19.12.11

BERKAMPUS bukan sekedar KULIAH




Baru saja saya membaca catatan seorang junior di facebooknya. Ia bercerita tentang kisah sulit yang sedang dialaminya. Menjadi mahasiswa dengan tantangan persoalan cita-cita, kreatifitas, hobi, keluarga, dan tentu saja ada masalah financial. Ya, kali ini ia berbicara tentang kontraknya di atas materai RP 6000, dengan rector bahwa ia dan kawan-kawannya satu jurusan akan diberi sejumlah dana (beasiswa) sampai tamat. Rupanya ketika rector berganti, kontrak pun bertukar secara sepihak. Ia lalu galau. Bagaimalah, akan protes pada siapa. Ia cukup tahu diri untuk tidak protes pada Tuhan. 

Entah apa tujuan adik saya itu menuliskan cerita sedihnya di jejaring social. Saya tak yakin ia tidak bisa mencari solusi cerdas untuk kesulitan (biaya kuliah) nya itu. Ia seorang aktifis. Di organisasi kami pun tidak sekali dua kali berhadapan dengan persoalan DO-IT (duit). Dengan kemauan, kerja keras (berfikir), berusaha (apa saja yang penting halal), dan tidak lupa berdoa, kami menjadi terbiasa dengan masalah itu. Jalan keluar pun tidak lama-lama akhirnya mendekat.

Ketika kuliah, saya juga sering bertemu persoalan kawan-kawan yang serupa dengan adik saya itu. Alhamdulillah, saya tidak mengalami langsung. Sama seperti anak lainnya, tempat mengadu adalah ibu dan ayah. Bagaimanapun, orang tua akan berusaha memenuhi, jika itu terkait kebutuhan sekolah. Mungkin karena kami (saya) tahu diri. Tidak terbiasa dengan belanja-belanja entah itu. Shopping ini itu, jalan-jalan, cuci mata dan sebagainya yang membuat saya berfikir ulang, berapa dananya.

Sekarang pun, mahasiswa di kampus saya dulu mungkin masih banyak yang berprinsip seperti itu. Mereka masih menimbang orang tua di kampung. Seper-sekian persen saja yang tidak. Hanya mereka yang tidak tahu diri saja yang masih sering kumpul-kumpul, sering main ke taplau, menghabiskan kiriman orang tua dengan berfoya-foya. Positif thinking

Saya tak yakin adik saya itu bermaksud memuat kisahnya di facebook agar ada saja ‘orang kaya’ yang kasihan, lalu mengirimkan sejumlah dana ke rekeningnya. Atau, tiba-tiba rector memanggilnya, memberikan dispensasi dan berkata, “baiklah, untukmu saya bebaskan uang kuliah”. Atau, tiba-tiba musim penghujan bertukar dengan segera, ayahnya panen getah karet. Ah, mustahil, kau berhayal bung! Rasionalnya, ia hanya ingin orang-orang tahu, bahwa kuliah itu tak semudah berkampus. 

Kuliah itu mudah dan mengasyikkan bagi yang berfokus pada kuliah tersebut. Tapi berkampus, jauh lebih indah dibanding sekedar kuliah. Mereka yang kuliah itu enak. Tinggal kabari orang tua tentang ini itu. “Pikirkan sajalah kuliah”, kata orang tua mereka. 

Berkampus itu; datang ke kampus, apapun kegiatannya. Mulai dari kuliah, organisasi, pergaulan, kreatifitas, social, cari uang, dan sebagainya. Mereka yang berkampus, bisa saja bukan orang yang berduit. Mereka adalah orang-orang yang berupaya keras mencari jalan agar tetap bisa berkampus. Kalaupun ia ditantang tak bisa kuliah –hanya karna persoalan financial- mereka yang berkampus itu akan yakin; selalu ada jalan bagi yang berusaha, berfikir dan berdoa. Maka adik saya itu adalah kelompok mahasiswa yang berkampus, bukan sekedar kuliah!

Adik saya itu ingin beritahukan pula, bahwa berkampus mesti cerdas. Walaupun ketika masuk kampus mereka adalah anak-anak lugu tamatan SMA/MAN, dari kampung, bukan pula anak siapa-siapa, tapi kemudian berkampus telah mengajarkan mereka banyak hal. Belajar mandiri. Belajar cerdas. Maka dengan cara cerdas pula ia sampaikan pikirannya. Pikiran sejumlah besar teman-teman yang senasib dengannya. Ya, dengan cara cerdas. 

Saya sebetulnya bisa saja memberikan solusi, sekedar uang kuliahnya. Barangkali orang lain (Senior) yang juga membaca tulisannya juga akan berfikir begitu. Tapi tidak. Tidak demikian mengajarkan mereka cerdas. Biarkan mereka berfikir, mencari jalan, mengusahakan. Toh, tidak akan terjadi apa-apa. Setidaknya, cobalah dulu. Jika nanti sudah buntu, bukankah tak ada kayu, jenjang dikeping.  Aman. Yakin itu! 

Selamat belajar cerdas adik-adik! :)

2 comments:

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...