2.5.12

Buhua Sentak Atau Mati?



Suatu malam, saya ditanya seseorang. “Buhua Sentak atau Mati?” 

“Kalau buhua sentak masih bisa gantiang kan, “ lanjutnya. 

Hahaha. Kemudian barulah saya mengerti maksud ajakannya. Sebelumnya ia mengajak saya berdebat, diskusi.

“Ada acara apa, debat tentang apa, dan dimana?” saya ingin tahu.

Personal, katanya. Wah, diskusi apa tuh, yang cuma berdua?  Jalan pula?!  Pikir saya.
Dia memang tak salah, ya, diskusi berdua yang ia maksud itu rupanya diskusi “masa depan”. 

wah, kalau baduo, ndak dapek ijin dari Uda wak do kawan. Sadang lai rami-rami di organisasi se lai diliek-liek juo dulu.” Saya jawab santai. 

yolah, wak mangarati..bla.bla.bla.” lanjutnya.

**
Jeng.jengg……
Apa pentingnya saya tulis ini??

Penting dong! Ini pelajaran! :D
Banyak diantara kita yang kadang tidak menyadari tentang ‘pembatasan’. Kita perlu membatasi jika ingin tetap ada sekat. Dan, saya kira selagi belum ada yang menghalalkan atau langkah pasti menuju ke sana, tetap perlu ada sekat. 

Kita bukan tak baik. Toh kita menghagai mereka sebagai kawan, sahabat, saudara. Semua tetap dijaga silaturahimnya. Tapi, jika yakin tak akan menempuh jalan itu, jangan coba dekati dan coba main-main. Kita atau orang lain akan tersasar dibuatnya. Nah, siapa yang akan berbalik dan tahu jalan keluarnya?
Atau, jika belum waktunya bersimpang, kenapa harus berbelok? Jalan lurus saja terus, kalau dirasa sudah harus berkelok, pilihlah simpang untuk berkelok. Dan pilihan itu hanyalah soal waktu.  

Masalahnya, saya dapati seorang teman yang terkesan dengan mudah memberi harap. Tak tegas dalam bersikap. Ia runtuhkan citra positifnya sendiri. Itu dulu, dan saya tak tahu bagaimana dengan hari ini. Saya sempat jelaskan, dengan bersikap begitu ia malah akan kehilangan semua sahabatnya. Jadi lebih baik memilih sahabat-sahabat yang banyak secara ‘profesional’ dari pada mem’personal’kan sahabat-sahabat yang telah lama dibina.

Maka, malam itu, saya jawab mantap. “Buhua mati, ndak buhua sentak lai do.”

***

Dan, sedikit dalih (bukan dalil) malam itu, saya bermohon ampun kepada Tuhan. Bukan maksud menyakiti, tapi ya begitulah, karena hati saya tak memilih Anda.  Itu saja, sederhana bukan?! Buhua mati bukan buhua sentak!  :)

No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...