Suatu malam, saya ditanya seseorang. “Buhua Sentak atau
Mati?”
“Kalau buhua sentak masih bisa gantiang kan, “ lanjutnya.
Hahaha. Kemudian barulah saya mengerti maksud ajakannya. Sebelumnya
ia mengajak saya berdebat, diskusi.
“Ada acara apa, debat tentang apa, dan dimana?” saya ingin tahu.
Personal, katanya. Wah, diskusi apa tuh, yang cuma
berdua? Jalan pula?! Pikir saya.
Dia memang tak salah, ya, diskusi berdua yang ia maksud itu rupanya
diskusi “masa depan”.
“wah, kalau baduo, ndak dapek ijin dari Uda wak do kawan.
Sadang lai rami-rami di organisasi se lai diliek-liek juo dulu.” Saya jawab
santai.
“yolah, wak mangarati..bla.bla.bla.” lanjutnya.
**
Jeng.jengg……
Apa pentingnya saya tulis ini??
Penting dong! Ini pelajaran! :D
Banyak diantara kita yang kadang tidak
menyadari tentang ‘pembatasan’. Kita perlu membatasi jika ingin tetap ada
sekat. Dan, saya kira selagi belum ada yang menghalalkan atau langkah pasti
menuju ke sana, tetap perlu ada sekat.
Kita bukan tak baik. Toh kita menghagai mereka sebagai
kawan, sahabat, saudara. Semua tetap dijaga silaturahimnya. Tapi, jika yakin
tak akan menempuh jalan itu, jangan coba dekati dan coba main-main. Kita atau
orang lain akan tersasar dibuatnya. Nah, siapa yang akan berbalik dan tahu
jalan keluarnya?
Atau, jika belum waktunya bersimpang, kenapa harus berbelok?
Jalan lurus saja terus, kalau dirasa sudah harus berkelok, pilihlah simpang
untuk berkelok. Dan pilihan itu hanyalah soal waktu.
Masalahnya, saya dapati seorang teman yang terkesan dengan
mudah memberi harap. Tak tegas dalam bersikap. Ia runtuhkan citra positifnya
sendiri. Itu dulu, dan saya tak tahu bagaimana dengan hari ini. Saya sempat
jelaskan, dengan bersikap begitu ia malah akan kehilangan semua sahabatnya.
Jadi lebih baik memilih sahabat-sahabat yang banyak secara ‘profesional’ dari
pada mem’personal’kan sahabat-sahabat yang telah lama dibina.
Maka, malam itu, saya jawab mantap. “Buhua mati, ndak buhua
sentak lai do.”
***
Dan, sedikit dalih (bukan dalil) malam itu, saya bermohon
ampun kepada Tuhan. Bukan maksud menyakiti, tapi ya begitulah, karena hati saya
tak memilih Anda. Itu saja, sederhana
bukan?! Buhua mati bukan buhua sentak! :)
No comments:
Post a Comment