Apa
yang kita inginkan memang tidak akan semuanya terkabul. Kadang, yang terjadi
justru berbeda dengan harapan kita. Ya, begitulah kehidupan. Kita selalu diajar
bagaimana menerima semuanya, karena di sanalah jawaban adakah iman di hati
kita. Keyakinan bahwa ada yang Maha Segalanya yang mengatur kehidupan ini.
Apa
yang menjadi pilihan kita kadang tidak terlaksana. Lalu dituntut menjalani
pilihan lain. Itulah yang terjadi pada Nia. Kurnia nama siswi itu. Sebelum tes
masuk perguruan tinggi ia ingin melanjutkan pendidikannya ke jurusan pendidikan
bahasa inggris. Ia memilih pilihan
pertama jurusan tersebut. Pilihan kedua dan ketiga diisinya berdasarkan saran
dan rekomendasi gurunya di sekolah. Walhasil, Nia lulus di pilihan ketiga. AgroEkoTek di fakultas Pertanian.
Asing.
Baginya jurusan itu sangat asing di telinga. Ia tidak tahu muara sarjana dari
jurusan tersebut. Apa profesinya kelak. Bagaimana jaminan kehidupan dengan
bekerja berlatar pendidikan tersebut. Berbalikan dengan dengan jurusan
pendidikan bahasa inggris. Jelas. Setamat di jurusan tersebut ia bisa
mengaplikasikan ilmunya, mengajar di sekolah apa saja nanti. Untung-untung ia
lulus tes calon pegawai negeri. Menjadilah ia guru di sekolah negeri. Meski
gaji ditakar, tapi setidaknya aman bagi perempuan dan sedikit ada jaminan masa
depan. Begitu silkus hidup dalam gambarannya.
Tapi,
siklus itu bukan kita yang mengatur bukan? Persoalannya hanya, kita banyak
tidak tahu atau belum tahunya. Ilmu kita terlalu sedikit untuk menilai beginilah
atau begitulah yang terbaik untuk kita.
Kondisi
sekarang, Nia lulus di perguruan tinggi terbaik daerah itu juga bukan tes
biasa. Ia lulus beasiswa FULL. Ia mendapat jaminan pendidikan sampai sarjana. Ibarat
mendapat durian runtuh senangnya orang tua Nia. Berpikir dapat menguliahkan
anak saja sudahlah impiannya, apalagi berkah beasiswa jaminan sampai tamat itu
pula.
Bukankah
itu suatu kesempatan ? Kesempatan bagi orang lain mungkin, itu pikiran Nia. Kesempatan
itu jika tak berpandai-pandai, hanya akan terbuang sia-sia. Dan jika pandai
mengelola hati, ego dan pikiran dengan baik,
kesempatan yang sebenarnya bukanlah keinginan itu malah bisa menjadi
peluang.
Menolak
realita, menjauh dari kemungkinan yang berseberangan dengan keinginan kita
adalah hal bodoh, Nia. Cemen, kata orang sekarang. Kita memang tak bisa
berkeras dengan jalan hidup. Tapi kita akan diuji dengan kesungguhan kita atas
keinginan pada sesuatu.
Jika
kita memilih bertahan pada keinginan dan impian kita, sementara peluang-peluang
sudah dibukakan, konsekuensinya adalah penyesalan. Suatu saat kita akan merasa
kehilangan atas peluang dan kesempatan yang telah diberikanNya. Kita tak tepat
memilih.
Yang
terbaik adalah, kita bisa menerima sesuatu dengan ikhlas. Bukankah kita telah
berjuang untuk mendapatkan kesempatan pada apa yang kita inginkan, tapi Tuhan
tidak memberi jalan untuk itu. Tuhan bukakan pintu lain. Mungkin itu yang lebih
baik untuk kita, hanya saja kita tidak tahu, atau belum tahu. Kita akan tahu
Nia, jika kita bisa menerima pilihan tersebut dengan ikhlas, menjalani dengan
pikiran cerdas dan lapang dada. Menyiasati yang bukan pilihan itu menjadi
sesuatu yang menyenangkan, itulah sebenarnya yang diperlukan dalam kehidupan
kita.
Siapa
yang menjamin kehidupan Nia akan lebih baik di Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris itu? Jurusan Agro ini juga tidak kalah hebat. Cari tahulah
kehebatannya. Jangan membandingkan dua hal yang tidak sama diketahui.
Bagusnya,
Nia menjalani dulu di jurusan agro eko ini, jika dalam setahun ini rupanya
tidak bisa mengubah kesempatan menjadi peluang, maka lakukan yang diinginkan
cita-citamu. Lakukan keinginanmu. Orang akan berani, bahkan sangat berani
terhadap segala resiko atas pilihannya sendiri. Akan ada pelajaran yang
mendewasakan. Ya, resiko adalah konsekuensi sebuah pilihan Nia. :)
No comments:
Post a Comment