbagai alasan dikedepankan ketika berbicara tentang kenapa bahasa arab yang telah dipelajari semenjak di Madrasah Ibtidaiyyah sampai ke perguruan tinggi ternyata belum mampu menjawab kebutuhan kualitas keilmuan tersebut. Satu diantara alasannya adalah, guru yang dianggap belum mampu menguasai kemampuan/kompetensi berbahasa tersebut. Atau kemungkinan alasan lain adalah kurangnya sarana dan pra sarana penunjang kelancaran berbahasa, seperti native speaker dan labor bahasa.

Kurangnya interaksi pembelajar bahasa arab (siswa) dengan Al Quran dan sunnah –yang berbahasa arab- sebagai pedoman kehidupan dan rujukan terdekat belajar bahasa arab, barangkali juga menjadi alasan ke sekian. Bisa juga disebabkan ketidakpentingan posisi bahasa arab diantara mata pelajaran lain (dikotomi ilmu pengetahuan) di madrasah-sekolah dan perguruan tinggi tersebut.

Dimana terlihat secara jelas pengunggulan dan prioritas empat mata pelajaran “imam” yang menjadi acuan Ujian Nasional. Toh, bagus pun bahasa arab sedangkan nilai UN mata pelajaran “imam” tadi meleset, tidak ada surat izin lanjut bagi siswa. Adagium yang sesuai barangkali adalah tajua tabek pambali anak ikan. Ilmu umum jadi andalan, sementara khas/karakter siswa madrasah dan ilmu ‘wajib’ terlupakan.

Ma’had Az Zubair bin Al Awwam, -sebuah lembaga pendidikan Bahasa Arab dan Studi Islam dibawah pengelolaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat bekerja sama dengan AMCF/Asia Muslim Charity Foundation- mencoba mengatasi permasalahan tersebut dengan mengumpulkan guru-guru bahasa Arab tingkat SMA dan MA se-Sumatera Barat di Gedung Wanita Rohana Kudus (20/2) lalu. Dengan menghadirkan pemateri yang kapabel di bidangnya, baik lokal, nasional maupun internasional.

Tentang metode pembelajaran bahasa arab di madrasah atau peruruan tinggi, ada berbagai solusi yang ditawarkan Syekh Abdullah bin Abdul Aziz (pengajar di LIPIA Jakarta). Melalui paparannya dalam workshop yang bertemakan Kiat Sukses Belajar Bahasa Arab itu, disebutkan bahwa selain metode qawaid dan tarjamah (kaidah dan terjemah), ada berbagai metode lain yang bisa dipilih guru dalam mengajarkan bahasa arab. Tujuannya tidak lain adalah agar siswa tetap tertarik untuk mendengar, membaca dan mempelajari bahasa arab. Diantara pilihan itu, ada metode mubaasyirah (langsung), metode syafahiyyah sam’iyyah (ungkapan), metode al ittishaliyyah at taushiliyyah (bahasa komunikasi) dan metode intiqaiyyah (terpilih). Guru bisa saja memilih dari masing-masing metode tersebut, jika metode pengenalan bahasa melalui kaidah/grammar dinilai sudah konservatif dan membosankan.Yang utama adalah ketertarikan siswa mempelajari bahasa arab. Bagaimana strategi dan metodenya itu berikutnya.

Sementara itu, Dr. Bukhari, M.Ag dalam penyampaiannya tentang urgensi Bahasa Arab dalam memahami Al quran dan Sunnah menjelaskan bahwa untuk memahami dua pedoman kehidupan ummat tersebut diperlukan pengetahuan dan keilmuan yang cukup tentang bahasa arab. Karena setiap ilmu dasar/ushul mutlak harus memahami bahasa arab terlebih dahulu. Disebutkan ada dua pendekatan yang digunakan untuk memahami AlQuran dan Sunnah, yaitu pendekatan secara dirayah/lafzhiyah (tekstual) dan tanziliyah (kontekstual). Maka bahasa arab mengambil peran pada kedua pendekatan tersebut.

Disamping itu juga ada pemateri dari AMCF sendiri yaitu Abdul Hamid Siraj, dan Gusril Jamarin. Setidaknya melalui workshop dan pelatihan ini diharapkan adanya peningkatan kompetensi/maharah bagi guru bahasa arab dan perubahan paradigma terhadap bahasa arab itu sendiri. Wallahua’lam.



Miftahul Hidayati

No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...