8.5.12

Semalam dengan Bung Karno



Semalam saya bersama Bung Karno. Ya, Soekarno, yang mantan orang nomor satu Indonesia itu. Malam itu ia bukan sedang berpidato memakai jas dan kopiah hitam yang membuatnya gagah layaknya di foto-fotonya. Ia tak ubahnya seperti seorang tentara komunis. Bertopi bukan berpeci. Berbaju kanvas tak berdasi. Sedikit kumis tipis menghiasi atas bibirnya. Sedikit bedanya,  wajah Bung Karno masih meng-Indonesia, khas Jawa. Bukan berwajah ras mongoloid seperti komunis lainnya yang mirip-mirip orang Cina atau Rusia. 

Malam itu kami –Saya dan Si Bung- berada di satu ruangan. Sedikit impian saya terkabulkan. “berada dekat / satu ruangan dengan Presiden”. Ruangan ini dibagi dua yang hanya disekat triplek. Di dalamnya ada sekitar  7 orang tawanan laki-laki dan perempuan. Satu diantara perempuan itu, adalah saya. Jika dihitung quota, perempuan di sana tidak mencukupi 30 persen, seperti aturan-aturan perpolitikan sekarang.
Selain kami, ada dua orang prjurit yang berdiri tegap di samping pintu. Satu orang lagi berdiri di dekat jendela. Seorang lelaki berpangkat kolonel duduk menghisap cerutu. Kakinya naik ke atas kursi yang terletak berseberangan dengan kursi putarnya. Sedangkan Si Bung, berdiri dekat jendela. Ia membelakangi bendera.

“Sudah kau siapkan?” Tanya Kolonel berwajah Rusia itu.
 
“Sudah,” jawab Si Bung.
Saya bingung. Apa yang tengah disiapkan mereka? Dan saya. Saya berada di sini pada posisi koalisi atau oposisi?

**
Terbangun. Mengingat-ingat, apa pentingnya si bung itu hadir pula di mimpi saya?
**

Dan…saya lupa, apa kelanjutan mimpi itu. Rasanya, mimpi dengan si bung itu juga dipicu oleh cerita hari sebelumnya. Bahwa lelaki hebat itu biasa punya banyak istri. *wah..benarkah?!*
Atau, bisa juga karena menonton berita di media saat itu sibuk dengan koalisi yang berkhianat.

Dan seperti disebutkan dalam sebuah artikel, kemampuan mengingat mimpi itu hanya bertahan beberapa waktu saja. Ketika baru bangun tidur, dan langsung menuliskan apa yang ada dalam mimpi saja, kita bisa mengingat kembali bisa sampai 90 %. Tapi, jika terputus karena melakukan aktifitas lain, bisa menjadi 40 % saja. Bahkan, jika tak langsung menuliskannya, niscaya kita tak dapat mengingat mimpi itu lagi. 

Dulu, ketika masih duduk di bangku sekolah dasar kelas satu-dua, Soekarno Hatta itu hanya satu orang. Bahkan, saya sebenarnya tak tahu, apa itu proklamasi. Untuk apa. Siapa yang melakukannya. Sepertinya memang kejadian hebat. Karena yang saya tahu saat itu adalah hidup damai, tidak terlalu ramai, menyenangkan. 

Pagi-pagi sekali, pasti ada makanan. Meskipun kadang juga kami sarapan jangung. Bukan masalah. Sepulang sekolah, meskipun tak ada ayah dan ibu, di rumah juga pasti ada makanan, plus setidaknya uang jajan untuk sekedar membeli empat butir permen. Siang hari sampai sore, waktunya bermain. Permainan yang asik-asik. Bergerak. Bersama banyak kawan, yang hebatnya kami selalu berkumpul di suatu tempat. Beda dengan anak-anak sekarang, meskipun sudah punya hape untuk menghubungi kawan-kawannya agar berkumpul, mereka lebih memilih bermain sendiri, di kamar, membosankan pasti.   

Sore selalu indah. Kalaupun sore itu hujan, itu lebih menyenangkan. Kami akan main-mandi hujan. Hidup saat itu seperti tak ada beban. Ibu juga terlihat aman –aman saja. Keluarga kami merki secara materi sangat-sederhana sekali, semuanya aman. 

Seperti halnya presiden yang juga selalu satu orang. Tak ada presiden lain. Soeharto. Soeharto. Lalu, Soeharto. Pun dengan ‘organisasi hebat’ dan acara hebat yang seingat saya perbah saya ikuti, ya acara kampanye ‘bendera kuning’ berlambang beringin itu. Saya tak tahu yang lain. Suatu kali saya dibawa ibu ke acara itu. Saking terpengaruhnya acara tersebut, dua sampai tiga hari di rumah, menurut cerita ibu, saya masih mengenakan atribut berupa topi, rompi, dan scraf, lalu berteriak-teriak: Tusuk Golkar! Tusuk Golkar!
 
***

Dan 2014 tak lama lagi…
Saya tak sempat berfikir, setelah Soekarno, Soeharto dan Soesilo..mencari-cari Soe –apakah lagi yang akan menjabat pemimpin bangsa ini? 

No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...