25.12.11

Ladies lebay, Perempuan dan Kepribadian

Jangan lebay! Penting agaknya hal ini disampaikan kepada para ladies (baca: gadis belia). Kok cuma gadis belia? Ya. Gadis belialah yang menurut saya mudah terombang ambing perasaannya sendiri. Mencakupi mereka yang baru memasuki masa pubertas, remaja dan sedikit dewasa awal. Kira-kira mereka siswi SMP, SMA dan Perguruan Tinggi semester awal. Barangkali juga sedikit perempuan/wanita dewasa yang merasa dirinya masuk kategori ladies, hingga bersikap dan berbuat serupa. 

Pun bukan bermaksud orientasi gender, para ladies (baca: perempuan) pula yang lebih terlihat sikap dan perubahannya. Dilihat dari berbagai sisi, psikologi perempuan dan laki-laki jelas tak sama. Menurut teorinya, perempuan memang lebih banyak menggunakan sisi emosional. Perempuan memperlihatkan eksistensi dirinya melalui rasa. Rasa simpati, empati, dan antipati. Rasa sedih yang mendalam, bahagia yang meluap-luap. Sedangkan laki-laki memiliki kemampuan untuk mengontrol sikap-sikap yang berlebihan tersebut dengan sikap cuek dan terlihat tidak peduli. Maka semua rasa yang diungkapkan perempuan dan atau laki-laki secara berlebihan, sering disebut lebay.
 
Ladies jangan lebay dunk. Kira-kira begitu ungkapan untuk gadis remaja dan penggunaan bahasa lebay yang disebut ‘keren’ itu. Setidaknya saya tidak mengikuti “B4h454 94uL” mereka. Rupanya tak semua ladies pula yang menyukai tren lebay.

Mereka yang juga lebay, akan menganggap wajar bila perempuan mengungkapkan apa yang dirasakannya ke jejaring social. Seperti kisah cinta yang ibarat telenovela. Rasa senang alang kepalang. Sedih bermuram durja. Patah hati, serta kata-kata lainnya yang digolongkan berlebihan (lebay). 

Tentu saja akan semua ini ‘dinikmati’ banyak orang. Yang muncul di home/beranda adalah status-status lebay-nya. Padahal berdasarkan survey, para pengguna jejaring social (Facebook, twitter, dsb) merasa terganggu dengan kata-kata romantis jatuh cinta yang berlebihan. Mereka juga tidak peduli dengan ungkapan sedih dan patah hati yang berkepanjangan. Jarang yang memberikan solusi. Bahkan sebagiannya akan menertawakan. Setidaknya, untuk mereka kepuasan emosional (saja) yang didapat.

Sudah kebiasaan dan kesukaan perempuan untuk berbicara, berbagi, Mengungkapkan apa yang dirasa, lebih banyak daripada memikirkan solusi sendiri dan mendengarkan orang lain. Bagi mereka, dengan menceritakan dan berbagi, sedikit persoalan yang melanda bisa menyingkir di kepala mereka. Setidaknya di hati mereka, untuk bisa kembali ceria dan bercerita kembali. Entah tentang persoalan apa lagi. Begitu memang karakternya,bukan kepribadian.

Ada hal yang saya kira perlu dijaga (rapat).Tentang diri yang membentuk kepribadian. Siapapun akan jenuh dengan segala yang ‘selalu’. Sesuatu yang terlalu terbuka dan transparan yang tidak lagi membuat penasaran. Kira-kira begitulah singkatnya. Ada hal yang memang boleh diungkap, ada yang perlu dijaga rapat. Jika dipaparkan, tentu perlu selektif pula pada siapa diungkap. Tak perlu melalui media.  Apa pentingnya orang lain tahu persoalan diri. Sedang media sosial jelas untuk konsumsi publik. Jika setiap hal, detail pribadi, dan tentang “saya” itu diekspos, maka sisi mana lagi yang menjadi rahasiamu Puan

Sebaliknya, tak sedikit pula perempuan yang terlena dengan kepintarannya. Merasa cukup dengan yang didapatkannya. Bahwa ia bisa segalanya. Sifat itu kemudian berlebihan (lebay). Mulai menafikan peran dan kebutuhan pada lawan jenisnya. Hingga mereka memilih untuk menjalani hidup lajang. Hidup senang, karir mapan dan tetap lajang. Gaya hidup yang katanya juga tren di barat sana. 

Itulah sebab (mungkin), hari ini begitu banyak wanita pintar lagi cantik, perempuan jelita juga langsing, tapi dinilai membuat jenuh. Karena mereka sama. Sama-sama mengikuti yang katanya tren. Tren layaknya sebagai seorang ladies. Ladies kebanyakan.

Sayangnya, kita salah menduga. Kepribadian bukanlah tren. Kepribadian itu aura milik sendiri yang tak kan sebanding dengan kecantikan atau kepintaran saja. Kepribadian nan elok dan keanggunan moral seakan  menjadi barang -lebih- langka hari ini. Menjadi perempuan yang berkepribadian tentu lebih baik bukan?! []

No comments:

Post a Comment

Selendang Koto Gadang

Menyulam Pernah dengar Sulaman Koto Gadang?  Sulaman Koto Gadang, adalah sulaman spesifik Minangkabau yang berasal dari daerah K...